Alice terpaku dalam diam, tenggelam dalam kenangan pahitnya yang menghancurkan hati. Setelah kejadian di malam itu, kejadian dimana dia memakan pecahan kaca, Alice mengalami serangan demam, dia meringkuk sakit di ruang bawah tanah selama dua minggu tanpa ada yang berinisiatif membawanya ke rumah sakit.Selama dua minggu itu Alice menangis siang malam hingga semenjak dua minggu itu pula, Alice tidak bisa menangis lagi, dia tidak bisa mengeluarkan air matanya lagi.Tidak ada yang peduli jika Alice kesulitan berbicara dan tidak bisa menelan apapun, kondisi tubuhnya yang kurus kekurangan gizi kian mengkhawatirkan tinggal seonggok tulang.Dihari pertama Alice baru mampu berjalan keluar ruang dari bawah tanah, orang-orang menganggap dirinya sudah sembuh dan Alice disambut oleh setumpuk pekerjaan.Setiap kali Alice mengingat kejadian itu, hatinya sangat sakit tidak terkira. Terkadang Alice bertanya-tanya kepada Tuhan, mengapa dia harus melalui itu semua? Alice marah kepada Tuhan karena dia
Pukulan keras Theodor membuat telinga Hayes berdenging, wajahnya terlempar ke sisi. Belum sempat Hayes berdiri dengan benar, Theodor kembali menghajar wajah Hayes dan mendorongnya ke dinding dengan mencegkram kuat kerah pakaian Hayes.Sudah cukup selama ini Theodor bersabar dengan dengan diam karena dia tidak suka melakukan kekerasan, terlebih Hayes adalah temannya. Kali ini kesabaran Theodor sudah tidak dapat dibendung lagi.Theodor sangat marah, Hayes merebut Alice dari sisinya dengan cara yang seperti ini, dan Theodor sangat muak Hayes bertindak kotor sama seperti ibunya. Sudah cukup Ivana menjadi dalang dari segala kekcauan hidup banyak orang, Theodor tidak ingin melihat Hayes melakukan hal yang sama seperti ibunya.“Bajingan. Seperti ini caramu bermain? Kau pikir, kau akan disebut pemenang setelah menindas perempuan yang sedang berjuang melawan gangguan mentalnya!” teriak Theodor dengan mata berapi-api berkilat kemarahan.Hayes melihat samar-samar keberadaan Theodor di depanya, p
Alice bergerak gelisah dalam kesunyian, pikirannya berkelana entah kemana, ada sesuatu yang membuatnya sangat tidak nyaman, namun Alice tidak tahu alasannya apa.Sejak pulang dari paviliun Alice tidak melakukan apapun, dia menghabiskan waktunya hanya untuk duduk, memikirkan keadaan Athur, memikirkan hubungannya dengan Theodor, dan memikiran apa yang akan terjadi pada dirinya dihari esok.Alice sudah terbiasa dalam kesepian lebih dari dua puluh tahun lamanya, namun semenjak bersama Athur dan melewati siang malam bersama-sama, saling bercerita satu sama lainnya desetiap kali mereka menghabiskan waktu makan bersama.Alice mulai nyaman dengan kehadiran seseorang..Baru dua hari Athur tidak ada di rumah, rasanya sangat mencekik. Alice takut kembali terjebak dalam kesepian seperti dulu lagi.Alice menopang dagunya, memandangi jalanan di balik hutan yang gelap. Alice berharap jika malam ini Theodor tidak kembali datang, Alice masih belum siap dan membutuhkan waktu untuk mengumpulkan keberan
Napas Damian tertahan di dada, seluruh tenaganya terenggut sampai membuatnya kesulitan untuk berbicara. Tubuh Damian luruh duduk lemas di kursi.Kabar buruk yang diucapkan Stela berhasil meretakan harapan Damian akan kesembuhan Hayes.Stela tertunduk sedih mendengar suara erangan kesedihan Damian yang menahan tangisan sampai harus menekan kelopak matanya. Hati Damian sangat hancur, memikirkan putranya yang dilahirkan dalam keadaan sempurna, akan menghabiskan sisa hidupnya dalam keterbatasan. “Itu tidak mungkin Stela, Hayes pasti akan baik-baik saja kan?” “Tuan Damian, saya tidak bisa menjanjikan sesuatu yang tidak pasti. Namun, saya akan berusaha untuk memperjuangkan kesehatan Hayes, karena itulah kita harus melakukan sesuatu sebelum terlambat.”“Apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkan Hayes?”“Hayes harus menemukan semangat untuk bisa kembali sembuh,” jawab Stela menggantung, bola matanya bergerak pelan meneliti kesedihan Damian. “ini sangat penting, saya khawatir Hayes memili
Theodor terpaku, permintaan Damian seperti sebuah cengkraman duri yang yang langsung mengoyak seluruh tubuhnya.Permintaan yang sangat mustahil untuk Theodor penuhi, namuan akan menyudutkan Theodooor menjadi pria jahat jika menolaknya karena masuknya Hayes ke rumah sakit akibat perbuatan Theodor.“Saya sangat marah Hayes menjebak Alice dan adiknya, dia sudah membuat Alice tertekan, dan saya mengakui jika kesalahan saya adalah berbuat kasar pada Hayes. Lantas apa sakitnya Hayes juga harus menjadi tanggung jawab penuh saya?” tanya Theodor dengan mata bergetar.“Lalu, apa kau akan tetap bersama Alice meski tahu jika saat ini Hayes sangat membutuhkan Alice?” tanya balik Damian terdengar putus asa. Tangan Theodor terkepal kuat menahan amarah dan kesedihan, dadanya terasa sangat sesak dan perih hanya dengan membayangkan harus merelakan Alice kembali pada Hayes. Meski Alice sudah mengajaknya berpisah dan telah membuatnya kecewa, Theodor masih ingin memperjuangkannya tanpa sedikitpun keragu
Theodor menarik kursi agar bisa duduk di sisi ranjang, sementara Hayes yang mendengarkan suara keberadaan Theodor berpura-pura melihat melihat apa yang Theodor lakukan meski apa yang dilihatnya saat ini hanyalah pergerakan sebuah bayangan.“Bagaiamana keadaanmu?” tanya Theodor terdengar tenang dan tangan bersedekap angkuh. Dia tahu kini Hayes tengah berpura-pura bisa melihat keberadaannya dengan jelas, Theodor-pun akhirnya berpura-pura tidak tahu jika sebenarnya Hayes kesulitan melihat.Akan sangat mudah untuk Theodor menghancurkan Hayes dan mengambil kembali Alice dengan cara menyerang kelemahan Hayes Borsman. Tetapi, Theodor bukanlah orang yang seperti itu.“Seperti yang sekarang kau lihat, aku cukup terluka setelah dihajar seorang bajingan,” jawab Hayes penuh penekanan.“Mala mini, aku juga sempat kerepotan setelah menghajar seorang bajingan,” jawab Theodor balas ucapan Hayes dengan makin.“Aku ingin membunuhmu Theodor,” ungkap Hayes.“Aku juga sangat ingin mencekikmu malam,” jawab
Deru suara napas kasar saling bersahutan, ciuman yang terjalin berakhir dalam kebisuan, berakhir saling memandang dalam waktu lama, menyelami perasaan satu sama lainnya.Pelukan Theodor perlahan mengendur, dia menurunkan tubuh Alice dan mengusap wajahnya yang basah oleh air mata.Theodor membungkuk, kembali mengecup bibir Alice dan kedua pipinya, merasakan sisa-sisa air mata yang tertinggal. Theodor menarik tubuh gadis itu ke dalam dekapannya untuk dipeluk.Masih tidak ada kata-kata yang terucap seakan mereka sudah bisa memahami perasaan satu sama lainnya tanpa perlu dengan penjelasan.Pakaian Theodor yang basah, tubuhnya yang kedinginan menemukan sedikit menghangat saat Alice berada dalam pelukannya.Semua perasaan yang kacau mereda perlahan. Pelukan Theodor mengerat, dia ingin menikmati waktunya sedikit lebih lama lagi, karena Theodor tidak tahu misteri apa yang akan terjadi diantara dirinya dengan Alice di hari esok.Theodor memejamkan matanya menyembunyikan kehancuran yang terluk
Hujan sudah mulai reda, malam semakin gelap. Ketegangan berakhir dalam kebisuan, suara musik tidak terdengar lagi, mesin pencuci berhenti beroperasi.Waktu sudah menunjukan pukul dua malam..Gorden kamar bergerak diterpa angin yang masuk melalui celah pentilasi udara.Theodor terbaring, membawa Alice ke dalam pelukannya setelah gadis itu berhenti menangis dan mendapatkan sedikit ketenangannya lagi.Tubuh dan jiwa mereka sedang lelah, tidak ada kata yang bisa ucapkan lagi karena semuanya yang sudah terjadi sulit untuk dikembalikan.Alice merasakan irama detak jantung Theodor di pipinya, gadis itu mengusap lembut buku-buku jari Theodor yang terluka.Malam semakin larut..Tidak ada yang tidur..Keduanya terjebak dalam sebuah pertanyaan sederhana yang sulit diungkapkan melalui kata-kata. Apakah besok, hubungan mereka sudah selesai? Semuanya berakhir begitu saja?Apa itu artinya, mereka akan kembali ke jalan masing-masing, sebagai teman yang hanya saling mendukung bersama jarak yang memisa