Alice bergerak gelisah dalam kesunyian, pikirannya berkelana entah kemana, ada sesuatu yang membuatnya sangat tidak nyaman, namun Alice tidak tahu alasannya apa.Sejak pulang dari paviliun Alice tidak melakukan apapun, dia menghabiskan waktunya hanya untuk duduk, memikirkan keadaan Athur, memikirkan hubungannya dengan Theodor, dan memikiran apa yang akan terjadi pada dirinya dihari esok.Alice sudah terbiasa dalam kesepian lebih dari dua puluh tahun lamanya, namun semenjak bersama Athur dan melewati siang malam bersama-sama, saling bercerita satu sama lainnya desetiap kali mereka menghabiskan waktu makan bersama.Alice mulai nyaman dengan kehadiran seseorang..Baru dua hari Athur tidak ada di rumah, rasanya sangat mencekik. Alice takut kembali terjebak dalam kesepian seperti dulu lagi.Alice menopang dagunya, memandangi jalanan di balik hutan yang gelap. Alice berharap jika malam ini Theodor tidak kembali datang, Alice masih belum siap dan membutuhkan waktu untuk mengumpulkan keberan
Napas Damian tertahan di dada, seluruh tenaganya terenggut sampai membuatnya kesulitan untuk berbicara. Tubuh Damian luruh duduk lemas di kursi.Kabar buruk yang diucapkan Stela berhasil meretakan harapan Damian akan kesembuhan Hayes.Stela tertunduk sedih mendengar suara erangan kesedihan Damian yang menahan tangisan sampai harus menekan kelopak matanya. Hati Damian sangat hancur, memikirkan putranya yang dilahirkan dalam keadaan sempurna, akan menghabiskan sisa hidupnya dalam keterbatasan. “Itu tidak mungkin Stela, Hayes pasti akan baik-baik saja kan?” “Tuan Damian, saya tidak bisa menjanjikan sesuatu yang tidak pasti. Namun, saya akan berusaha untuk memperjuangkan kesehatan Hayes, karena itulah kita harus melakukan sesuatu sebelum terlambat.”“Apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkan Hayes?”“Hayes harus menemukan semangat untuk bisa kembali sembuh,” jawab Stela menggantung, bola matanya bergerak pelan meneliti kesedihan Damian. “ini sangat penting, saya khawatir Hayes memili
Theodor terpaku, permintaan Damian seperti sebuah cengkraman duri yang yang langsung mengoyak seluruh tubuhnya.Permintaan yang sangat mustahil untuk Theodor penuhi, namuan akan menyudutkan Theodooor menjadi pria jahat jika menolaknya karena masuknya Hayes ke rumah sakit akibat perbuatan Theodor.“Saya sangat marah Hayes menjebak Alice dan adiknya, dia sudah membuat Alice tertekan, dan saya mengakui jika kesalahan saya adalah berbuat kasar pada Hayes. Lantas apa sakitnya Hayes juga harus menjadi tanggung jawab penuh saya?” tanya Theodor dengan mata bergetar.“Lalu, apa kau akan tetap bersama Alice meski tahu jika saat ini Hayes sangat membutuhkan Alice?” tanya balik Damian terdengar putus asa. Tangan Theodor terkepal kuat menahan amarah dan kesedihan, dadanya terasa sangat sesak dan perih hanya dengan membayangkan harus merelakan Alice kembali pada Hayes. Meski Alice sudah mengajaknya berpisah dan telah membuatnya kecewa, Theodor masih ingin memperjuangkannya tanpa sedikitpun keragu
Theodor menarik kursi agar bisa duduk di sisi ranjang, sementara Hayes yang mendengarkan suara keberadaan Theodor berpura-pura melihat melihat apa yang Theodor lakukan meski apa yang dilihatnya saat ini hanyalah pergerakan sebuah bayangan.“Bagaiamana keadaanmu?” tanya Theodor terdengar tenang dan tangan bersedekap angkuh. Dia tahu kini Hayes tengah berpura-pura bisa melihat keberadaannya dengan jelas, Theodor-pun akhirnya berpura-pura tidak tahu jika sebenarnya Hayes kesulitan melihat.Akan sangat mudah untuk Theodor menghancurkan Hayes dan mengambil kembali Alice dengan cara menyerang kelemahan Hayes Borsman. Tetapi, Theodor bukanlah orang yang seperti itu.“Seperti yang sekarang kau lihat, aku cukup terluka setelah dihajar seorang bajingan,” jawab Hayes penuh penekanan.“Mala mini, aku juga sempat kerepotan setelah menghajar seorang bajingan,” jawab Theodor balas ucapan Hayes dengan makin.“Aku ingin membunuhmu Theodor,” ungkap Hayes.“Aku juga sangat ingin mencekikmu malam,” jawab
Deru suara napas kasar saling bersahutan, ciuman yang terjalin berakhir dalam kebisuan, berakhir saling memandang dalam waktu lama, menyelami perasaan satu sama lainnya.Pelukan Theodor perlahan mengendur, dia menurunkan tubuh Alice dan mengusap wajahnya yang basah oleh air mata.Theodor membungkuk, kembali mengecup bibir Alice dan kedua pipinya, merasakan sisa-sisa air mata yang tertinggal. Theodor menarik tubuh gadis itu ke dalam dekapannya untuk dipeluk.Masih tidak ada kata-kata yang terucap seakan mereka sudah bisa memahami perasaan satu sama lainnya tanpa perlu dengan penjelasan.Pakaian Theodor yang basah, tubuhnya yang kedinginan menemukan sedikit menghangat saat Alice berada dalam pelukannya.Semua perasaan yang kacau mereda perlahan. Pelukan Theodor mengerat, dia ingin menikmati waktunya sedikit lebih lama lagi, karena Theodor tidak tahu misteri apa yang akan terjadi diantara dirinya dengan Alice di hari esok.Theodor memejamkan matanya menyembunyikan kehancuran yang terluk
Hujan sudah mulai reda, malam semakin gelap. Ketegangan berakhir dalam kebisuan, suara musik tidak terdengar lagi, mesin pencuci berhenti beroperasi.Waktu sudah menunjukan pukul dua malam..Gorden kamar bergerak diterpa angin yang masuk melalui celah pentilasi udara.Theodor terbaring, membawa Alice ke dalam pelukannya setelah gadis itu berhenti menangis dan mendapatkan sedikit ketenangannya lagi.Tubuh dan jiwa mereka sedang lelah, tidak ada kata yang bisa ucapkan lagi karena semuanya yang sudah terjadi sulit untuk dikembalikan.Alice merasakan irama detak jantung Theodor di pipinya, gadis itu mengusap lembut buku-buku jari Theodor yang terluka.Malam semakin larut..Tidak ada yang tidur..Keduanya terjebak dalam sebuah pertanyaan sederhana yang sulit diungkapkan melalui kata-kata. Apakah besok, hubungan mereka sudah selesai? Semuanya berakhir begitu saja?Apa itu artinya, mereka akan kembali ke jalan masing-masing, sebagai teman yang hanya saling mendukung bersama jarak yang memisa
Gelapnya malam sudah mulai berubah, samar-samar ada cahaya yang terlihat di upuk timur menandakan jika pagi akan segera tiba. Alice bergerak hati-hati, dia menarik selimut yang sempat terjatuh turun.Pikiran Alice melayang, mengingat apa yang telah terjadi sepanjang malam diantara dirinya dengan Theodor. Endorfin yang diciptakan berhasil menyingkirkan banyak beban yang bergelayut di dalam pikiran.Kini Theodor sudah beranjak meninggalkan ranjang, pria itu mengambil pakaiannya yang sudah dibersihkan dan mengenakannya lagi, dia harus bersiap-siapa pergi.Malam yang singkat telah berakhir.Mereka harus kembali pada kenyataan baru yang harus dihadapi.Theodor yang kembali ke dalam kamar dengan pakaian lengkap, pria itu duduk di sisi ranjang.Tangan Alice terulur di depan Theodor, dia tertunduk tidak berani menunjukan wajahnya ketika meninggalkan cincin di telapak tangan Theodor. Sebuah cincin yang pernah Theodor sematkan di jari manisnya sebagai lamaran.“Aku mengembalikannya,” ucap Alic
Ada banyak jenis makanan yang tersedia di meja, aromanya yang harum tercium di udara. Pagi-pagi sekali ada orang yang datang membersihkan paviliun dan menyiapkan segalanya sehingga Hayes bisa beristirahat selama menunggu Alice datang.Hayes menarik kursinya dan duduk dengan kelegaan yang disembunyikan, dilihatnya Alice yang kini terlihat lebih jelas berkat bantuan kacamata.Hayes sempat mendapatkan omelan dokter karena dia memutuskan untuk pulang belum pada waktunya, namun Damian yang berpihak pada Hayes dengan sabar membantunya keluar.Alice menegakan tubuhnya, melihat keluar jendela. Dari paviliun ini, dia bisa melihat luasnya lautan yang biru bersih, kapal-kapal pesiar terlihat berlayar.Sangat menyenangkan, membayangkan bisa berlayar mengelilingi pulau atau sekadar merasakan tekanan lautan yang lebih dalam. Alice akan menemui seorang pelayan yang dia kenal, mungkin dia dan Athur bisa ikut ke tengah lautan untuk merasakan bagaimana rasanya berlayar meski dengan perahu yang sederhan