Ada banyak jenis makanan yang tersedia di meja, aromanya yang harum tercium di udara. Pagi-pagi sekali ada orang yang datang membersihkan paviliun dan menyiapkan segalanya sehingga Hayes bisa beristirahat selama menunggu Alice datang.Hayes menarik kursinya dan duduk dengan kelegaan yang disembunyikan, dilihatnya Alice yang kini terlihat lebih jelas berkat bantuan kacamata.Hayes sempat mendapatkan omelan dokter karena dia memutuskan untuk pulang belum pada waktunya, namun Damian yang berpihak pada Hayes dengan sabar membantunya keluar.Alice menegakan tubuhnya, melihat keluar jendela. Dari paviliun ini, dia bisa melihat luasnya lautan yang biru bersih, kapal-kapal pesiar terlihat berlayar.Sangat menyenangkan, membayangkan bisa berlayar mengelilingi pulau atau sekadar merasakan tekanan lautan yang lebih dalam. Alice akan menemui seorang pelayan yang dia kenal, mungkin dia dan Athur bisa ikut ke tengah lautan untuk merasakan bagaimana rasanya berlayar meski dengan perahu yang sederhan
Sebuah sepeda berwarna hitam dan berkeranjang besar didorong keluar dari mobil pick up oleh Philip. Sepeda itu terlihat jauh lebih besar dan bagus, dan mungkin lebih kuat dari sepeda Alice sebelumnya yang langsung penyok sampai rantainya putus ketika terbanting ke batu.“Ini benar-benar untuk saya?” tanya Alice tidak menyembunyikan keterkejutannya.Philip menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, pria paruh baya itu tersenyum malu. “Anda tidak suka? Saya yang memilihnya, kita bisa menukarnya jika Anda mau sepeda yang lain.”“Justru ini terlalu bagus untuk saya,” jawab Alice malu.“Tidak Nona, Anda pantas mendapatkan yang terbaik,” jawab Philip meyakinkan. “Anda bisa mencobanya selagi tuan muda masih di dalam.”Alice menggigit bibirnya tampak tidak yakin. “Apa ini benar-benar untuk saya?” tanya Alice sekali lagi.“Tentu saja Nona, cobalah.”Dengan ragu Alice mendorong sepedanya dan mencobanya dengan mengelilingi air mancur di depan paviliun. Sementara Philip yang tengah memperhatikan ses
Sinar matahari yang cerah terasa menyilaukan dan membuat kepala sakit. “Berhentilah di sini,” pinta Hayes.Alice berhenti di bawah pohon besar, gadis itu membuang napasnya dengan penuh kelegaan, dia turun dari sepedanya menyusul Hayes yang duduk di sebuah akar besar.“Kemana kau ingin pergi?” tanya Alice tidak menunjukan rasa lelahnya. Dia suka cuaca yang cerah dan memandangi rumput hijau, bunga bermekaran di hari pertama musim semi.“Aku hanya ingin tahu banyak hal tentangmu, bawa aku kemanapun tempat yang ingin kau tuju,” jawab Hayes dengan mata terpejam seraya melepaskan topinya.Alice membuang mukanya seketika, bibir mungilnya terkatup rapat tidak tahu harus berkata apa.“Aku tahu kau tidak nyaman denganku Alice, aku juga tahu jika setiap kali kau bersama denganku, kau tidak sebahagia saat dengan Theodor yang mampu membuatmu tersenyum. Aku tidak sesempurna Theodor, aku kalah dalam hal apapun jika disandingkan dengan Theodor. Satu-satunya yang bisa kau adu, perasaanku padamu benar-
Hayes menopang dagunya dalam kepalan tangan, mobil yang mengantarnya sudah memasuki area villa tempat dimana Damian menginap.Insting Hayes cukup buruk, dan dia sangat yakin memang kedatang Claud ke Emilia Island hanya memperkeruh keadaan yang sedang kacau.“Tuan.” Philip berdiri di sisi sudah membukakan pintu untuk Hayes karena kini mereka sudah sampai.Hayes melompat keluar dari mobilnya. “Jangan pergi, mungkin aku tidak akan lama di sini,” ucap Hayes berjaga-jaga.“Saya mengerti,” jawab Philip dengan anggukan samarnya.Hayes kembali mengenakan topinya, namun kali ini dia tidak mengenakan kacamata. Pria itu melangkah lebar, masuk ke dalam villa dan melewati kerumunan orang yang dia yakini pengawal Claud.Untuk apa sebenarnya Damian memanggilnya? Apakah akan terjadi pembicaraan memang penting atau hanya membicarakan omong kosong yang hanya akan menambah pertengkaran?Langkah Hayes melebar, pria itu melewati beberapa ruangan dan menaiki sebuah tangga besar yang memutar, mengarah pada
Hayes melepaskan topi yang dia kenakan, pria itu melangkah naik ke sebuah kapal yacht yang kini tengah berlabuh, sekilas dia melihat Philip dan yang lainnya tengah berdiri di sisi jembatan memandanginya dengan kekhawatiran.“Saya akan menghubungi Stela jika Anda membutuhkannya,” kata Philip.“Aku baik-baik saja, kalian boleh beristirahat. Aku hanya akan tidur siang di sini,” ucap Hayes menenangkan.“Tolong hubungi saya jika Anda membutukan sesuatu,” jawab Philip.Tangan Hayes melambai mengisyaratkan Philip untuk segera pergi, pria itu pergi masuk ke dalam menuju bagian paling atas kapal usai meminta seorang nahkoda membawa kapalnya pergi berlayar.Aroma lautan yang khas tercium, samar-samar suara burung terdengar.Hayes duduk di sebuah kursi empuk, wajahnya menengadah merasakan angin yang berhembus kencang dan hangat sinar matahari yang menenangkan perasaan di dalam hatinya yang kini tengah diterpa badai.Satu-satunya cara yang bisa Hayes lakukan untuk meringankan sakit di dalam hatiny
Kepulangan Athur meciptakan kehangatan lagi di rumah. Makanan yang sudah Alice siapkan sejak pagi telah dingin, namun Athur melahapnya sampai habis.Athur menceritakan seberapa mengerikannya tinggal di penjara, satu hari tinggal di penjara khusus kota North Emith yang ketat dan gudangnya orang-orang yang memiliki riwayat kejahatan kelas tinggi membuat Athur tercekik ketakutan.Setiap detik yang dia lalui di penjara mengingatkan Athur pada Alice. Dua puluh tahun lebih Alice dikurung di ruang bawah tanah dan hanya mendapatkan kesempatan untuk keluar di malam hari dan selalu mendapatkan banyak penyiksaan, namun tidak pernah sekalipun Athur mendengar Alice mengeluh akan keadaannya.Athur malu kepada dirinya sendiri, dan dia berpikir bahwa mungkin apa yang terjadi padanya adalah sebuah teguran dari Tuhan bahwa seperti inilah apa yang telah Alice lalui dalam hidupnya.Athur bersyukur bahwa dia dikurung satu hari, karena di hari selanjutnya dia dibebaskan dengan prosedur yang cepat. Kebebas
Claud Borsman sudah membaik usai mendapatkan perawatan, pukulan Hayes berhasil mematahkan tulang hidungnya. Amarah yang tidak terbendung bergejolak, harga diri Claud Borsman terinjak-injak direndahkan oleh anak haramnya sendiri yang kini tiba-tiba membangkang.Hayes yang dia kenal memiliki sopan santun dan tidak banyak bicara, siapa sangka jika kini anak itu menjadi brutal setelah diagnose penyakit yang tidak bisa disembuhkan.Puluhan tahun rahasia hidupnya yang tertutup rapat dengan rapi dan sempurna telah dihancurkan. Claud mengatur sesuatu agar semuanya kembali berjalan pada tempatnya sesuai dengan apa yang dia inginkan.Sifat pembangkang Hayes sudah tidak bisa ditoleransi lagi, Claud Borsman harus memberinya pelajaran agar Hayes tahu dengan siapa sebenarnya dia telah berurusan. Claud akan menyingkirkannya agar keturunnnya kembali bersih tanpa noda. Satu kancing terakhir sudah masuk ke tempatnya, diambilnya kacamata baru yang dikirim oleh seseorang. Claud mengenakannya sebelum me
Alice menaiki kapal itu, melangkah terhuyung kehilangan keseimbangannya karena untuk pertama kalinya menaiki kapal. “Kau kemana saja? Apa kau lupa jika kau memiliki tanggung jawab?” tanya Hayes melangkah lebar membawa Alice masuk ke dalam. Sudah hampir dua jam dia menunggu di paviliun, namun Alice tidak kunjung datang.“Aku minta maaf, aku terlalu banyak berbicara dengan Athur,” jawab Alice berdusta.“Kau tidak pandai berbohong Alice.”“Maaf,” ucap Alice sekali lagi.Pandangan Alice mengedar melihat penjuru ruangan kapal yang mewah bak sebuah istana. Pasti sangat menyenangkan bisa tinggal di tempat ini. “Hayes, apakah kita akan akan berlayar?” tanya Alice penasaran.“Ya. Kita akan berlayar di sekitar tempat ini.”“Tapi aku tidak bisa pulang larut malam.”“Kau tidak akan pulang larut malam, tapi besok,” jawab Hayes tidak mempedulikan keterkejutan Alice. Hayes melepaskan genggaman tangannya dan mendorong Alice untuk duduk di sebuah sofa panjang sisi jendela.“Hayes, itu tidak mungkin,
Satu menit..Dua menit..Tiga menit telah berlalu, masih tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua, keduanya terjebak dalam diam, memandangi lautan yang terlihat lebih tenang dari biasanya.Tangan Alice terkepal meremas permukaan pakaiannya, jika tidak ada yang memulai pembicaraan, Alice akan terjebak lebih lama disini.Beberapa kali Alice menarik napasnya untuk mengumpulkan sebuah keberanian untuk memulai percakapan. “Bagaimana kabar Anda?” tanya Alice.Claud menggenggam kuat ujung tongkatnya, wajahnya bergerak ke sisi untuk melihat keberadaan Alice, bola mata Claud bergerak turun melirik perut Alice yang cukup besar meski usia kandungannya masih muda. Tubuh Alice yang pulih masih cukup terlihat sangat kecil, pasti akan sulit untuknya bergerak saat usia kandungannya mulai menginjak lima bulan.“Berapa usiamu?” Claud balik bertanya.Pandangan mereka saling bertemu, Alice tenggelam dalam sorot mata Claud Borsman yang pekat. Alice sudah terbiasa hidup dikelilingi orang-orang yan
Tangisan Eniko kian kencang, hatinya terguncang hebat oleh kata-kata yang tidak pernah sekalipun dia harapkan akan terucap dari mulut Theodor. Hidup Eniko berubah hanya dalam semalam, hatinya hancur seolah dunia disekitarnya runtuh tinggal debu. Eniko tidak pernah seputus asa ini dalam hidupnya hingga dia tidak dapat melihat masa depan lagi.Eniko malu bila terus egois mengikuti kata hatinya untuk tetap mengejar Theodor. Pria itu pantas mendapatkan wanita yang sebanding dengannya, Eniko tidak ingin keberadaannya membuat Theodor malu.“Menangislah sampai semua sesak didadamu berkurang,” nasihat Theodor terdengar sedikit canggung. Ini untuk pertama kalinya dia melihat Eniko menangis, memeluknya lebih dulu dan ini untuk pertama kalinya.Menyadari situasi yang kini tengah tidak begitu baik, perawat yang mengurus Eniko memilih mundur secara perlahan dan pergi meninggalkan ruangan untuk memberi mereka waktu luang.Ruangan itu kini hanya terdengar tangisan dan pelukan hangat Theodor yang sec
Theodor mengusapkan telapak tangannya pada sisi celana, menyingkirkan keringat dingin yang mengganggunya. Dia gugup tanpa asalan, beberapa kali dia harus menarik napasnya agar mendapatkan sedikit ketenangan sebelum mengetuk pintu dan memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan tempat Eniko dirawat.Dua langkah Theodor memasuki ruangan, pandangan Theodor langsung tertuju pada Eniko yang tengah duduk di ranjangnya, wanita itu memandangi jendela di depannya.Theodor melangkah dengan hati-hati sampai pada akhirnya Eniko menengok ke arahnya dan mereka terjebak dalam diam saling memandang satu sama lainnya.Napas Theodor tertahan di dada, melihat sisi wajah Eniko yang bengkak dan memiliki lebam cukup pekat hingga menghabiskan separuh wajah cantiknya, tangannya tepasang infusan dan dia mengenakan pakaian pasien.Mungkin butuh waktu beberapa hari agar lebam itu menghilang dari wajahnya.Dengan langkah yang berat Theodor mendekat dan berdiri di sisi Eniko yang tidak dapat mengalihkan pandan
“Mengapa Ayah membawanya kesini? Ayah tahu kan jika aku sangat membencinya.”“Aku juga tidak memiliki alasan apapun untuk dikatakan,” jawab Damian pelan.Damian tidak mengerti dengan alasan Claud yang mau datang menemui Alice, tidak seperti biasanya dia tertarik pada hal yang tidak menguntungkan. Anehnya, ada sesuatu yang tidak biasa dari Claud Borsman tunjukan, sepanjang perjalanan menuju Emilia Island, Claud hanya menanyakan kesehatan Hayes dan Alice, dia tidak membahas bisnis apapun.Hayes menghisap rokoknya, kepulan asap terlihat bergerak keluar dari mulutnya. Suasana hati Hayes telah dirusak oleh keberadaan Claud Borsman. “Jangan pernah coba-coba untuk mendamaikan aku dengannya, sekeras apapun Ayah berusaha, itu tidak akan berhasil,” peringat Hayes.“Aku tidak akan pernah memaksamu untuk memaafkan kesalahannya Hayes,” jawab Damian dengan nada menggantung. Dalam satu tarikan napas panjangnya Damian kembali berkata, “Hayes, selama ini, sebelum kau mengetahui kebenaran siapa diri
Wajah Claud Borsman berubah pucat, terkejut oleh sesuatu pertanyaan yang tidak pernah dia sangka. Claud Borsman terdiam membungkam kehilangan kata-kata untuk menjawab.Terlahir dari kelas bangsawan membuat Claud Borsman tebiasa dilayani dalam setiap hal, terbiasa menerima rasa hormat dari orang lain yang membangun jiwa angkuh di dalam dirinya.Keangkuhan itu membuat Claud Borsman tidak pernah meminta maaf dan bebas bertindak semaunya tanpa peduli itu benar atau salah, Claud Borsman tumbuh tanpa rasa penyesalan disetiap tindakan yang diambilnya karena dia menganggap setiap manusia yang terlibat dalam hidupnya sebatas objek sesaat.Claud Borsman sendiri tidak pernah tersinggung dengan kritikan tajam siapapun, dia terus berjalan di jalan yang menurutnya benar tidak peduli dengan halangan siapapun, karena siapapun yang berani menghalangi jalannya, Claud Borsman akan menyingkirkannya.Sekarang Hayes menutut maaf darinya?Apakah Claud Borsman bisa melakukannya? Apakah permintaan maaf akan s
“Sepertinya paman Damian sudah datang,” gumam Athur melihat sebuah mobil khusus telah terparkir di depan salah satu parkiran khusus resort.Athur menepikan mobilnya ke sisi. “Aku harus pergi memeriksa restaurant dulu.”Alice mengangguk dengan senyuman, gadis itu bergeser dan melangkah keluar ketika pintu disisinya sudah dibukakan oleh Hayes. Sementara Athur memutar balik mobilnya dan pergi meninggalkan tempat.Alice dan Hayes memasuki resort, sempat Hayes menanyakan kedatangan Damian dan menanyakan keberadaannya saat ini kepada seseorang yang menyambut.Resort yang dibangun sekitar satu tahun lalu itu akan segera diresmikan dalam waktu dekat karena pembangunan yang masih berjalan membutuhkan waktu satu tahun lagi.Jarang sekali mereka datang ke tempat ini meski sudah beberapa kamar yang tersedia, Alice dan Hayes lebih suka menghabiskan waktu mereka berdua di paviliun menjalani kehidupan yang sederhana. Hayes sesekali datang ke tempat ini untuk melakukan pertemuan dengan beberapa rekan
Gelombang ombak menari-nari dibawah langit sore yang cerah, permukaan laut terlihat indah dilukis bayangan cahaya matahari sore, sapuan angin membelai pipi, suara burung terdengar bernyanyi di udara dan bibir pantai.Bayangan lumba-lumba yang tengah berenang terlihat dibawah permukaan air, suaranya terdengar di antara gemuruh air, mereka berenang dengan cepat dan sesekali melompat, cipratan air menyentuh ujung permukaan yachts.Alice beranjak dari duduknya dan mendekat pagar untuk melihat mereka lebih dekat. Alice tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, pemandangan indah ini masih terasa seperti mimpi untuk Alice meski dia sudah tinggal di Emilia Island lebih dari setengah tahun lamanya.Pulau ini sangat indah seperti negeri dongeng, terkadang keindahannya seperti sesuatu yang mustahil benar-benar ada di dunia nyata.Emilia Island dimiliki seorang salah satu miliarder negeri ini sekaligus salah satu anggota kerajaan, orang itu bernama Julian Giedon, dulu pulau ini hutan belantara sel
“Pak Damian,” panggil Duma memasuki ruangan Damian dan mendapatinya tengah berkutat dengan setumpuk pekerjaan yang harus dikerjakan besok akan diselesaikan hari ini juga.Damian tidak sabar ingin pergi ke Emilia Island dan berkumpul dengan keluarganya untuk merayakan kabar cucu kembarnya yang kini masih berada dalam kandungan Alice.Damian berencana untuk pergi meninggalkan kantor pusat selama dua hari dan menghabiskan waktunya bersama Alice juga Hayes.Damian tidak ingin kehilangan setiap moment perkembangan cucunya yang sangan dia nantikan.Usia Damian sudah menginjak enam puluh tahun, dan meski dia sudah menikah, namun Damian tidak pernah sekalipun mengalami fase dimana dia mendampingi seseorang yang mengandung hingga melahirkan dan merawatnya sampai tumbuh besar.Meski Damian menikahi Ivana dan menjadi ayah untuk Hayes, namun itu dilakukan sejak Hayes akan memasuki bangku taman kanak-kanak.Itupun, butuh proses yang sangat lama bagi Damian bisa menyayangi Hayes setelah dia tahu Ha
Seikat bunga mawar kuning berada dalam genggaman, Theodor berdiri dalam ketegangan menatap dua pintu besar di hadapannya yang terjaga oleh dua orang tentara.Kapan terakhir kali Theodor datang ke rumah Eniko? Sepertinya saat dia masih berada di bangku sekolah dasar. Saat itu Theodor menghadiri pesta ulang tahun Eniko yang ke lima, sejak malam pesta ulang tahun itu, Theodor tidak pernah lagi mau datang ke rumah Eniko karena sebuah alasan yang kuat. Theodor masih ingat ada sebuah kejadian memalukan yang dia alami ditengah pesta karena Eniko. Eniko mengajaknya pergi berdansa, karena Theodor mengantuk dan menolak keinginannya, Eniko menggigit pipinya sampai Theodor menangis hingga menjadi tontonan banyak orang.Bila ingat-ingat lagi, Theodor tidak memiliki kenangan baik setiap kali bersma Eniko. Eniko selalu saja menciptakan warna kacau dalam hidup Theodor.Sangat menyebalkannya lagi Theodor tidak bisa berbicara kasar ataupun melakukan sedikit kekerasaan karena Eniko seorang perempuan.