Kepulangan Athur meciptakan kehangatan lagi di rumah. Makanan yang sudah Alice siapkan sejak pagi telah dingin, namun Athur melahapnya sampai habis.Athur menceritakan seberapa mengerikannya tinggal di penjara, satu hari tinggal di penjara khusus kota North Emith yang ketat dan gudangnya orang-orang yang memiliki riwayat kejahatan kelas tinggi membuat Athur tercekik ketakutan.Setiap detik yang dia lalui di penjara mengingatkan Athur pada Alice. Dua puluh tahun lebih Alice dikurung di ruang bawah tanah dan hanya mendapatkan kesempatan untuk keluar di malam hari dan selalu mendapatkan banyak penyiksaan, namun tidak pernah sekalipun Athur mendengar Alice mengeluh akan keadaannya.Athur malu kepada dirinya sendiri, dan dia berpikir bahwa mungkin apa yang terjadi padanya adalah sebuah teguran dari Tuhan bahwa seperti inilah apa yang telah Alice lalui dalam hidupnya.Athur bersyukur bahwa dia dikurung satu hari, karena di hari selanjutnya dia dibebaskan dengan prosedur yang cepat. Kebebas
Claud Borsman sudah membaik usai mendapatkan perawatan, pukulan Hayes berhasil mematahkan tulang hidungnya. Amarah yang tidak terbendung bergejolak, harga diri Claud Borsman terinjak-injak direndahkan oleh anak haramnya sendiri yang kini tiba-tiba membangkang.Hayes yang dia kenal memiliki sopan santun dan tidak banyak bicara, siapa sangka jika kini anak itu menjadi brutal setelah diagnose penyakit yang tidak bisa disembuhkan.Puluhan tahun rahasia hidupnya yang tertutup rapat dengan rapi dan sempurna telah dihancurkan. Claud mengatur sesuatu agar semuanya kembali berjalan pada tempatnya sesuai dengan apa yang dia inginkan.Sifat pembangkang Hayes sudah tidak bisa ditoleransi lagi, Claud Borsman harus memberinya pelajaran agar Hayes tahu dengan siapa sebenarnya dia telah berurusan. Claud akan menyingkirkannya agar keturunnnya kembali bersih tanpa noda. Satu kancing terakhir sudah masuk ke tempatnya, diambilnya kacamata baru yang dikirim oleh seseorang. Claud mengenakannya sebelum me
Alice menaiki kapal itu, melangkah terhuyung kehilangan keseimbangannya karena untuk pertama kalinya menaiki kapal. “Kau kemana saja? Apa kau lupa jika kau memiliki tanggung jawab?” tanya Hayes melangkah lebar membawa Alice masuk ke dalam. Sudah hampir dua jam dia menunggu di paviliun, namun Alice tidak kunjung datang.“Aku minta maaf, aku terlalu banyak berbicara dengan Athur,” jawab Alice berdusta.“Kau tidak pandai berbohong Alice.”“Maaf,” ucap Alice sekali lagi.Pandangan Alice mengedar melihat penjuru ruangan kapal yang mewah bak sebuah istana. Pasti sangat menyenangkan bisa tinggal di tempat ini. “Hayes, apakah kita akan akan berlayar?” tanya Alice penasaran.“Ya. Kita akan berlayar di sekitar tempat ini.”“Tapi aku tidak bisa pulang larut malam.”“Kau tidak akan pulang larut malam, tapi besok,” jawab Hayes tidak mempedulikan keterkejutan Alice. Hayes melepaskan genggaman tangannya dan mendorong Alice untuk duduk di sebuah sofa panjang sisi jendela.“Hayes, itu tidak mungkin,
Semakin lama Alice memperhatikan mata itu, Alice semakin sadar bahwa itu bukan hanya sekadar sakit biasa. Tenggorokan Alice mengering, langsung teringat dengan sepasang mata Ivana sangat mirip dengan mata kiri Hayes. Bibir Alice terkatup rapat, seluruh permukaan kulitnya meremang dan hatinya teremas sakit. Alice sudah salah menilai Hayes.Kesempurnaan yang sudah dilihatnya dari Hayes ternyata adalah sebuah kesalahan. Alice terpaku dengan apa yang dilihatnya dari luar, tanpa melihat kebenaran bahwa Hayes sedang berjuang melawan penyakitkanya, tanpa ada yang tahu.Alice menarik napasnya dengan tersendat-sendat, teringat kejadian beberapa hari yang lalu saat mereka terjebak di kegelapan dan kedinginan.Hayes menggendongnya, dia menolak menurunkan Alice meski beberapa kali kakinya tergelincir dan hampir jatuh, hingga demam tinggi. Alice tidak menyadarinya, dibutakan oleh ketakutan dan pikiran negatif.Hayes menarik turun tangan Alice yang masih berada di wajahnya. “Jangan mengasihaniku
Keringat dingin bercucuran membasahi wajah Ivana, wanita itu bergerak gelisah dalam tidurnya, tangannya yang kurus kering mencakar permukaan ranjang mencari sesuatu yang bisa dia pegang untuk mendapatkan kekuatan. Dia terserang mimpi buruk yang mengerikan. Bayang-bayang masa mudanya terus bermunculan di dalam mimpi, semua dosa kesalahan yang telah diperbuatnya datang menghantui tidurnya.Pengkhianatannya pada Giselle dan ibu Damian, tawa jahatnya yang penuh kepuasan usai mendengar Giselle berhasil diperkosa.Dada Ivana sesak seperti tercekik sesuatu, wanita itu mengerang sampai urat lehernya terlihat.Ivana membuka matanya lebar-lebar begitu bisa melepaskan diri dari mimpi buruk yang menyiksanya.Suara napas kasar yang tidak beraturan terdengar di kesunyian itu. Ivana mengusap wajahnya yang basah oleh keringat.Lagi dan lagi, Ivana selalu diserang mimpi buruk disetiap tidurnya, padahal dia baru bisa memejamkan matanya beberapa saat yang lalu.Malam yang sunyi sepi membawa Ivana turun
“Nona, silahkan masuk.” Tami mempersilahkan Alice untuk masuk begitu dia membukakan pintu.Alice melihat ke arah dimana kini mobil yang membawa Hayes, kini bergerak cepat menuju bandara dengan buru-buru.Alice masuk ke dalam mobil dengan perasaan tidak nyaman, kabar yang dibawa Philip pagi ini berhasil membuat Hayes terperanjat dan panik sampai membuat mereka berdua tidak memiliki kesempatan untuk berbicara apapun.Mobil yang membawa Alice mulai bergerak membawanya pergi dari dermaga.Tangan Alice yang berkeringat dingin beberapa kali harus digosokkan pada permukaan pakaian. Kegelisahan muncul di dalam hati, dan Alice merasakan sesuatu yang buruk mungkin akan datang.Ivana… Sudah lama mereka berdua tidak bertemu, terakhir kali mereka bertemu adalah, dimalam sebelum Alice diculik oleh Giselle.Setelah kematian Giselle, ada banyak cerita dan rahasia yang terungkap, dan semuanya mengarah kepada Ivana sebagai dalangnya. Seorang wanita terhormat yang selalu membuat Alice tidak enak hati a
“Hayes, masuklah,” bisik Damian mendorong bahu putranya untuk segera masuk ke dalam ruangan tempat dimana Ivana tengah dirawat.Hayes tertunduk dengan suara napas yang kasar, butuh banyak kekuatan untuknya bisa kembali berhadapan dengan Ivana setelah tiga bulan lamanya tidak bertemu. Terakhir kali mereka berbicara, Hayes memakinya tanpa ampun dan meninggalkannya.Perasaan Hayes berkecamuk terjebak dalam kebimbangan, dia masih marah disisi lain dia sangat mengkhawatirkan Ivana.Keterdiaman Hayes yang tidak kunjung masuk membuat Damian mendekat dan menepuk bahu putranya. “Hayes, jangan memikirkan apapun. Lihatlah dia sebagai ibu yang selama ini selalu kau sayangi dan kau hormati. Apa yang dia lakukan adalah urusannya dengan Tuhan, dan urusanmu dengan ibumu adalah tentang ikatan anak dan orang tuanya.”Hayes mengangguk tanpa suara, pria itu menggeser pintu dan segera melangkah masuk ke dalam, meninggalkan orang-orang yang tengah menunggu di luar.Pandangan Hayes langsung tertuju ke arah
Acara pemakamanan Ivana dilakukan secara privat meski sudah diumumkan mengenai kabar meninggalnya kepada public. Damian tidak ingin jika diacara pemakaman Ivana seseorang berbicara buruk tentangnya dan didengar oleh Hayes.Kabar kematian Ivana cukup mengejutkan banyak orang, dibandingkan dengan berbela sungkawa, orang-orang sibuk mengasihani kehidupan Ivana yang sempurna sejak kecil dan selalu menjadi sorotan sebagaia wanita yang luar biasa, kini menutup usianya berada dalam masa penahannya.Tidak ada satu orang pun yang akan menyangka jika ternyata wanita sempurna seperti Ivana berakhir dengan cara yang seperti ini.Bunga-bunga liar di musim semi bermekaran, rumput-rumput bergerak tersapu angin.Hayes berdiri termangu di samping Damian yang tidak pernah pergi jauh dari sisinya semenjak mereka pergi ke rumah sakit. Damian bisa merasakan seberapa hancurnya perasaan Hayes saat ini. Dalam waktu beberapa bulan ini dia terus menerus dirundung banyak duka yang tidak berhenti berdatangan u