Acara pemakamanan Ivana dilakukan secara privat meski sudah diumumkan mengenai kabar meninggalnya kepada public. Damian tidak ingin jika diacara pemakaman Ivana seseorang berbicara buruk tentangnya dan didengar oleh Hayes.Kabar kematian Ivana cukup mengejutkan banyak orang, dibandingkan dengan berbela sungkawa, orang-orang sibuk mengasihani kehidupan Ivana yang sempurna sejak kecil dan selalu menjadi sorotan sebagaia wanita yang luar biasa, kini menutup usianya berada dalam masa penahannya.Tidak ada satu orang pun yang akan menyangka jika ternyata wanita sempurna seperti Ivana berakhir dengan cara yang seperti ini.Bunga-bunga liar di musim semi bermekaran, rumput-rumput bergerak tersapu angin.Hayes berdiri termangu di samping Damian yang tidak pernah pergi jauh dari sisinya semenjak mereka pergi ke rumah sakit. Damian bisa merasakan seberapa hancurnya perasaan Hayes saat ini. Dalam waktu beberapa bulan ini dia terus menerus dirundung banyak duka yang tidak berhenti berdatangan u
Kabar kematian Ivana sudah sampai di telinga, sebagai seseorang yang memiliki nama di kelas social, kematiannya tersebar cepat di surat kabar dan berita.Kabar kematian itu membuat Athur mendapatkan sebuah semangat yang tidak seperti biasanya. Dia langsung mengajak Alice berbelanja ke pasar untuk membuka restaurant mereka kembali mulai sore ini karena turis mulai berdatangan untuk menikmati musim semi mereka di pantai.Alice sendiri tidak sedikitpun menegur apa yang membuat Athur senang hari ini.Terdengar kejam bagi seseorang yang berbahagia atas kepergian kematian orang lain, namun siapapun juga tidak bisa memahami perasaan Athur yang harus kehilangan ayahnya dengan cara mengerikan dan semua sebab kegilaan Giselle disebabkan oleh Ivana.Kepergian Ivana membawa angin segar untuk Athur maupun Alice yang selama ini sudah menjadi korbannya. Mereka merasakan kelegaan yang tidak terhingga, kepergian Ivana membawa secercah harapann untuk menjalani hidup tanpa rasa takut lagi.“Kakak, seper
Hayes terbangun dari tidur lelapnya yang melelahkan, samar-samar penglihatannya mengabur, dia membutuhkan waktu yang sedikit lama untuk bisa melihat jelas hal-hal yang ada di sekitarnya.Ruangan rumah sakit, itulah yang Hayes sadari sekarang.Perlahan Hayes bangkit dari tidurnya dan segera duduk, dia mengingat-ngingat tentang apa yang telah terjadi hingga bisa sampai masuk rumah sakit.Pria itu tenggelam dalam diam seperti sedang memikirkan sesuatu yang serius, sampai pada akhirnya dia memberanikan diri menutup mata kanannya dengan telapak tangan untuk memastikan kemampuan mata kirinya sekarang setelah terjatuh pingsan.Bola mata Hayes bergerak ke penjuru arah. Kejelasan ruangan yang dilihat berubah menjadi samar-samar bayangan bercampur hitam.Sepertinya, keadaan mata kirinya semakin memburuk dan Hayes bisa memastikan kemungkinan kini Damian mendesaknya untuk setuju melakukan operasi.Hayes menghela napasnya dengan berat, pria itu bersandar pada kepala ranjang. Hayes tidak tahu apa
Alice membaringkan tubuhnya di ranjang, melepaskan lelah yang telah menderanya. Rambut panjangnya yang setengah kering membasahi permukaan bantal.Seperti apa yang diperkirakan, begitu restaurant dibuka di sore hari, para pelanggan berdatangan silih berganti. Ini untuk pertama kalinya restaurant menerima pelanggan yang membeludak karena saat pertama Alice dan Athur membuka pindah ke Emilia Island, saat itu musim dingin.Sepertinya Athur membutuhkan karyawan tambahan agar mereka tidak kerepotan saat melayani pelanggan yang datang.Jam di atas laci sudah menunjukan pukul sebelas malam.Didalam genggaman tangannya, dia memegang sebuah gelang pemberian Theodor ketika mereka masih berteman. Alice ingin menyimpannya dan mengenakannya sebagai kenang-kenangan.Dalam waktu lama ini mungkin mereka tidak akan pernah berkomunikasi maupun saling melihat. Waktu akan terus berjalan dengan cerita-cerita baru tanpa Theodor, Alice hanya bisa mengenang masa lalunya dengan rasa hormat.“Semoga kau selalu
Ketika pajar menyingsing, Philip sudah datang ke rumah untuk menjemput Alice. Athur yang sudah bisa menerima keputusan Alice pada akhirnya membiarkan kakaknya dibawa pergi ke kota Andreas.Kembali ke kota Andreas membangunkan kembali banyak ingatan yang selama ini berusaha Alice lupakan. Kenangan itu seperti sebuah bayangan yang mengerikan, beruntungnya orang-orang jahat yang dulu terlibat dalam hidupnya sudah meninggal.Tidak ada yang perlu Alice takuti, semua orang sudah berbuat jahat padanya telah mendapatkan karma mereka masing-masing.Butuh waktu sau jam lebih melewati perjalanan menuju kota Andreas. Ketika sampai di rumah sakit, semua orang sudah duduk menunggu, termasuk teman-teman Hayes, terkecuali Theodor yang tidak terlihat dimanapun.Sepertinya Theodor sengaja pergi, ketidak hadirannya membuat Alice sedikit lega karena dia tidak perlu dihantui rasa bersalah saat berdekatan dengan Hayes.s“Alice, terima kasih sudah bersedia datang ke sini,” sambut Damian dengan penuh kele
“Hayes mencarimu, masuklah,” titah Mante yang baru selesai keluar dari ruangan Hayes berada.Proses operasi telah selesai dilakukan dengan lancar, Hayes yang sudah dipindahkan kembali ke dalam ruangannya, kini dia tengah dijaga ketat.Sudah beberapa jam setelah Hayes selesai dioperasi dan mendapatkan izin kunjungan, orang-orang terdekatnya silih berganti datang menyapanya. Sementara Alice tidak kunjung datang menemuinya. Alice sangat bersyukur karena semuanya berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diinginkan, namun Alice sedikit gugup memikirkan kata-kata yang tepat untuk dia ucapkan jika Hayes menanyakan jawaban darinya.“Aku akan masuk sebentar lagi,” jawab Alice terbata. “Kau terlihat gugup. Apa ada masalah?”Alice menggeleng tidak membenarkan. “Aku baik-baik saja.”Mante bersedekap meneliti kegelisahan Alice yang tidak tersembunyikan dengan baik. “Jika kau membutuhkan bantuan jangan ragu berbicara padaku.”“Terima kasih, Mante. Sepertinya aku harus mengunjungi Hayes sekar
Setelah mengambil keputusan untuk kembali membuka lembaran kehidupan yang kembali baru, Alice dan Damian secara bersama-sama merawat Hayes dan mendampinginya di rumah sakit.Setiap moment bersama Hayes berusaha Alice ciptakan dengan baik, berbagai cara dia lakukan dengan saling berbicara untuk saling mengenal satu sama lainnya, terkadang pergi keluar taman sekadar berjalan-jalan, Alice membantu Hayes makan menemani aktivitasnya.Alice tulus mendampingi Hayes, dia juga sudah belajar membuka hatinya meski di beberapa moment ketika dia sendirian, terkadang dia masih menangis ketika melihat sesuatu yang mengingatkan dirinya pada Theodor.Hayes yang memahami posisinya tetap bersabar, dia tidak menyerah untuk membuktikan diri kepada Alice bahwa dia tidak salah mengambil keputusan dengan kembali kepadanya.Hayes tahu betul kesalahannya di masa lalu, dan kesalahan yang telah ditinggalkan oleh ibunya, meski Alice tidak pernah mengungkitkanya, hal-hal buruk itu pasti tidak akan pernah mudah
“Tuan Julian, Tuan Matthias,” sapa Theodor dengan senyuman formal, pria itu membungkuk memberi hormat bersama Helian yang berdiri di sisinya.“Lama tidak berjumpa Theodor,” sapa Julian seraya mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Dengan tenang Theodor menyalami Julian dan Matthias bergantian.“Bagaimana kabarmu, Theodor?” tanya Matthias dengan senyuman lebarnya, “sudah lama kita tidak bertemu.”“Kabar saya baik, Tuan Matthias.”Eniko yang semula berdiri di paling belakang, melangkah mendekat dengan senyuman cerahnya, dia membungkuk memberi hormat kepada Helian dan bersalaman dengannya, lalu perhatiannya kembali tertuju pada Theodor.Mau tidak mau, Theodor harus mengulurkan tangannya juga dan bersalaman.Ketenangan Theodor berakhir hancur begitu saja tatkala Eniko menerima uluran tangannya. Secara tidak terduga gadis itu membungkuk mengecup punggung tangan Theodor layaknya seorang pangeran gantleman yang bertemu seorang tuan putri.Dengan cepat Theodor menarik tangannya dan tertun
Satu menit..Dua menit..Tiga menit telah berlalu, masih tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua, keduanya terjebak dalam diam, memandangi lautan yang terlihat lebih tenang dari biasanya.Tangan Alice terkepal meremas permukaan pakaiannya, jika tidak ada yang memulai pembicaraan, Alice akan terjebak lebih lama disini.Beberapa kali Alice menarik napasnya untuk mengumpulkan sebuah keberanian untuk memulai percakapan. “Bagaimana kabar Anda?” tanya Alice.Claud menggenggam kuat ujung tongkatnya, wajahnya bergerak ke sisi untuk melihat keberadaan Alice, bola mata Claud bergerak turun melirik perut Alice yang cukup besar meski usia kandungannya masih muda. Tubuh Alice yang pulih masih cukup terlihat sangat kecil, pasti akan sulit untuknya bergerak saat usia kandungannya mulai menginjak lima bulan.“Berapa usiamu?” Claud balik bertanya.Pandangan mereka saling bertemu, Alice tenggelam dalam sorot mata Claud Borsman yang pekat. Alice sudah terbiasa hidup dikelilingi orang-orang yan
Tangisan Eniko kian kencang, hatinya terguncang hebat oleh kata-kata yang tidak pernah sekalipun dia harapkan akan terucap dari mulut Theodor. Hidup Eniko berubah hanya dalam semalam, hatinya hancur seolah dunia disekitarnya runtuh tinggal debu. Eniko tidak pernah seputus asa ini dalam hidupnya hingga dia tidak dapat melihat masa depan lagi.Eniko malu bila terus egois mengikuti kata hatinya untuk tetap mengejar Theodor. Pria itu pantas mendapatkan wanita yang sebanding dengannya, Eniko tidak ingin keberadaannya membuat Theodor malu.“Menangislah sampai semua sesak didadamu berkurang,” nasihat Theodor terdengar sedikit canggung. Ini untuk pertama kalinya dia melihat Eniko menangis, memeluknya lebih dulu dan ini untuk pertama kalinya.Menyadari situasi yang kini tengah tidak begitu baik, perawat yang mengurus Eniko memilih mundur secara perlahan dan pergi meninggalkan ruangan untuk memberi mereka waktu luang.Ruangan itu kini hanya terdengar tangisan dan pelukan hangat Theodor yang sec
Theodor mengusapkan telapak tangannya pada sisi celana, menyingkirkan keringat dingin yang mengganggunya. Dia gugup tanpa asalan, beberapa kali dia harus menarik napasnya agar mendapatkan sedikit ketenangan sebelum mengetuk pintu dan memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan tempat Eniko dirawat.Dua langkah Theodor memasuki ruangan, pandangan Theodor langsung tertuju pada Eniko yang tengah duduk di ranjangnya, wanita itu memandangi jendela di depannya.Theodor melangkah dengan hati-hati sampai pada akhirnya Eniko menengok ke arahnya dan mereka terjebak dalam diam saling memandang satu sama lainnya.Napas Theodor tertahan di dada, melihat sisi wajah Eniko yang bengkak dan memiliki lebam cukup pekat hingga menghabiskan separuh wajah cantiknya, tangannya tepasang infusan dan dia mengenakan pakaian pasien.Mungkin butuh waktu beberapa hari agar lebam itu menghilang dari wajahnya.Dengan langkah yang berat Theodor mendekat dan berdiri di sisi Eniko yang tidak dapat mengalihkan pandan
“Mengapa Ayah membawanya kesini? Ayah tahu kan jika aku sangat membencinya.”“Aku juga tidak memiliki alasan apapun untuk dikatakan,” jawab Damian pelan.Damian tidak mengerti dengan alasan Claud yang mau datang menemui Alice, tidak seperti biasanya dia tertarik pada hal yang tidak menguntungkan. Anehnya, ada sesuatu yang tidak biasa dari Claud Borsman tunjukan, sepanjang perjalanan menuju Emilia Island, Claud hanya menanyakan kesehatan Hayes dan Alice, dia tidak membahas bisnis apapun.Hayes menghisap rokoknya, kepulan asap terlihat bergerak keluar dari mulutnya. Suasana hati Hayes telah dirusak oleh keberadaan Claud Borsman. “Jangan pernah coba-coba untuk mendamaikan aku dengannya, sekeras apapun Ayah berusaha, itu tidak akan berhasil,” peringat Hayes.“Aku tidak akan pernah memaksamu untuk memaafkan kesalahannya Hayes,” jawab Damian dengan nada menggantung. Dalam satu tarikan napas panjangnya Damian kembali berkata, “Hayes, selama ini, sebelum kau mengetahui kebenaran siapa diri
Wajah Claud Borsman berubah pucat, terkejut oleh sesuatu pertanyaan yang tidak pernah dia sangka. Claud Borsman terdiam membungkam kehilangan kata-kata untuk menjawab.Terlahir dari kelas bangsawan membuat Claud Borsman tebiasa dilayani dalam setiap hal, terbiasa menerima rasa hormat dari orang lain yang membangun jiwa angkuh di dalam dirinya.Keangkuhan itu membuat Claud Borsman tidak pernah meminta maaf dan bebas bertindak semaunya tanpa peduli itu benar atau salah, Claud Borsman tumbuh tanpa rasa penyesalan disetiap tindakan yang diambilnya karena dia menganggap setiap manusia yang terlibat dalam hidupnya sebatas objek sesaat.Claud Borsman sendiri tidak pernah tersinggung dengan kritikan tajam siapapun, dia terus berjalan di jalan yang menurutnya benar tidak peduli dengan halangan siapapun, karena siapapun yang berani menghalangi jalannya, Claud Borsman akan menyingkirkannya.Sekarang Hayes menutut maaf darinya?Apakah Claud Borsman bisa melakukannya? Apakah permintaan maaf akan s
“Sepertinya paman Damian sudah datang,” gumam Athur melihat sebuah mobil khusus telah terparkir di depan salah satu parkiran khusus resort.Athur menepikan mobilnya ke sisi. “Aku harus pergi memeriksa restaurant dulu.”Alice mengangguk dengan senyuman, gadis itu bergeser dan melangkah keluar ketika pintu disisinya sudah dibukakan oleh Hayes. Sementara Athur memutar balik mobilnya dan pergi meninggalkan tempat.Alice dan Hayes memasuki resort, sempat Hayes menanyakan kedatangan Damian dan menanyakan keberadaannya saat ini kepada seseorang yang menyambut.Resort yang dibangun sekitar satu tahun lalu itu akan segera diresmikan dalam waktu dekat karena pembangunan yang masih berjalan membutuhkan waktu satu tahun lagi.Jarang sekali mereka datang ke tempat ini meski sudah beberapa kamar yang tersedia, Alice dan Hayes lebih suka menghabiskan waktu mereka berdua di paviliun menjalani kehidupan yang sederhana. Hayes sesekali datang ke tempat ini untuk melakukan pertemuan dengan beberapa rekan
Gelombang ombak menari-nari dibawah langit sore yang cerah, permukaan laut terlihat indah dilukis bayangan cahaya matahari sore, sapuan angin membelai pipi, suara burung terdengar bernyanyi di udara dan bibir pantai.Bayangan lumba-lumba yang tengah berenang terlihat dibawah permukaan air, suaranya terdengar di antara gemuruh air, mereka berenang dengan cepat dan sesekali melompat, cipratan air menyentuh ujung permukaan yachts.Alice beranjak dari duduknya dan mendekat pagar untuk melihat mereka lebih dekat. Alice tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, pemandangan indah ini masih terasa seperti mimpi untuk Alice meski dia sudah tinggal di Emilia Island lebih dari setengah tahun lamanya.Pulau ini sangat indah seperti negeri dongeng, terkadang keindahannya seperti sesuatu yang mustahil benar-benar ada di dunia nyata.Emilia Island dimiliki seorang salah satu miliarder negeri ini sekaligus salah satu anggota kerajaan, orang itu bernama Julian Giedon, dulu pulau ini hutan belantara sel
“Pak Damian,” panggil Duma memasuki ruangan Damian dan mendapatinya tengah berkutat dengan setumpuk pekerjaan yang harus dikerjakan besok akan diselesaikan hari ini juga.Damian tidak sabar ingin pergi ke Emilia Island dan berkumpul dengan keluarganya untuk merayakan kabar cucu kembarnya yang kini masih berada dalam kandungan Alice.Damian berencana untuk pergi meninggalkan kantor pusat selama dua hari dan menghabiskan waktunya bersama Alice juga Hayes.Damian tidak ingin kehilangan setiap moment perkembangan cucunya yang sangan dia nantikan.Usia Damian sudah menginjak enam puluh tahun, dan meski dia sudah menikah, namun Damian tidak pernah sekalipun mengalami fase dimana dia mendampingi seseorang yang mengandung hingga melahirkan dan merawatnya sampai tumbuh besar.Meski Damian menikahi Ivana dan menjadi ayah untuk Hayes, namun itu dilakukan sejak Hayes akan memasuki bangku taman kanak-kanak.Itupun, butuh proses yang sangat lama bagi Damian bisa menyayangi Hayes setelah dia tahu Ha
Seikat bunga mawar kuning berada dalam genggaman, Theodor berdiri dalam ketegangan menatap dua pintu besar di hadapannya yang terjaga oleh dua orang tentara.Kapan terakhir kali Theodor datang ke rumah Eniko? Sepertinya saat dia masih berada di bangku sekolah dasar. Saat itu Theodor menghadiri pesta ulang tahun Eniko yang ke lima, sejak malam pesta ulang tahun itu, Theodor tidak pernah lagi mau datang ke rumah Eniko karena sebuah alasan yang kuat. Theodor masih ingat ada sebuah kejadian memalukan yang dia alami ditengah pesta karena Eniko. Eniko mengajaknya pergi berdansa, karena Theodor mengantuk dan menolak keinginannya, Eniko menggigit pipinya sampai Theodor menangis hingga menjadi tontonan banyak orang.Bila ingat-ingat lagi, Theodor tidak memiliki kenangan baik setiap kali bersma Eniko. Eniko selalu saja menciptakan warna kacau dalam hidup Theodor.Sangat menyebalkannya lagi Theodor tidak bisa berbicara kasar ataupun melakukan sedikit kekerasaan karena Eniko seorang perempuan.