“Tuan Julian, Tuan Matthias,” sapa Theodor dengan senyuman formal, pria itu membungkuk memberi hormat bersama Helian yang berdiri di sisinya.“Lama tidak berjumpa Theodor,” sapa Julian seraya mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Dengan tenang Theodor menyalami Julian dan Matthias bergantian.“Bagaimana kabarmu, Theodor?” tanya Matthias dengan senyuman lebarnya, “sudah lama kita tidak bertemu.”“Kabar saya baik, Tuan Matthias.”Eniko yang semula berdiri di paling belakang, melangkah mendekat dengan senyuman cerahnya, dia membungkuk memberi hormat kepada Helian dan bersalaman dengannya, lalu perhatiannya kembali tertuju pada Theodor.Mau tidak mau, Theodor harus mengulurkan tangannya juga dan bersalaman.Ketenangan Theodor berakhir hancur begitu saja tatkala Eniko menerima uluran tangannya. Secara tidak terduga gadis itu membungkuk mengecup punggung tangan Theodor layaknya seorang pangeran gantleman yang bertemu seorang tuan putri.Dengan cepat Theodor menarik tangannya dan tertun
“Makanlah dengan baik,” nasihat Damian dengan senyuman lebarnya membantu memotongkan daging untuk Hayes dan mengambilkan sendok untuk Alice yang akan memakan sup.Damian tidak meyembunyikan sedikitpun kebahagiaannya karena di malam ini dia bisa mengulangi hal yang sama seperti bulan lalu.Makan malam bersama Alice dan Hayes di meja makan yang sama, namun suasana yang jauh berbeda.Alice tersenyum malu menerima sendok dari Damian dan mulai makan.Mery dan beberapa pelayan yang sudah menyajikan makanan, kini mereka tengah mengintip di balik pintu besar.Mery dan semua pelayan terlalu senang karena setelah beberapa bulan hidup seperti tidak melakukan pekerjaan apapun akhirnya kini mereka bisa kembali melakukan tugas yang semestinya.Kehadiran Alice dan Damian membuat kediaman keluarga Borsman seakan kembali hidup, ditambah lagi dengan kesehatan Hayes yang telah membaik.Sebagai seorang kepala pelayan, Mery merasa terkantung-kantung dengan tugasnya yang tidak lagi bisa melayani siapapun
Empat bulan kemudian…“Menurutku, tempat ini bisa dijadikan tempat wisata murah dibandingkan pergi jauh-jauh pergi desa Simmur. Wisatawan akan semakin tertarik jika ada kisah dibaliknya,” komentar Athur bersedekap dalam kepuasan memperhatikan kakanya yang tengah memupuk bunga baru yang dia tanam.Alice tertawa. “Aku tidak pernah berpikir sampai sejauh itu.”“Akan sampai kapan dia mengirimkan bunga-bunga ini pada Kakak?”Wajah Alice terangkat, melihat Athur yang berdiri di sisinya. “Dia bilang, sampai samua spesies bunga di dunia ini terkumpul di tempat ini.”Athur berdecih kesal, namun bibirnya mengukir sebuah senyuman yang terhibur.Sampai hari ini, Hayes tidak berhenti mengirimkan bunga pada Alice. Di setiap hari, di pagi yang sama, Alice selalu menerima kiriman bunga dengan jenis spesies yang selalu berbeda.Awalnya Alice masih cukup kuat merawatnya di halaman rumah, namun dengan seiring berjalannya waktu, lahan untuk bunga-bunga itu tidak cukup lagi.Kini bunga-bunga itu telah dip
Damian menghela napasnya dengan berat, dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Hayes. “Hayes, satu hari sebelum kau melakukan operasi, ayah kandungmu melakukan perjanjian denganku. Jika hasil operasimu tidak baik, dia ingin calon penerus keluarga Borsman, dan waktu yang tersisa tinggal dua bulan lagi,” jawab Damian blak-blakan.Kerutan di kening Hayes kian dalam. “Kenapa Ayah melakukan perjanjian seperti itu?”“Dia akan melakukan sesuatu yang mengerikan jika aku tidak menukar keinginan dengan sesuatu yang lain. Karena itu, bisakah kau mulai memikirkan pernikahan dengan Alice?”Hayes menggeleng ragu. “Tapi aku ingin menikah dengan Alice atas dasar mencintainya dan kesiapan. Bukan sakadar untuk mendapatkan anak,” jawab Hayes tidak terima.“Hayes, kau sudah mapan dari segi usia dan pekerjaan. Begitupun dengan Alice yan sudah membaik secara mental dan kemampuan pribadinya. Apakah salah jika aku juga berharap kalian segera menikah lalu memiliki anak?” tanya Damian dengan serius.Hayes l
Suasana disekitar berubah hening seketika. Athur menganga kaget, begitupun dengan Alice tercengang dengan kedua mata yang membulat sempurna, napasnya tertahan di dada.Apa Alice tidak salah dengar? Hayes datang untuk melamarnya?Bagaimana bisa menjadi sangat kebetulan, beberapa hari yang lalu Athur juga menyarankan Alice untuk segera menikah dengan Hayes. Bibir Alice terkatup rapat tidak mampu berpikir apapun karena terkejut. “Ma-maksud Anda, Anda, anu, maksudnya,”Athur terbata-bata dengan ucapan yang tidak jelas, pemuda itu beberapa kali mengatur napasnya sebelum kembali berkata, “Anda benar-benar melamar Kakak saya?” tanya Athur dengan wajah yang pucat pasi.Damian tersenyum dengan anggukan tenangnya. “Benar. Kami datang ke sini untuk melamar Alice. Hayes ingin meminta izin, apakah Alice bersedia kembali menikah dengannya lagi. Kami sangat mengharapkannya kembali menjadi bagian dari keluarga kami secara sah,” jawab Damian menegaskan kata-katanya.Bibir Alice menekan kuat, gadis i
“Ayah, ini bukan mimpi kan?” tanya Hayes sambil mengusap dadanya, pria itu tidak berhenti melihat kearah spion, memperhatikan pantulan keberadaan Alice yang berdiri di depan teras rumahnya.Hayes masih tidak percaya bahwa semua ketakutannya selama ini ternyata salah, kekhawatirannya akan penolakan Alice ternyata salah. Hayes masih tidak percaya bahwa Alice mengakui cintanya dan menerima lamarannya.Damian tersenyum geli melihat reaksi Hayes yang kebingungan harus mengekspresikan kebahagiaan dan kelegaannya seperti apa. Sejak beberapa hari terakhir ini Hayes dilanda gelisah, dia kesulitan tidur, beberapa kali Hayes sampai menanyakan apakah dirinya akan kembali ditolak?Pasti sangat mendebarkan karena semua kekhwatiran Hayes sudah berakhir.Damian sendiri sangat senang karena ternyata penantiannya telah berbuah manis, Alice akan menjadi menjadi putrinya dan isteri Hayes. “Berhenti bertanya seperti itu, kau layak mendapatkan ini semua,” nasihat Damian memberitahu.“Bagaimana jika Alice
Lantunan suara musik romantis terdengar memenuhi ruangan. Theodor duduk di depan pianonya, jemarinya yang panjang bergerak cepat menekan tuts yang menciptakan melodi cantik. Sepasang matanya tidak berhenti memandangi permukaan piano yang memantulkan cahaya dari lampu tembak yang berada di atas panggung.Para penonton duduk diam dalam keterpukauan mendengar lantunan piano dan violin. Mereka tenggelam dalam irama musik cantik yang menemani Februari berhujan mereka yang penuh romansa. Bibir Theodor sedikit terbuka, pria itu menarik napasnya dalam-dalam, di antara suara musik yang mengalun, pikirannya melayang teringat dengan apa yang telah dia dapat di meja kerjanya hari ini.Sebuah undangan pernikahan antara Alice dan Hayes.Akhirnya mereka kembali bersama dan menikah. Theodor tersenyum samar dengan tatapan mata yang kosong, dirinya hanya seorang insane yang sempat singgah di antara Alice dan Hayes, lalu pergi ke tempat yang seharusnya.Awal musim seminya telah berlalu dengan cepat,
Waktu bergerak dengan cepat, semua persiapan pernikahan telah berjalan dengan lancar, dan besok adalah hari dimana pernikahan itu akan berlangsung setelah dua minggu lamanya melakukan persiapan.Alice memutuskan untuk membuat upacara pernikahan yang sederhana karena public masih mengetahui jika sampai saat ini dia menantu keluarga Borsman. Dari sekian banyak tempat yang bisa dipilih, akhirnya Alice memutuskan membuat upacara pernikahan di hutan halaman rumah. Dimana ditempat itu, ada banyak hamparan bunga yang tumbuh pemberian Hayes.Alice ingin upacara pernikahannya kali ini disaksikan oleh bunga-bunga yang telah menjadi saksi perjalanan bagaimana Hayes berjuang selama ini.Hayes membuka tutup buku dalam genggamannya, dia sedang berusaha untuk menyibukan pikirannya sendiri agar bisa tenang, namun tampaknya itu tidak berhasil. Hayes gelisah tidak seperti biasanya sampai membuat teman-temannya melihat dengan khawatir.Hayes tahu ini pernikahan yang kedua dengan perempuan yang sama, d