Setelah mengambil keputusan untuk kembali membuka lembaran kehidupan yang kembali baru, Alice dan Damian secara bersama-sama merawat Hayes dan mendampinginya di rumah sakit.Setiap moment bersama Hayes berusaha Alice ciptakan dengan baik, berbagai cara dia lakukan dengan saling berbicara untuk saling mengenal satu sama lainnya, terkadang pergi keluar taman sekadar berjalan-jalan, Alice membantu Hayes makan menemani aktivitasnya.Alice tulus mendampingi Hayes, dia juga sudah belajar membuka hatinya meski di beberapa moment ketika dia sendirian, terkadang dia masih menangis ketika melihat sesuatu yang mengingatkan dirinya pada Theodor.Hayes yang memahami posisinya tetap bersabar, dia tidak menyerah untuk membuktikan diri kepada Alice bahwa dia tidak salah mengambil keputusan dengan kembali kepadanya.Hayes tahu betul kesalahannya di masa lalu, dan kesalahan yang telah ditinggalkan oleh ibunya, meski Alice tidak pernah mengungkitkanya, hal-hal buruk itu pasti tidak akan pernah mudah
“Tuan Julian, Tuan Matthias,” sapa Theodor dengan senyuman formal, pria itu membungkuk memberi hormat bersama Helian yang berdiri di sisinya.“Lama tidak berjumpa Theodor,” sapa Julian seraya mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Dengan tenang Theodor menyalami Julian dan Matthias bergantian.“Bagaimana kabarmu, Theodor?” tanya Matthias dengan senyuman lebarnya, “sudah lama kita tidak bertemu.”“Kabar saya baik, Tuan Matthias.”Eniko yang semula berdiri di paling belakang, melangkah mendekat dengan senyuman cerahnya, dia membungkuk memberi hormat kepada Helian dan bersalaman dengannya, lalu perhatiannya kembali tertuju pada Theodor.Mau tidak mau, Theodor harus mengulurkan tangannya juga dan bersalaman.Ketenangan Theodor berakhir hancur begitu saja tatkala Eniko menerima uluran tangannya. Secara tidak terduga gadis itu membungkuk mengecup punggung tangan Theodor layaknya seorang pangeran gantleman yang bertemu seorang tuan putri.Dengan cepat Theodor menarik tangannya dan tertun
“Makanlah dengan baik,” nasihat Damian dengan senyuman lebarnya membantu memotongkan daging untuk Hayes dan mengambilkan sendok untuk Alice yang akan memakan sup.Damian tidak meyembunyikan sedikitpun kebahagiaannya karena di malam ini dia bisa mengulangi hal yang sama seperti bulan lalu.Makan malam bersama Alice dan Hayes di meja makan yang sama, namun suasana yang jauh berbeda.Alice tersenyum malu menerima sendok dari Damian dan mulai makan.Mery dan beberapa pelayan yang sudah menyajikan makanan, kini mereka tengah mengintip di balik pintu besar.Mery dan semua pelayan terlalu senang karena setelah beberapa bulan hidup seperti tidak melakukan pekerjaan apapun akhirnya kini mereka bisa kembali melakukan tugas yang semestinya.Kehadiran Alice dan Damian membuat kediaman keluarga Borsman seakan kembali hidup, ditambah lagi dengan kesehatan Hayes yang telah membaik.Sebagai seorang kepala pelayan, Mery merasa terkantung-kantung dengan tugasnya yang tidak lagi bisa melayani siapapun
Empat bulan kemudian…“Menurutku, tempat ini bisa dijadikan tempat wisata murah dibandingkan pergi jauh-jauh pergi desa Simmur. Wisatawan akan semakin tertarik jika ada kisah dibaliknya,” komentar Athur bersedekap dalam kepuasan memperhatikan kakanya yang tengah memupuk bunga baru yang dia tanam.Alice tertawa. “Aku tidak pernah berpikir sampai sejauh itu.”“Akan sampai kapan dia mengirimkan bunga-bunga ini pada Kakak?”Wajah Alice terangkat, melihat Athur yang berdiri di sisinya. “Dia bilang, sampai samua spesies bunga di dunia ini terkumpul di tempat ini.”Athur berdecih kesal, namun bibirnya mengukir sebuah senyuman yang terhibur.Sampai hari ini, Hayes tidak berhenti mengirimkan bunga pada Alice. Di setiap hari, di pagi yang sama, Alice selalu menerima kiriman bunga dengan jenis spesies yang selalu berbeda.Awalnya Alice masih cukup kuat merawatnya di halaman rumah, namun dengan seiring berjalannya waktu, lahan untuk bunga-bunga itu tidak cukup lagi.Kini bunga-bunga itu telah dip
Damian menghela napasnya dengan berat, dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Hayes. “Hayes, satu hari sebelum kau melakukan operasi, ayah kandungmu melakukan perjanjian denganku. Jika hasil operasimu tidak baik, dia ingin calon penerus keluarga Borsman, dan waktu yang tersisa tinggal dua bulan lagi,” jawab Damian blak-blakan.Kerutan di kening Hayes kian dalam. “Kenapa Ayah melakukan perjanjian seperti itu?”“Dia akan melakukan sesuatu yang mengerikan jika aku tidak menukar keinginan dengan sesuatu yang lain. Karena itu, bisakah kau mulai memikirkan pernikahan dengan Alice?”Hayes menggeleng ragu. “Tapi aku ingin menikah dengan Alice atas dasar mencintainya dan kesiapan. Bukan sakadar untuk mendapatkan anak,” jawab Hayes tidak terima.“Hayes, kau sudah mapan dari segi usia dan pekerjaan. Begitupun dengan Alice yan sudah membaik secara mental dan kemampuan pribadinya. Apakah salah jika aku juga berharap kalian segera menikah lalu memiliki anak?” tanya Damian dengan serius.Hayes l
Suasana disekitar berubah hening seketika. Athur menganga kaget, begitupun dengan Alice tercengang dengan kedua mata yang membulat sempurna, napasnya tertahan di dada.Apa Alice tidak salah dengar? Hayes datang untuk melamarnya?Bagaimana bisa menjadi sangat kebetulan, beberapa hari yang lalu Athur juga menyarankan Alice untuk segera menikah dengan Hayes. Bibir Alice terkatup rapat tidak mampu berpikir apapun karena terkejut. “Ma-maksud Anda, Anda, anu, maksudnya,”Athur terbata-bata dengan ucapan yang tidak jelas, pemuda itu beberapa kali mengatur napasnya sebelum kembali berkata, “Anda benar-benar melamar Kakak saya?” tanya Athur dengan wajah yang pucat pasi.Damian tersenyum dengan anggukan tenangnya. “Benar. Kami datang ke sini untuk melamar Alice. Hayes ingin meminta izin, apakah Alice bersedia kembali menikah dengannya lagi. Kami sangat mengharapkannya kembali menjadi bagian dari keluarga kami secara sah,” jawab Damian menegaskan kata-katanya.Bibir Alice menekan kuat, gadis i
“Ayah, ini bukan mimpi kan?” tanya Hayes sambil mengusap dadanya, pria itu tidak berhenti melihat kearah spion, memperhatikan pantulan keberadaan Alice yang berdiri di depan teras rumahnya.Hayes masih tidak percaya bahwa semua ketakutannya selama ini ternyata salah, kekhawatirannya akan penolakan Alice ternyata salah. Hayes masih tidak percaya bahwa Alice mengakui cintanya dan menerima lamarannya.Damian tersenyum geli melihat reaksi Hayes yang kebingungan harus mengekspresikan kebahagiaan dan kelegaannya seperti apa. Sejak beberapa hari terakhir ini Hayes dilanda gelisah, dia kesulitan tidur, beberapa kali Hayes sampai menanyakan apakah dirinya akan kembali ditolak?Pasti sangat mendebarkan karena semua kekhwatiran Hayes sudah berakhir.Damian sendiri sangat senang karena ternyata penantiannya telah berbuah manis, Alice akan menjadi menjadi putrinya dan isteri Hayes. “Berhenti bertanya seperti itu, kau layak mendapatkan ini semua,” nasihat Damian memberitahu.“Bagaimana jika Alice
Lantunan suara musik romantis terdengar memenuhi ruangan. Theodor duduk di depan pianonya, jemarinya yang panjang bergerak cepat menekan tuts yang menciptakan melodi cantik. Sepasang matanya tidak berhenti memandangi permukaan piano yang memantulkan cahaya dari lampu tembak yang berada di atas panggung.Para penonton duduk diam dalam keterpukauan mendengar lantunan piano dan violin. Mereka tenggelam dalam irama musik cantik yang menemani Februari berhujan mereka yang penuh romansa. Bibir Theodor sedikit terbuka, pria itu menarik napasnya dalam-dalam, di antara suara musik yang mengalun, pikirannya melayang teringat dengan apa yang telah dia dapat di meja kerjanya hari ini.Sebuah undangan pernikahan antara Alice dan Hayes.Akhirnya mereka kembali bersama dan menikah. Theodor tersenyum samar dengan tatapan mata yang kosong, dirinya hanya seorang insane yang sempat singgah di antara Alice dan Hayes, lalu pergi ke tempat yang seharusnya.Awal musim seminya telah berlalu dengan cepat,
Satu menit..Dua menit..Tiga menit telah berlalu, masih tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua, keduanya terjebak dalam diam, memandangi lautan yang terlihat lebih tenang dari biasanya.Tangan Alice terkepal meremas permukaan pakaiannya, jika tidak ada yang memulai pembicaraan, Alice akan terjebak lebih lama disini.Beberapa kali Alice menarik napasnya untuk mengumpulkan sebuah keberanian untuk memulai percakapan. “Bagaimana kabar Anda?” tanya Alice.Claud menggenggam kuat ujung tongkatnya, wajahnya bergerak ke sisi untuk melihat keberadaan Alice, bola mata Claud bergerak turun melirik perut Alice yang cukup besar meski usia kandungannya masih muda. Tubuh Alice yang pulih masih cukup terlihat sangat kecil, pasti akan sulit untuknya bergerak saat usia kandungannya mulai menginjak lima bulan.“Berapa usiamu?” Claud balik bertanya.Pandangan mereka saling bertemu, Alice tenggelam dalam sorot mata Claud Borsman yang pekat. Alice sudah terbiasa hidup dikelilingi orang-orang yan
Tangisan Eniko kian kencang, hatinya terguncang hebat oleh kata-kata yang tidak pernah sekalipun dia harapkan akan terucap dari mulut Theodor. Hidup Eniko berubah hanya dalam semalam, hatinya hancur seolah dunia disekitarnya runtuh tinggal debu. Eniko tidak pernah seputus asa ini dalam hidupnya hingga dia tidak dapat melihat masa depan lagi.Eniko malu bila terus egois mengikuti kata hatinya untuk tetap mengejar Theodor. Pria itu pantas mendapatkan wanita yang sebanding dengannya, Eniko tidak ingin keberadaannya membuat Theodor malu.“Menangislah sampai semua sesak didadamu berkurang,” nasihat Theodor terdengar sedikit canggung. Ini untuk pertama kalinya dia melihat Eniko menangis, memeluknya lebih dulu dan ini untuk pertama kalinya.Menyadari situasi yang kini tengah tidak begitu baik, perawat yang mengurus Eniko memilih mundur secara perlahan dan pergi meninggalkan ruangan untuk memberi mereka waktu luang.Ruangan itu kini hanya terdengar tangisan dan pelukan hangat Theodor yang sec
Theodor mengusapkan telapak tangannya pada sisi celana, menyingkirkan keringat dingin yang mengganggunya. Dia gugup tanpa asalan, beberapa kali dia harus menarik napasnya agar mendapatkan sedikit ketenangan sebelum mengetuk pintu dan memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan tempat Eniko dirawat.Dua langkah Theodor memasuki ruangan, pandangan Theodor langsung tertuju pada Eniko yang tengah duduk di ranjangnya, wanita itu memandangi jendela di depannya.Theodor melangkah dengan hati-hati sampai pada akhirnya Eniko menengok ke arahnya dan mereka terjebak dalam diam saling memandang satu sama lainnya.Napas Theodor tertahan di dada, melihat sisi wajah Eniko yang bengkak dan memiliki lebam cukup pekat hingga menghabiskan separuh wajah cantiknya, tangannya tepasang infusan dan dia mengenakan pakaian pasien.Mungkin butuh waktu beberapa hari agar lebam itu menghilang dari wajahnya.Dengan langkah yang berat Theodor mendekat dan berdiri di sisi Eniko yang tidak dapat mengalihkan pandan
“Mengapa Ayah membawanya kesini? Ayah tahu kan jika aku sangat membencinya.”“Aku juga tidak memiliki alasan apapun untuk dikatakan,” jawab Damian pelan.Damian tidak mengerti dengan alasan Claud yang mau datang menemui Alice, tidak seperti biasanya dia tertarik pada hal yang tidak menguntungkan. Anehnya, ada sesuatu yang tidak biasa dari Claud Borsman tunjukan, sepanjang perjalanan menuju Emilia Island, Claud hanya menanyakan kesehatan Hayes dan Alice, dia tidak membahas bisnis apapun.Hayes menghisap rokoknya, kepulan asap terlihat bergerak keluar dari mulutnya. Suasana hati Hayes telah dirusak oleh keberadaan Claud Borsman. “Jangan pernah coba-coba untuk mendamaikan aku dengannya, sekeras apapun Ayah berusaha, itu tidak akan berhasil,” peringat Hayes.“Aku tidak akan pernah memaksamu untuk memaafkan kesalahannya Hayes,” jawab Damian dengan nada menggantung. Dalam satu tarikan napas panjangnya Damian kembali berkata, “Hayes, selama ini, sebelum kau mengetahui kebenaran siapa diri
Wajah Claud Borsman berubah pucat, terkejut oleh sesuatu pertanyaan yang tidak pernah dia sangka. Claud Borsman terdiam membungkam kehilangan kata-kata untuk menjawab.Terlahir dari kelas bangsawan membuat Claud Borsman tebiasa dilayani dalam setiap hal, terbiasa menerima rasa hormat dari orang lain yang membangun jiwa angkuh di dalam dirinya.Keangkuhan itu membuat Claud Borsman tidak pernah meminta maaf dan bebas bertindak semaunya tanpa peduli itu benar atau salah, Claud Borsman tumbuh tanpa rasa penyesalan disetiap tindakan yang diambilnya karena dia menganggap setiap manusia yang terlibat dalam hidupnya sebatas objek sesaat.Claud Borsman sendiri tidak pernah tersinggung dengan kritikan tajam siapapun, dia terus berjalan di jalan yang menurutnya benar tidak peduli dengan halangan siapapun, karena siapapun yang berani menghalangi jalannya, Claud Borsman akan menyingkirkannya.Sekarang Hayes menutut maaf darinya?Apakah Claud Borsman bisa melakukannya? Apakah permintaan maaf akan s
“Sepertinya paman Damian sudah datang,” gumam Athur melihat sebuah mobil khusus telah terparkir di depan salah satu parkiran khusus resort.Athur menepikan mobilnya ke sisi. “Aku harus pergi memeriksa restaurant dulu.”Alice mengangguk dengan senyuman, gadis itu bergeser dan melangkah keluar ketika pintu disisinya sudah dibukakan oleh Hayes. Sementara Athur memutar balik mobilnya dan pergi meninggalkan tempat.Alice dan Hayes memasuki resort, sempat Hayes menanyakan kedatangan Damian dan menanyakan keberadaannya saat ini kepada seseorang yang menyambut.Resort yang dibangun sekitar satu tahun lalu itu akan segera diresmikan dalam waktu dekat karena pembangunan yang masih berjalan membutuhkan waktu satu tahun lagi.Jarang sekali mereka datang ke tempat ini meski sudah beberapa kamar yang tersedia, Alice dan Hayes lebih suka menghabiskan waktu mereka berdua di paviliun menjalani kehidupan yang sederhana. Hayes sesekali datang ke tempat ini untuk melakukan pertemuan dengan beberapa rekan
Gelombang ombak menari-nari dibawah langit sore yang cerah, permukaan laut terlihat indah dilukis bayangan cahaya matahari sore, sapuan angin membelai pipi, suara burung terdengar bernyanyi di udara dan bibir pantai.Bayangan lumba-lumba yang tengah berenang terlihat dibawah permukaan air, suaranya terdengar di antara gemuruh air, mereka berenang dengan cepat dan sesekali melompat, cipratan air menyentuh ujung permukaan yachts.Alice beranjak dari duduknya dan mendekat pagar untuk melihat mereka lebih dekat. Alice tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, pemandangan indah ini masih terasa seperti mimpi untuk Alice meski dia sudah tinggal di Emilia Island lebih dari setengah tahun lamanya.Pulau ini sangat indah seperti negeri dongeng, terkadang keindahannya seperti sesuatu yang mustahil benar-benar ada di dunia nyata.Emilia Island dimiliki seorang salah satu miliarder negeri ini sekaligus salah satu anggota kerajaan, orang itu bernama Julian Giedon, dulu pulau ini hutan belantara sel
“Pak Damian,” panggil Duma memasuki ruangan Damian dan mendapatinya tengah berkutat dengan setumpuk pekerjaan yang harus dikerjakan besok akan diselesaikan hari ini juga.Damian tidak sabar ingin pergi ke Emilia Island dan berkumpul dengan keluarganya untuk merayakan kabar cucu kembarnya yang kini masih berada dalam kandungan Alice.Damian berencana untuk pergi meninggalkan kantor pusat selama dua hari dan menghabiskan waktunya bersama Alice juga Hayes.Damian tidak ingin kehilangan setiap moment perkembangan cucunya yang sangan dia nantikan.Usia Damian sudah menginjak enam puluh tahun, dan meski dia sudah menikah, namun Damian tidak pernah sekalipun mengalami fase dimana dia mendampingi seseorang yang mengandung hingga melahirkan dan merawatnya sampai tumbuh besar.Meski Damian menikahi Ivana dan menjadi ayah untuk Hayes, namun itu dilakukan sejak Hayes akan memasuki bangku taman kanak-kanak.Itupun, butuh proses yang sangat lama bagi Damian bisa menyayangi Hayes setelah dia tahu Ha
Seikat bunga mawar kuning berada dalam genggaman, Theodor berdiri dalam ketegangan menatap dua pintu besar di hadapannya yang terjaga oleh dua orang tentara.Kapan terakhir kali Theodor datang ke rumah Eniko? Sepertinya saat dia masih berada di bangku sekolah dasar. Saat itu Theodor menghadiri pesta ulang tahun Eniko yang ke lima, sejak malam pesta ulang tahun itu, Theodor tidak pernah lagi mau datang ke rumah Eniko karena sebuah alasan yang kuat. Theodor masih ingat ada sebuah kejadian memalukan yang dia alami ditengah pesta karena Eniko. Eniko mengajaknya pergi berdansa, karena Theodor mengantuk dan menolak keinginannya, Eniko menggigit pipinya sampai Theodor menangis hingga menjadi tontonan banyak orang.Bila ingat-ingat lagi, Theodor tidak memiliki kenangan baik setiap kali bersma Eniko. Eniko selalu saja menciptakan warna kacau dalam hidup Theodor.Sangat menyebalkannya lagi Theodor tidak bisa berbicara kasar ataupun melakukan sedikit kekerasaan karena Eniko seorang perempuan.