Alice membaringkan tubuhnya di ranjang, melepaskan lelah yang telah menderanya. Rambut panjangnya yang setengah kering membasahi permukaan bantal.Seperti apa yang diperkirakan, begitu restaurant dibuka di sore hari, para pelanggan berdatangan silih berganti. Ini untuk pertama kalinya restaurant menerima pelanggan yang membeludak karena saat pertama Alice dan Athur membuka pindah ke Emilia Island, saat itu musim dingin.Sepertinya Athur membutuhkan karyawan tambahan agar mereka tidak kerepotan saat melayani pelanggan yang datang.Jam di atas laci sudah menunjukan pukul sebelas malam.Didalam genggaman tangannya, dia memegang sebuah gelang pemberian Theodor ketika mereka masih berteman. Alice ingin menyimpannya dan mengenakannya sebagai kenang-kenangan.Dalam waktu lama ini mungkin mereka tidak akan pernah berkomunikasi maupun saling melihat. Waktu akan terus berjalan dengan cerita-cerita baru tanpa Theodor, Alice hanya bisa mengenang masa lalunya dengan rasa hormat.“Semoga kau selalu
Ketika pajar menyingsing, Philip sudah datang ke rumah untuk menjemput Alice. Athur yang sudah bisa menerima keputusan Alice pada akhirnya membiarkan kakaknya dibawa pergi ke kota Andreas.Kembali ke kota Andreas membangunkan kembali banyak ingatan yang selama ini berusaha Alice lupakan. Kenangan itu seperti sebuah bayangan yang mengerikan, beruntungnya orang-orang jahat yang dulu terlibat dalam hidupnya sudah meninggal.Tidak ada yang perlu Alice takuti, semua orang sudah berbuat jahat padanya telah mendapatkan karma mereka masing-masing.Butuh waktu sau jam lebih melewati perjalanan menuju kota Andreas. Ketika sampai di rumah sakit, semua orang sudah duduk menunggu, termasuk teman-teman Hayes, terkecuali Theodor yang tidak terlihat dimanapun.Sepertinya Theodor sengaja pergi, ketidak hadirannya membuat Alice sedikit lega karena dia tidak perlu dihantui rasa bersalah saat berdekatan dengan Hayes.s“Alice, terima kasih sudah bersedia datang ke sini,” sambut Damian dengan penuh kele
“Hayes mencarimu, masuklah,” titah Mante yang baru selesai keluar dari ruangan Hayes berada.Proses operasi telah selesai dilakukan dengan lancar, Hayes yang sudah dipindahkan kembali ke dalam ruangannya, kini dia tengah dijaga ketat.Sudah beberapa jam setelah Hayes selesai dioperasi dan mendapatkan izin kunjungan, orang-orang terdekatnya silih berganti datang menyapanya. Sementara Alice tidak kunjung datang menemuinya. Alice sangat bersyukur karena semuanya berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diinginkan, namun Alice sedikit gugup memikirkan kata-kata yang tepat untuk dia ucapkan jika Hayes menanyakan jawaban darinya.“Aku akan masuk sebentar lagi,” jawab Alice terbata. “Kau terlihat gugup. Apa ada masalah?”Alice menggeleng tidak membenarkan. “Aku baik-baik saja.”Mante bersedekap meneliti kegelisahan Alice yang tidak tersembunyikan dengan baik. “Jika kau membutuhkan bantuan jangan ragu berbicara padaku.”“Terima kasih, Mante. Sepertinya aku harus mengunjungi Hayes sekar
Setelah mengambil keputusan untuk kembali membuka lembaran kehidupan yang kembali baru, Alice dan Damian secara bersama-sama merawat Hayes dan mendampinginya di rumah sakit.Setiap moment bersama Hayes berusaha Alice ciptakan dengan baik, berbagai cara dia lakukan dengan saling berbicara untuk saling mengenal satu sama lainnya, terkadang pergi keluar taman sekadar berjalan-jalan, Alice membantu Hayes makan menemani aktivitasnya.Alice tulus mendampingi Hayes, dia juga sudah belajar membuka hatinya meski di beberapa moment ketika dia sendirian, terkadang dia masih menangis ketika melihat sesuatu yang mengingatkan dirinya pada Theodor.Hayes yang memahami posisinya tetap bersabar, dia tidak menyerah untuk membuktikan diri kepada Alice bahwa dia tidak salah mengambil keputusan dengan kembali kepadanya.Hayes tahu betul kesalahannya di masa lalu, dan kesalahan yang telah ditinggalkan oleh ibunya, meski Alice tidak pernah mengungkitkanya, hal-hal buruk itu pasti tidak akan pernah mudah
“Tuan Julian, Tuan Matthias,” sapa Theodor dengan senyuman formal, pria itu membungkuk memberi hormat bersama Helian yang berdiri di sisinya.“Lama tidak berjumpa Theodor,” sapa Julian seraya mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Dengan tenang Theodor menyalami Julian dan Matthias bergantian.“Bagaimana kabarmu, Theodor?” tanya Matthias dengan senyuman lebarnya, “sudah lama kita tidak bertemu.”“Kabar saya baik, Tuan Matthias.”Eniko yang semula berdiri di paling belakang, melangkah mendekat dengan senyuman cerahnya, dia membungkuk memberi hormat kepada Helian dan bersalaman dengannya, lalu perhatiannya kembali tertuju pada Theodor.Mau tidak mau, Theodor harus mengulurkan tangannya juga dan bersalaman.Ketenangan Theodor berakhir hancur begitu saja tatkala Eniko menerima uluran tangannya. Secara tidak terduga gadis itu membungkuk mengecup punggung tangan Theodor layaknya seorang pangeran gantleman yang bertemu seorang tuan putri.Dengan cepat Theodor menarik tangannya dan tertun
“Makanlah dengan baik,” nasihat Damian dengan senyuman lebarnya membantu memotongkan daging untuk Hayes dan mengambilkan sendok untuk Alice yang akan memakan sup.Damian tidak meyembunyikan sedikitpun kebahagiaannya karena di malam ini dia bisa mengulangi hal yang sama seperti bulan lalu.Makan malam bersama Alice dan Hayes di meja makan yang sama, namun suasana yang jauh berbeda.Alice tersenyum malu menerima sendok dari Damian dan mulai makan.Mery dan beberapa pelayan yang sudah menyajikan makanan, kini mereka tengah mengintip di balik pintu besar.Mery dan semua pelayan terlalu senang karena setelah beberapa bulan hidup seperti tidak melakukan pekerjaan apapun akhirnya kini mereka bisa kembali melakukan tugas yang semestinya.Kehadiran Alice dan Damian membuat kediaman keluarga Borsman seakan kembali hidup, ditambah lagi dengan kesehatan Hayes yang telah membaik.Sebagai seorang kepala pelayan, Mery merasa terkantung-kantung dengan tugasnya yang tidak lagi bisa melayani siapapun
Empat bulan kemudian…“Menurutku, tempat ini bisa dijadikan tempat wisata murah dibandingkan pergi jauh-jauh pergi desa Simmur. Wisatawan akan semakin tertarik jika ada kisah dibaliknya,” komentar Athur bersedekap dalam kepuasan memperhatikan kakanya yang tengah memupuk bunga baru yang dia tanam.Alice tertawa. “Aku tidak pernah berpikir sampai sejauh itu.”“Akan sampai kapan dia mengirimkan bunga-bunga ini pada Kakak?”Wajah Alice terangkat, melihat Athur yang berdiri di sisinya. “Dia bilang, sampai samua spesies bunga di dunia ini terkumpul di tempat ini.”Athur berdecih kesal, namun bibirnya mengukir sebuah senyuman yang terhibur.Sampai hari ini, Hayes tidak berhenti mengirimkan bunga pada Alice. Di setiap hari, di pagi yang sama, Alice selalu menerima kiriman bunga dengan jenis spesies yang selalu berbeda.Awalnya Alice masih cukup kuat merawatnya di halaman rumah, namun dengan seiring berjalannya waktu, lahan untuk bunga-bunga itu tidak cukup lagi.Kini bunga-bunga itu telah dip
Damian menghela napasnya dengan berat, dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Hayes. “Hayes, satu hari sebelum kau melakukan operasi, ayah kandungmu melakukan perjanjian denganku. Jika hasil operasimu tidak baik, dia ingin calon penerus keluarga Borsman, dan waktu yang tersisa tinggal dua bulan lagi,” jawab Damian blak-blakan.Kerutan di kening Hayes kian dalam. “Kenapa Ayah melakukan perjanjian seperti itu?”“Dia akan melakukan sesuatu yang mengerikan jika aku tidak menukar keinginan dengan sesuatu yang lain. Karena itu, bisakah kau mulai memikirkan pernikahan dengan Alice?”Hayes menggeleng ragu. “Tapi aku ingin menikah dengan Alice atas dasar mencintainya dan kesiapan. Bukan sakadar untuk mendapatkan anak,” jawab Hayes tidak terima.“Hayes, kau sudah mapan dari segi usia dan pekerjaan. Begitupun dengan Alice yan sudah membaik secara mental dan kemampuan pribadinya. Apakah salah jika aku juga berharap kalian segera menikah lalu memiliki anak?” tanya Damian dengan serius.Hayes l