"Udah selesai?" tanya Bari saat Dafa sudah masuk."Udah, Yah, adiknya masih dibersihin sama di ukur buat ngisi data dulu. Nanti kalau udah selesai di anter ke sini." Dafa duduk bersama Ayahnya karena Najwa belum selesai makan."Syukurlah, Papamu sudah di kabari?" Bari menepuk paha Dafa untuk memberi kekuatan pada menantunya itu."Tadi Mama yang anterin ke rumah sakit, pas aku dateng Mama pulang. Katanya nanti malem mau ke sini lagi.""Kamu mau istirahat dulu? Biar kami yang jaga Najwa," tawar Bari, ia melihat menantunya kelelahan."Nggak usah, Yah, aku tidur di sini aja. Nanti malem Ayah sama Ibu pulang aja, biar bisa istirahat dulu. Sekalian temenin Tasya karena kata Mama Tasya besok aja diajak ke sini." Dafa tidak mungkin tega meninggalkan istrinya di sini, ia bisa tidur di mana saja asal tidak pulang."Ya sudah, nanti Ayah sama Ibu jagain Tasya aja. Besok pagi-pagi ke sini lagi, nanti Ayah pulang ke rumah Yogi aja," jawab Bari."Nggak di rumah Mama aja? Biar nanti disiapin kamar sa
"Kalau itu sih aku juga nggak berani protes, emang ibu ratu kamu tuh nggak ada yang berani sama dia. Mama aja pilih ngalah daripada debat sama dia." Dafa juga tidak berani memprotes jika itu menyangkut keputusan Asti. Dari latar belakang keturunan jawa batak, membuat Asti cukup keras saat berbicara meski sebenarnya Asti sangat baik dan pengertian."Udah deh jangan diomongin terus, nanti orangnya bangun baru tau rasa kalian," ucap Astuti memutuskan perdebatan kakak beradik itu, meski sang menantu cukup keras tapi Astuti tahu kalau istri Daris adalah wanita yang baik.Najwa hanya diam mendengar perdebatan itu, ia memang belum terlalu dekat dengan Asti tetapi ia bisa berteman dengan Asti."Yang pilih nama siapa Wa?" Daris beralih bertanya pada Najwa."Mas Dafa," jawab Najwa."Kamu nggak ikut kasih nama? Emang kamu nggak punya pilihan nama buat anak kamu?" Daris masih berusaha memprovokasi Najwa."Nggak ada, dari awal emang udah serahin sama bapaknya. Aku setuju aja mau dikasih nama siapa
Sepuluh menit waktu yang dibutuhkan Dafa untuk membersihkan diri, Dafa segera menyambar baju yang disiapkan Najwa lalu memakainya.Setelah selesai berpakaian, Dafa berjalan keluar kamar karena tidak mendapati Najwa bersama sang putra di sana."Aku cari nggak ada ternyata di sini," ucap Dafa, ia mendekati sang istri yang tengah menyusui anak mereka."Nangis tadi, makanya aku bawa ke sini," jelas Najwa. Ia tengah duduk di taman kecil di samping kamar."Udah, belum? Sini biar aku gendong." Dafa mendekat pada Najwa lalu duduk di sampingnya.Najwa menyerahkan sang putra pada ayahnya. Di usia tiga bulan ini, Davin sudah bisa tengkurap dan kembali telentang. Perkembangan yang cukup pesat jika melihat badannya yang gembul."Udah makin besar aja nih pipi. Kamu tuh belum makan kok udah sebesar ini sih dek." Dafa mencubit pipi putranya gemas, ia sudah terbiasa menggendong bayi saat anak pertama Daris berada di rumah orang tuanya dulu."Tasya dulu nggak sebesar ini, padahal minum sufor juga. Ini
"Kemarin Tasya diajak renang sama Papa, budhe Nisa juga ikut," celoteh Tasya. Tasya baru saja sampai setelah diantar oleh Ferdi, Ferdi tidak bisa mampir karena harus berangkat bekerja. Hubungan Najwa dan Ferdi memang sudah membaik, Najwa sudah tidak membatasi pertemuan antara Ferdi dan Tasya asalkan di hari libur. Apalagi kini jarak rumah mereka tidak terlalu jauh.Ferdi sudah bercerai dengan Ranti, ternyata dari sebelum menikah Ranti memang sudah berbohong tentang penyakitnya. Sementara Nisa kini sudah bekerja meski hanya menjadi pelayan di rumah makan, kehidupan kakak beradik itu sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Kini mereka hanya tinggal berdua tanpa anak, orang tua maupun pasangan masing-masing."Padahal Tasya janji mau beli baju buat dedek sama Papa, Papa tungguin Tasya nggak pulang-pulang," ucap Dafa. Ia sudah uring-uringan karena sang putri belum pulang-pulang."Kan kemarin di telepon Tasya bilang dua hari, Papa juga bilang iya," jawab Tasya."Udah deh jangan berdeb
Mbak Najwa nanti sore ada acara tasyakuran di rumah, bisa dateng nggak?" tanya Anin pada Najwa."Bisa, Mbak, kebetulan Mas Dafa juga nggak ada acara. Tasyakuran buat apa mbak kalau boleh tau?""Mas Rega ulang tahun, Mbak. Nggak ngundang banyak orang. Makasih banget kalau mbak Najwa sama mas Dafa bisa hadir.""Dedeknya nggak ke sini, Mbak?" tanya Najwa. Biasanya anak dari saudara jauh suami Anin sering dibawa ke rumah, usianya masih satu setengah tahun dan begitu dekat dengan Anin. Ibunya tinggal bersama mertua Anin, katanya ditinggal suami saat masih dalam keadaan hamil."Nggak, Mbak, kemarin agak demam jadi nggak di bawa. Mbak, kalau aku pengen adopsi anak itu berat nggak sih mbak?" tanya Anin, "suamiku nawarin ngerawat Rendi dan di sertifikat setelah usianya genap dua tahun karena Rendi kan masih asi, kasian sama Dina kalau ngerawat anaknya sendiri. Dina itu saudara jauhnya mas Rega yang aku ceritain waktu itu.""Kalau aku lihat dua bulan ini kayaknya Rendi emang deket banget sama m
"Emang udah mau berhenti sekarang?" Kerena setahu Najwa, Ferdi adalah seorang yang pekerja keras. Dulu dia tidak betah bila di rumah saja."Minggu depan, udah beli alat buat buka fotokopi di depan rumah," jelas Dafa. Najwa hanya mengangguk."Nanti malem diundang acara ulang tahunnya pak Rega, tadi aku ketemu mbak Nindi di depan rumah," ucap Najwa."Harus beli kado dong, mau kasih apa?""Ini yang ulang tahun orang dewasa mas, tasyakuran bukan yang ulang tahun tiup lilin gitu. Ngapain kamu bingung bawa kado," ujar Najwa."Tapi kan tetep aja ulang tahun, sayang. Masak nggak bawa bingkisan apa-apa? Aku keluar beli sesuatu dulu ya," pamit Dafa. Najwa hanya menggeleng melihat tingkah suaminya, meski kadang bersikap sangat dewasa tapi ada kalanya Dafa juga bertingkah seperti anak kecil."Nanti sore mas Yogi mau mampir katanya," ucap Najwa pada Dafa, mereka tengah menikmati sarapan. Nasi uduk menjadi menu pagi ini."Emang dari mana?" sahut Dafa."Undangan nikahan, gak tau juga dari siapa. Ka
Siap Mama, Tasya berangkat ya." Tasya menyalami Mama dan Papanya, tidak lupa ia mencium sang adik.Tidak terasa usia Davin sudah sembilan bulan, ia sudah mulai merangkak. Kini Tasya juga sudah masuk sekolah dasar."Beli apa aja?" tanya Dafa saat mereka sudah tiba di pasar modern."Beli isi kulkas, sayur sama lauk. Kamu mau nunggu di sini atau ikut masuk?""Di sini aja deh, nanti pasti lama. Kasian Davin," jawab Dafa, ia memilih menggendong Davin dan menunggu di tempat yang teduh daripada harus ikut berdesakan di dalam. Meskipun tidak seperti pasar tradisional, tetap saja tidak nyaman untuk anak seusia Davin.Najwa melangkah ke dalam pasar, ia membeli berbagai sayur dan lauk pauk. Karena belanja cukup banyak, ia membayar orang untuk membantu membawa belanjaan. Benar apa kata Dafa, Najwa memerlukan waktu satu jam lebih untuk berbelanja. Saat ia menghampiri Dafa, dilihatnya sang putra sudah tertidur dalam gendongan Papanya."Kok bobok? Padahal Mama cuma bentar belanjanya," ucap Najwa set
"Nggak usah repot-repot, tadi udah makan sama minum. Mau numpang tidur aja, Arya ngantuk banget kayaknya," jawab Yogi. Anaknya sudah begitu mengantuk sedari tadi, tapi tidak mau tidur di mobil." Di kamar sini aja, udah dibersihin kok. Mas mau istirahat sekalian?" tawar Dafa."Nggak, aku mau nonton tivi aja. Kamu kalau masih mau istirahat, tinggal aja nggak pa-pa.""Sini aja nemenin mas Yogi, lagian udah tidur dari tadi," ucap Dafa.Mereka memilih menonton berita, sesekali beralih ke kabar politik. Dafa sudah mengenal Yogi sedari ia kecil, jadi ia begitu akrab dengan Yogi."Daris lama nggak pulang ya? Selama aku pulang ke indonesia belum ketemu dia sama sekali," ucap Yogi."Paling bulan depan, emang semenjak usahanya di luar pulau mulai berkembang dia jarang pulang," jelas Dafa."Udah dari tadi, mas?" Najwa berjalan mendekat pada suami dan Kakaknya."Belum, palingan sepuluh menitan. Tasya sama Davin masih tidur?" tanya Yogi saat dilihatnya Najwa hanya berjalan sendiri."Iya. Kalau Tas