"Nggak usah repot-repot, tadi udah makan sama minum. Mau numpang tidur aja, Arya ngantuk banget kayaknya," jawab Yogi. Anaknya sudah begitu mengantuk sedari tadi, tapi tidak mau tidur di mobil." Di kamar sini aja, udah dibersihin kok. Mas mau istirahat sekalian?" tawar Dafa."Nggak, aku mau nonton tivi aja. Kamu kalau masih mau istirahat, tinggal aja nggak pa-pa.""Sini aja nemenin mas Yogi, lagian udah tidur dari tadi," ucap Dafa.Mereka memilih menonton berita, sesekali beralih ke kabar politik. Dafa sudah mengenal Yogi sedari ia kecil, jadi ia begitu akrab dengan Yogi."Daris lama nggak pulang ya? Selama aku pulang ke indonesia belum ketemu dia sama sekali," ucap Yogi."Paling bulan depan, emang semenjak usahanya di luar pulau mulai berkembang dia jarang pulang," jelas Dafa."Udah dari tadi, mas?" Najwa berjalan mendekat pada suami dan Kakaknya."Belum, palingan sepuluh menitan. Tasya sama Davin masih tidur?" tanya Yogi saat dilihatnya Najwa hanya berjalan sendiri."Iya. Kalau Tas
Namaku Ranti Maria, sama dengan nama seorang artis ternama tapi wajah dan nasib kami berbeda.Aku mengenal mas Ferdi semenjak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, dia adalah teman dari Kakakku. Dia cukup sering main ke rumahku, itu membuat aku sering bertemu dengannya.Sikapnya yang baik dan cukup humoris membuat aku jatuh cinta padanya, meski teman-temanku banyak yang meledek karena dibilang aku mencintai om-om tapi aku nggak peduli. Toh umur kami hanya berbeda tujuh tahun.Semakin hari aku merasa ia semakin perhatian padaku, mas Ferdi akan membantu saat aku kesulitan mengerjakan pr atau untuk mengerjakan sebuah prakarya. Mas Ferdi juga orang yang sangat royal, ia sering memberiku uang jajan."Dia itu udah tua, masak kamu jatuh cinta sama om-om.""Iya tuh, Ranti udah buta kali ya. Gantengan juga si Aldi, anak ipa.""Rio juga suka tuh sama kamu, mending Rio kemana-mana lah daripada gebetan kamu yang tua itu."Itulah ucapan teman-temanku saat aku memberitahu siapa yang aku
Tepat tiga bulan setelah acara wisuda, aku mendapati undangan di meja setelah pulang sekolah."Undangan dari siapa?" tanyaku pada ibuku."Dari Ferdi buat abangmu." Setelah mendengar jawaban ibu, aku segera mengambil lalu membaca undangan itu. Tertera nama Ferdi dan Najwa, apakah ini mas Ferdi yang sering main ke sini? Mas Ferdi yang aku cintai?Awalnya aku masih tidak percaya tapi setelah membuka dan di sana terdapat foto mas Ferdi dan seorang wanita, hal itu membuatku percaya dan patah hati sekaligus.Kenapa mas Ferdi begitu tega padaku? Padahal kalau mas Ferdi mau, aku siap menikah dengannya."Kamu mau ikut abang ke kondangannya Ferdi?" ucapan abangku menyentakku dari lamunan."Nggak ah, aku masih kecil. Abang aja yang ke sana," alasanku. Sebenarnya aku tidak mau melihat mas Ferdi bersanding dengan wanita lain, aku takut pingsan di sana.Butuh waktu bertahun-tahun untuk move on dari mas Ferdi, beberapa kali menjalin hubungan dengan lelaki lain tapi hatiku tetap menginginkan mas Fer
"Kapan kamu mau mempertemukan Ranti sama Najwa? Mama udah nggak sabar punya cucu." Ibu mas Ferdi mulai mendesak saat kami tengah menikmati makan siang bersama."Beri waktu sebentar lagi, Ma. Aku harus merayu Najwa dulu," jawab Mas Ferdi. Ia terlihat gusar saat menjawab pertanyaan ibunya. "Jangan lama-lama, Fer. Mama sudah terlalu bersabar untuk itu. Usia mama bukannya semakin muda, tetapi semakin berkurang dan menjadi tua."Ingin rasanya aku ikut memaksa Mas Ferdi, karena aku pun tidak sabar untuk menjadi istrinya. Sebentar lagi semua mimpiku akan menjadi nyata.Seiring berjalannya waktu, Mas Ferdi masih saja diam. Andai bisa, aku sendiri yang akan memaksa istrinya untuk menyetujui pernikahan kami, tetapi aku tidak mau terkesan jahat di mata pujaan hatiku itu. Biarlah aku harus rela berbagi, setidaknya sampai aku memiliki keturunan. Setelah itu, aku yakin Mas Ferdi akan lebih memilihku daripada istri mandulnya itu.Ternyata semua jauh lebih cepat dari apa yang aku harapkan. Istrinya
"Pa, nanti pas liburan, Tasya mau ke rumah Papa Ferdi, ya," ujar Tasya pada Dafa. Saat ini Tasya tengah belajar ditemani oleh Dafa, sementara Najwa berada di lantai bawah untuk membuat makan siang."Lho, bukannya liburan kemarin udah ke sana?"Meski bahagia Tasya kini bisa dekat dengan ayah kandungnya, tetapi tidak dipungkiri bahwa Dafa kadang juga merasa cemburu. Waktu untuknya bersama Tasya jadi berkurang."Kemarin cuma bentar, Pa. Tasya maunya satu minggu di sana," lanjut Tasya. Ingin Dafa melarangnya, tetapi ia juga tidak boleh egois. Biar bagaimanapun, Ferdi tetaplah ayah kandung Tasya.Dafa membantu merapikan buku yang berserakan. "Memangnya di sana ada apa? Kok, kayaknya antusias banget.""Ada temen baru di sebelah rumah Papa, namanya Mbak Sena. Tasya senang main sama Mbak Sena.""Sejak kapan?"Terakhir kali Dafa mengantar Tasya ke sana, rumah itu masih kosong. Memang selama beberapa bulan terakhir, Ferdi yang akan selalu menjemput Tasya. Kesibukan Dafa membuatnya tidak banyak
Kedekatan Tasya dan Sena terjalin semakin erat. Tiap kali ada libur panjang, Tasya akan merengek untuk pergi ke rumah Ferdi.Hingga suatu hari Najwa dan Dafa mengantar Tasya ke sana. Mereka menjadi penasaran dengan Sena dan ibunya."Tante Rina itu baik. Sering-sering bikinin Tasya sama Mbak Sena kue enak-enak," ujar Tasya."Tasya nggak boleh sering-sering ngerepotin tante Rina, ya."Najwa berencana berkenalan dengan tetangga Ferdi itu, ia juga akan meminta maaf karena Tasya yang sering merepotkan. Apalagi yang Najwa tahu dari Ferdi, Rina adalah seorang janda. Pastilah ia juga sibuk mencari ekonomi.Perjalanan menuju rumah Ferdi menempuh jarak sekitar dua jam lebih. Sepanjang perjalanan, si kecil Davin begitu ceria. Ia akan melompat-lompat saat melihat sesuatu yang ia suka dari balik kaca mobil. Davin yang sudah aktif berjalan, membuatnya tidak bisa diam. Celotehan yang belum memiliki arti juga sering ia ucapkan, membuat setiap orang yang bertemu dengannya akan merasa gemas."Tasya mau
"Lho, ada tamu ternyata."Najwa dan Dafa menoleh saat ada seseorang yang datang ke rumah Ferdi. Ternyata itu adalah Rina, ibu dari Sena."Ini ibunya Sena?" Najwa segera berdiri untuk menghampiri Rina.Rina menerima uluran tangan Najwa. "Iya, Mbak. Saya Rina.""Saya Najwa, ibunya Tasya," ujar Najwa memperkenalkan diri. Beberapa kali hanya mengetahui dari cerita anaknya, akhirnya kini Najwa bisa berkenalan secara langsung.Cantik, adalah kesan pertama yang Najwa lihat dari Rina. Orangnya juga ramah dan supel. "Saya kira tadi Tasya dijemput papanya seperti biasa, ternyata dianterin sekeluarga ke sini. Akhirnya bisa ketemu juga ya, Mbak."Rina kini ikut duduk di ruang tamu Ferdi, bercengkrama dengan keluarga Najwa."Tasya itu anaknya ceria banget, jadinya Sena kebawa suasana. Biasanya dia pendiam kalau pas sendiri. Makanya saya senang kalau Tasya pas nginep sini," ujar Rina berterus terang.Sena sudah berusia delapan tahun saat orang tuanya bercerai, jadi wajar kalau ia mengalami dampak
Dafa hanya membunyikan klakson sebagai tanda pada orang yang ada di dalam untuk membukakan pintu. Ia tidak sedikit pun berniat untuk turun dari mobil menemui Rudi.Najwa turun terlebih dahulu setelah mobil berhenti di halaman rumah mereka, sementara Dafa masih terdiam di tempatnya."Sayang, aku bawa Davin masuk dulu. Abis ini aku ke sini lagi," ujar Najwa. Ia sangat mengerti kegelisahan yang dirasakan suaminya. "Kalau kamu belum siap ketemu, tunggu aku aja," lanjutnya lalu meninggalkan Dafa untuk membawa Davin ke kamarnya."Pak, ada tamu yang ingin bertemu," ujar Seto setelah mengetuk pintu mobil majikannya itu.Dafa menghela napas kasar. Semua sudah berlalu, Dafa memang harus berdamai dengan masa lalu."Suruh dia masuk, Pak," putus Dafa. Ia turun dari mobil. Berjalan dengan gontai ke dalam rumah.Dafa terus berjalan hingga ia sampai di dapur. Dafa mengisi gelas kosong dengan air dingin. Berharap isi kepalanya juga ikut dingin."Tenang. Semua masalah pasti bisa kamu atasi. Ada aku di