Share

Carlos lolos

Penulis: Xyra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-20 22:15:04

Aksa membanting kasar pintu kamarnya hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Nafasnya memburu dengan aliran darah yang terus berpacu, Aksa menenggelamkan wajahnya di antara sela-sela bantal guna meredam emosinya. Jika tidak terikat janji dengan Mami nya tentang larangan meminum alkohol, Aksa sudah menenggak 5 botol wine sekarang, jadi hanya dengan cara inilah ia dapat meluapkan emosinya.

Aksa mengerang, ia menjambak rambutnya frustasi. Sungguh! Ayah mertuanya telah membuatnya marah dengan mengancam akan membawa Shikha pulang. Kalau ditanya ikhlas, kah Aksa jika Shikha pergi sekarang? Tentu saja tidak! Sangat-sangat tidak ikhlas, pasalnya Aksa sendiri belum puas untuk memberi Shikha pelajaran atas tindakan kurang ajar Shikha terhadapnya selama ini. Dan jangan lupakan soal perjanjian 365 hari yang telah dibuat sendiri oleh Shikha, bahkan ini masih 3 bulan usia pernikahan mereka itu berarti Shikha telah melangggar janji jika ia menyetujui perintah ayahnya.

Aksa mengelu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Kepulangan Shikha

    "Tidak, Sayang. Biar Ayah saja yang mengemasi barang-barangmu."Tolak Harsa saat Shikha ingin membantunya memasukkan beberapa barang ke dalam koper. Dokter menyatakan bahwa kondisi Shikha telah lebih baik setelah mendapatkan perawatan selama 4 hari akhirnya Shikha telah diperbolehkan pulang. Ini merupakan kabar yang baik untuknya, akhirnya ia dapat menghirup udara bebas setelah lama terkulai seharian dengan tabung oksigen yang membantunya bernafas. "Sudah." Shikha menoleh ke arah Harsa yang telah menyeret koper berukuran sedang di tangannya. "Ayo!" Harsa mengulurkan tangannya ke arah Shikha dan dibalas oleh uluran tangan mungil itu. Mereka berjalan beriringan menuju Mobil CR-V hitam milik Harsa yang terpakir di halaman rumah sakit. "Ayah, kita akan pulang ke rumah Aksa, kan?"Tanya Shikha seraya menoleh ke arah Harsa yang telah duduk di kursi kemudi. Harsa terdiam, sejujurnya ia sangat tidak setuju jika putrinya harus kembali ke rumah pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-21
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Aksa demam

    "Mi, dimana Aksa?"Tanya Shikha, pandangannya menyapu keseluruh ruangan itu, mencari sosok pria berwajah beku. Seketika raut wajah sumringah Aruna perlahan memudar berganti dengan raut wajah pias. Aruna membetulkan posisi duduknya, yang semula bersandar pada kepala sofa, kini duduk tegak dengan tatapan serius. Dengan satu tarikan nafas, Aruna mulai menceritakan kejadian 4 hari yang lalu ketika Harsa dan Aksa berdebat di rumah sakit dan waktu itu kondisi Shikha masih tak sadarkan diri. Shikha terlihat begitu serius mencerna seluruh penuturan Aruna, sesekali ia mengangguk kepala untuk membenarkan opini Maminya itu, namun terkadang ia juga tidak menyetujui penuturan dari Aruna. "Dan begitulah,"ujar Aruna mengakhiri cerita. Shikha bergegas berdiri dan melangkah ke kamar meninggalkan Aruna yang masih duduk dengan tatapan sayu. "Pria dingin itu sungguh telah membuatku kehilangan akal, bisa-bisanya ia mengatakan hal bodoh itu kepada Mami

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Dia CEO atau seorang Balita?

    "Aaa... Shikha, aku ingin kau menyuapiku." Pinta Aksa terus merengek pada Shikha yang tengah sibuk menyiapkan kebutuhan pagi untuknya Sungguh merepotkan, dari bangun tidur hingga sekarang Aksa terus saja merengek tak jelas padanya. Terlebih ketika sarapan pagi yang telah diantarkan oleh asistennya datang beberapa saat yang lalu, itu semakin membuat Aksa kehilangan kendali dan terus merengek minta di suapi olehnya. Shikha memilih mengacuhkan rengekan Aksa dengan terus melakukan kegiatan agar terlihat sibuk di depan Aksa. Namun, bukannya mengerti tentang dirinya yang sibuk. Justru Aksa semakin menjadi-jadi padanya, tingkahnya sudah di luar nalar. "Argh ... Bisakah kau makan sendiri?! Aku tengah sibuk sekarang." Erang Shikha merasa jengkel. Aksa seketika diam, mengerjap begitu polos layaknya seorang balita yang tengah di marahin oleh Ibunya. Perlahan raut wajah Aksa semakin menunjukkan tanda-tanda ingin menangis, matanya telah berbi

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Kekonyolan Aksa

    "Shikha, Kemarilah! Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu." Teriak Aksa dari lantai bawah, Shikha yang baru saja melangkah keluar kamar dibuat terkejut oleh teriakan Aksa yang sungguh memecahkan keheningan pada pagi hari ini."Shikha! Apa telingamu sudah tidak berfungsi lagi, huh?! Aku memanggilmu, cepatlah turun ke bawah sekarang." Pekik pria itu sekali lagi, Shikha yang tak ingin mendengar teriakan Aksa pun memilih bergegas untuk menemui Aksa di bawah.Ntah apa yang ingin ditunjukkan pria itu, yang jelas ia tak ingin telinganya terus berdengung karena mendengar pekikkan Aksa."Shik–" saat ingin kembali meneriaki istrinya, mulutnya lebih dulu di tutup oleh tangan mungil istrinya."Berisik sekali! Ini rumah, bukan hutan rimba." Ketus Shikha seraya mengerlingkan mata. Aksa menyingkirkan tangan Shikha yang berada di mulutnya."Itu karena kau tidak menjawab panggilanku," Dengus Aksa."Ya, baiklah. Apa yang ingin kau tunjukkan kepadaku?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Menemui Carlos

    "Shikha, dimana dasiku berada?" Tanya Aksa sembari melipat lengan kemejanya.Shikha datang dengan membawa dasi yang diminta oleh Aksa, kemudian melilitkan ke kerah kemeja Aksa."Mengapa harus dilipat seperti ini?" Tanya Shikha ketika melihat lengan kemeja panjang milik Aksa yang telah terlipat hingga batas sikunya."Panas.""Kalau panas pakai saja kaos saat ke kantor daripada kau harus melipat-lipat lengan kemeja itu, sama saja kau tak menghargai usahaku untuk menyetrika pakaianmu," gerutu Shikha. Aksa terkekeh tipis, ia mengamit pinggang ramping istrinya."Cerewet sekali, huh? Aku juga tak menyuruhmu untuk melipat pakaianku, biarkan saja itu menjadi tugas Bibi. Kau cukup duduk dan perhatikan pekerjaan mereka, mudahkan?" Ucap Aksa seraya mengedikkan bahu, Shikha menekuk wajahnya kesal. Aksa ini memang tidak peka, jika dirinya masih mengandalkan Bibi untuk melipat kain saja, lantas mengapa tidak sekalian Aksa menikahi Bibi daripada menikah dengannya

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Kematian Aksa

    Sudah hampir 2 jam berlalu sejak pria dingin itu masuk, namun CEO muda itu tak kunjung keluar dari ruangan itu. Ada apa gerangan? Batin para anak buah Aksa yang tengah dirundung gelisah. "Ini sudah lewat dari batas waktunya, aku sungguh gelisah mengingat Tuan muda tak kunjung memunculkan diri." Ujar Felix yang sedari tadi berjalan mondar-mandir untuk menghilangkan rasa risau yang begitu menyiksa dirinya. Yang lain juga sama gelisah, namun tidak sekacau Felix. Anak buah Aksa yang paling penurut, memiliki selera humor yang tinggi, jadi jika Aksa murka. Felix lah yang menyelamatkan mereka semua dari amukan Aksa. Ponsel salah seorang dari mereka bergetar, suaranya berasal dari saku celana Brema. Wajah pria muda itu seketika memucat, melihat nama yang tertera disana. Werston yang mengetahui perubahan dari wajah Brema pun mendekat, melihat apa yang menjadi penyebab perubahan pada raut wajah pria dingin ini. Ia sama terkejutnya dengan Brema, be

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Keheningan yang menyiksa

    Wanita dengan surai rambut coklat keemasan yang dibiarkan tergerai bebas, kini tengah meringkuk beralaskan lantai, wanita itu tak melakukan apapun meski dinginnya lantai menusuk kulitnya, bahkan bibir ranumnya itu telah memucat. Sejak pulang dari pemakaman suaminya, Shikha memilih untuk mengunci diri di kamar, menarik diri dari dunia luar yang sewaktu-waktu akan lebih menyakitkan dari ini.Beberapa kali suara bel pintu kamarnya terus berbunyi, namun dirinya enggan untuk beranjak guna melihat siapa yang telah mengganggu suasana hatinya kali ini.Shikha menghela nafas, ia telentang menatap langit-langit kamar berhias lukisan antariksa karya Aksa. Tentunya dengan usaha yang ekstra dan telah melalui kesepakatan yang cukup sengit, hingga pria berusaha 21 tahun itu akhirnya menyetujuinya.Shikha mengubah posisinya, kini ia berbaring dengan posisi miring ke kanan, mengusap lantai dingin itu dengan perlahan."Lantai ini begitu dingin, namun masih kalah dingin dar

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-28
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Karangan bunga misterius

    Langkahnya tertatih menaiki anak tangga menuju kamarnya di sebelah Timur yang terletak tak jauh dari kamar Aksa. Pikirnya terlintas pada kejadian kemarin, bagaimana bisa pria seperti Aksa bisa seceroboh itu? Brema telah menceritakan semua kejadian yang terjadi pada boss nya itu, dimulai ketika Aksa sedang berada di cafe Andromeda, saat itu ia telah membuat janji bertemu seorang sahabatnya yang telah lama tinggal di Finlandia. Namun, sewaktu Aksa sedang menunggu dengan menyesap secangkir kopi arabica yang telah ia pesan sebelumnya.Selang beberapa saat, sebuah tepukan singkat berhasil mengalihkan intens Aksa. Ia menoleh untuk melihat siapa orang yang berani mengganggu waktu bersantainya. Carlos, pria itu berdiri tepat di belakang Aksa dengan seulas senyum remeh khas pria berusia 23 tahun itu.Aksa mendengus kesal, pria ini sungguh tak pernah membiarkan dirinya tenang barang sedetikpun. Cengiran khas pria itu sungguh membuat Aksa jengah, bukannya terlihat tampan pria itu justru mirip s

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05

Bab terbaru

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Circle Ular

    Sejak kepulangan Tuan Leo, Shikha masih terdiam dan bungkam setelah mengetahui banyak rahasia yang tersimpan begitu rapi tentang suaminya. Dari kecil hingga beranjak dewasa, semua telah di ceritakan secara detail oleh Leo yang tak lain adalah sahabat kecil Aksa. "Shikha, papi ingin menanyakan sesuatu kepadamu?" Suara Ganendra berhasil membuyarkan lamunan Shikha yang tengah duduk di kursi kebesaran milik suaminya. Wanita itu membenarkan posisi duduknya, kemudian tersenyum menyambut kedatangan Ganendra di ruangan itu. "Tentu saja papi, Shikha akan menjawabnya." Ucap Shikha. Pria paruh baya itu menarik kursi yang berada di hadapan Shikha, jadi kini mertua dengan menantu duduk dengan posisi berhadapan. "Papi mengecek CCTV beberapa jam yang lalu, melihat bahwa gadis itu datang disaat tuan Achilleo datang. Apa yang gadis itu katakan kepadamu?" Tanya Ganendra, wajah pria itu begitu khas dengan rahang yang bersih dari rambut-rambut halus, mata tajam, hingga bentuk wajah yang nyaris sempu

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Tuan Achilleo

    "Bagaimana jika kesepakatan ini kita bicarakan sembari makan siang?" Tawar pria itu pada Shikha, Shikha mengangguk Samar. Ia tak yakin akan sefokus itu jika membicarakan hal penting di luar ruangannya terlebih di luar kantor, ia rasa itu bukanlah hal yang tepat. Melihat raut wajah Shikha yang menampilkan raut wajah bimbang, Leo yang peka akan hal itu kemudian menawarkan untuk rapat dengan memesan ruangan VVIP yang berada di restaurant yang akan mereka tuju. Akhirnya setelah beberapa saat merundingkan hal tersebut, Shikha menyetujuinya. Leo menyetir mobil untuk Shikha, alasannya agar Shikha merasa nyaman jika tidak banyak yang ikut dengan mereka. "Terimakasih," ucap Shikha saat Leo menjamunya dengan segelas orange juice yang telah disiapkan waiters itu. "Mengapa tuan sangat tertarik dengan project ini? Masih banyak project-project perusahaan lain, yang masih jauh lebih menguntungkan daripada project ini yang bersifat sosial." Tanya Shikha seraya membuka laptop bergambar apel itu, n

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Nenek sihir

    "Aish, lihatlah bagaimana gadis itu berhasil membuatku telat untuk menghadiri pertemuan klien dari Italy pagi ini." Shikha berjalan tergesa-gesa seraya merutuki tindakan gadis itu tadi pagi, sebenarnya dirinya juga salah. Harusnya dirinya tak meladeni omong kosong gadis payah itu pagi-pagi, namun karena sikap bar-bar gadis itu yang menggedor brutal pintu kamarnya dirinya mau tak mau menghadapi segala resiko yang akan terjadi. "Nona, Tuan Achilleo telah tiba setengah jam yang lalu, beliau terus bertanya kapan Nona tiba di kantor untuk menemuinya. Tadinya Saya ingin menghubungi Nona, namun Nona telah tiba di kantor, apakah telah terjadi sesuatu kepada, Nona?" Seorang wanita langsung mencecar dirinya dengan seribu pertanyaan saat dirinya baru saja tiba di dalam ruang kerjanya. Shikha menggeleng, "Tidak, Saya baik-baik saja." "Oh, ya, terimakasih telah memberitahuku. Tolong persiapkan ruang meeting dan segera menghubungi Tuan Ganendra, Saya akan mengurus persiapan lainnya." perintah Sh

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Mengikuti permainannya

    Setelah berpikir panjang, Shikha merasa bahwa idenya itu begitu kejam. Namun setelah ia mengingat-ingat kembali bagaimana wanita itu menghancurkan rumah tangga mertuanya, ia kini semakin yakin bahwa idenya itu pantas diterapkan oleh kedua wanita jalang itu. Shikha baru saja keluar dari kamar mandi sebelum bersiap-siap tidur, namun ia dikagetkan dengan suara benda yang baru saja mengenai kaca jendela kamarnya, namun tak sampai membuat kaca jendela itu pecah. Dengan rasa penasaran, wanita itu membuka jendelanya dan menemukan batu yang berukuran kepalan tangannya. Ada hal yang mengganjal dari batu itu, batu itu terbungkus oleh secarik kertas, mungkin ini berisi pesan sesuatu. Ia menunduk untuk meraih batu yang terselimuti kertas, kemudian membukanya perlahan. Shikha meremat kertas itu, kemudian membuangnya ke tempat sampah. Setelahnya ia kembali masuk ke kamar untuk bersiap-siap tidur, siapa yang mengirim surat ancaman itu. Itu begitu tidak efesien, harusnya jika ingin mengancamnya set

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Untuk sementara waktu

    "Papi akan menjelaskan tentang segalanya kepadamu." Kata Ganendra setelah ia mengambil posisi duduk di hadapan Shikha. Menantu perempuannya itu masih terlihat begitu kesal dengan menampilkan raut wajah ditekuk layaknya kertas origami, bagaimana tak kesal? Dirinya dihina dan dituduh sebagai wanita perebut suami orang?! Ah, yang benar saja, batin Shikha kesal. "Tolong jelaskan, Pi." pinta Shikha sedikit tak sabar karena pria tua itu hanya diam setelah beberapa saat lalu mengatakan akan memberitahu tentang segalanya kepada dirinya. Ganendra menghela nafas gusar, ia dilanda rasa cemas yang kian membelenggu sekarang. Rahasia yang selama ini disembunyikan keluarganya dan juga Aksa kini harus ia katakan kepada istri dari putra tunggalnya itu, mau tak mau ia harus segera mengatakan ini kepada Shikha. "Dia adalah adik Aksa_Suamimu, Nak." Damn! Bak tersambar petir, Shikha tertegun dengan mata yang membola dengan sempurna atas pernyataan tentang kenyataan siapa wanita itu sebenarnya, dilai

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Hal Baru

    Ganendra kini tengah menjadi pusat perhatian karena mengamit jemari mungil milik seorang wanita. Langkahnya mantap, hingga membuat banyak pasang mata kagum akan kharisma pria berumur itu.Tak ada senyum yang tercetak dari bibir ranum pria itu, melainkan terganti dengan kerutan di dahi yang disebabkan oleh faktor usia atau mungkin memang pria itu kini tengah memiliki sebuah masalah.Mereka kini telah masuk ke ruangan private milik Ganendra."Saya akan mengadakan pertemuan dengan rekan bisnis Saya sebentar lagi, dan untuk itu Saya minta anda jangan keluar dari ruangan ini sebelum Saya datang." Peringat Ganendra seraya melonggarkan dasinya.Wanita itu mengangguk. "Bagaimana jika aku kehausan?" tanyanya sedikit ragu.Ganendra membuang pandangan ke arah lain, kemudian ia berdecih pelan namun mungkin masih terdengar oleh wanita itu. "Saya akan mengirim seseorang untuk menemani anda di sini, katakan saja apa yang anda inginkan. Dia akan menuruti perintah anda." jawab Ganendra, garis rahang p

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Kerisauan Ganendra

    Waktu telah menunjukkan pukul empat sore, sudah saatnya ia bersiap untuk pulang ke rumah. Rasanya sendi pada tulangnya telah kaku akibat terlalu lama duduk menatap layar laptop seharian.Shikha berdiri untuk menyusun kembali proposal yang telah berantakan di meja kerjanya, setelah selesai ia menekan telepon kantor untuk menghubungi Brema agar segera datang menemuinya.Tak butuh waktu lama untuk menunggu, pria itu datang dengan membawa satu paper bag berukuran sedang yang telah di minta oleh Shikha.Shikha menerima paper bag itu dengan wajah sumringah. "Kerja bagus, Brema." puji Shikha dengan satu tepukan di bahu kiri Brema. Brema mengangguk penuh rasa hormat."Apakah Nona telah selesai?"Tanya Brema.Shikha mengangguk. "Sudah, aku ingin segera tiba di rumah, ingin cepat-cepat berendam untuk menghilangkan rasa penat pada tubuhku." keluh Shikha dengan wajah sedikit muram. "Baik, Nona. Mari!" seru Brema, mempersilahkan Shikha untuk jalan di depannya.Shikha kini telah duduk di mobil deng

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Menggantikan posisimu

    Suara langkah kaki seseorang yang sedang menuruni anak tangga berhasil mencuri perhatian para asisten rumah tangga yang tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk Nona muda. Wanita dengan sorot mata yang dulu begitu hangat dan penuh keramahan, kini telah sirna berganti dengan sorot mata yang begitu dingin. Wanita itu telah rapih dengan setelan dress formal namun tetap casual, serta jas berwarna putih yang begitu familiar telah tersampir di kedua bahu Shikha. Pertanyaan muncul begitu saja dalam pikiran mereka. Mengapa Nona muda mereka pergi sepagi ini? Jangan lupa dengan penampilannya yang begitu formal dari biasanya. Shikha menarik satu kursi dan duduk dengan meletakkan kedua tangannya di atas meja. Para asisten langsung melayani wanita itu dengan cekatan, sungguh mereka tak ingin merusak suasana hati Nona muda nya pagi ini. Ditatap Nona nya seperti itu membuat jantung asistennya seakan berhenti berdetak untuk beberapa saat, apakah kali ini ia lupa beberapa soal tentang apa saja ya

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Karangan bunga misterius

    Langkahnya tertatih menaiki anak tangga menuju kamarnya di sebelah Timur yang terletak tak jauh dari kamar Aksa. Pikirnya terlintas pada kejadian kemarin, bagaimana bisa pria seperti Aksa bisa seceroboh itu? Brema telah menceritakan semua kejadian yang terjadi pada boss nya itu, dimulai ketika Aksa sedang berada di cafe Andromeda, saat itu ia telah membuat janji bertemu seorang sahabatnya yang telah lama tinggal di Finlandia. Namun, sewaktu Aksa sedang menunggu dengan menyesap secangkir kopi arabica yang telah ia pesan sebelumnya.Selang beberapa saat, sebuah tepukan singkat berhasil mengalihkan intens Aksa. Ia menoleh untuk melihat siapa orang yang berani mengganggu waktu bersantainya. Carlos, pria itu berdiri tepat di belakang Aksa dengan seulas senyum remeh khas pria berusia 23 tahun itu.Aksa mendengus kesal, pria ini sungguh tak pernah membiarkan dirinya tenang barang sedetikpun. Cengiran khas pria itu sungguh membuat Aksa jengah, bukannya terlihat tampan pria itu justru mirip s

DMCA.com Protection Status