Share

Bab 5

Penulis: Xyra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-22 10:22:04

Aksa telah mengambil satu kursi untuk didudukinya, ia menatap lapar hidangan yang tersaji di atas meja, sungguh dari aroma hingga bentuknya sangat menggoda dirinya. Namun ia tak mau berharap lebih pada masakan Shikha, yang Aksa tau selama ini bahwa Shikha tak pernah memasak untuk dirinya. Ini sepenuhnya kesalahan Aksa, dirinya tidak ingin Shikha berada di dapur apalagi memasak. Alasannya karena takut wanita tak waras itu menghancurkan rumahnya, bagaimana jika sewaktu memasak ia ketiduran dan lupa mematikan kompor? Oh tidak-tidak, Aksa tidak ingin membayangkan itu terjadi.

"Sajikan untukku."Shikha menuruti keinginan Aksa, ia mulai menyajikan makanan untuk pertama kalinya selama ia menikah dengan Aksa.

Aksa menyipitkan matanya, meneliti piring yang berada dihadapannya. Lalu beralih menatap Shikha penuh curiga.

"Kau tak memberikan racun pada makanan ini, bukan?"pertanyaan Aksa sontak membuat mata wanita itu membola, ia terbartuk untuk menghilangkan rasa gugupnya. Bagaimana bisa pria gila ini berpikiran demikian, jika niat awal Shikha membunuh Aksa, ia tak perlu bertahan lebih lama berada dalam kurungan iblis seperti Aksa dan menerima seluruh rasa sakit yang Aksa berikan kepadanya. Namun, Shikha adalah tipe wanita yang tak ingin menyakiti siapapun kecuali seseorang tersebut telah melakukan kesalahan fatal pada dirinya. 

Meskipun sedari kecil Shikha hidup di panti asuhan, namun sifat yang telah melekat pada dirinya sangat menyerupai ibunya. Baik hati, sopan, serta dingin tentunya. Bagaimana Shikha bisa mengetahui sifat ibunya sedangkan ibunya telah tiada saat dia masih bayi? Ya tentu saja dari cerita ayahnya serta ibu panti yang kebetulan bersahabat dengan almarhumah ibunya.

"Aku tak sejahat itu padamu, aku tak menyampur apapun dalam makananmu kecuali rempah serta penyedap lainnya."jawab Shikha tegas, tanpa keraguan sedikit pun.

Tepukan pada bahu Shikha membuat wanita itu terlonjak, ia membalik badan dan menemukan Aruna yang tengah berdiri dengan memasang wajah sumringahnya.

"Kau sangat rajin, Sayang. Aku tak menyangka jika kau begitu pandai memasak."Kata Aruna seraya duduk disamping Aksa, saat Shikha bergerak ingin melayani Mami mertuanya justru Aruna menolaknya mentah-mentah dan lebih memilih mengambil sarapannya sendiri.

CEO tampan itu mulai menyuapkan sendok kedalam mulutnya, wajahnya begitu datar tanpa ekspersi. Ya memang setiap saat wajahnya akan terus seperti itu, seperti tidak punya tanda-tanda kehidupan dalam dirinya.

Kedua wanita cantik itu menunggu respon Aksa dengan seksama. Dahi Aksa mengkerut, ia melirik Shikha sekilas kemudian kembali menatap piringnya.

"No problem, masih layak dikonsumsi."kata Aksa, entah mengapa perut Shikha seperti ada kupu-kupu yang berterbangan ketika Aksa mengatakan itu. Bibir Shikha berkedut, ia ingin sekali berteriak, namun urung karena ia kembali teringat akan tujuan awalnya.

Shikha berdiri mengikuti Aksa yang lebih dulu berdiri. Saat suaminya ingin pergi, Shikha mencekal tangannya.

"Kau mau apa?"tanya Aksa dengan nada ketus. Untung saja Mami nya telah masuk kamar, jadi ia tak akan mendengar percakapan mereka berdua.

"Aku hanya ingin merapikan dasimu."tangan mungil Shikha terulur ingin menyentuh kerah kemeja kantor milik Aksa, namun tangannya ditepis oleh suaminya.

"Jangan menyentuhku, kau pikir dengan masakanmu tadi yang menurut ku lumayan itu dapat membuatku memperlakukanmu secara halus? Tidak Shikha, jangan bermimpi."tawa Aksa remeh. Gigi Shikha perlahan bergemelatuk, ia menarik kerah kemeja Aksa secara kasar.

"Aku tak berpikir begitu, kau saja yang selalu menilaiku dengan cara seperti itu."jawabnya seraya melilitkan dasi pada kerah kemeja Aksa, setelah dirasa rapi. Shikha melangkah pergi tanpa menunggu respon lainnya dari Aksa.

Aksa berdecak kesal, wanita ini sungguh memancing emosinya pagi ini. Dilirik bekal yang berada ditangannya, senyumnya terbit begitu tipis, bahkan semut pun tak dapat melihat senyum pria 21 tahun itu. Kali pertama bagi Aksa setelah bertahun-tahun lamanya tak pernah membawa bekal, masakan yang dibuat oleh Shikha menjadi favoritenya sekarang. 

Cukup gengsi bagi Aksa untuk memuji masakan yang dibuat oleh Shikha ini sangat enak. Ia telah salah menilai sisi berguna dari wanita itu, selama ia hidup. Maminya tak pernah memasak untuknya, ya tentu saja ini karena Maminya adalah wanita karir.

Setelah menempuh beberapa menit perjalanan, kini CEO arrogant itu telah sampai disebuah gedung tinggi. Semua mata tertuju padanya, semua membungkuk memberi hormat pada atasan mereka yang baru saja sampai. 

Aksa melangkah begitu berwibawa menuju ruangan tempat ia mengatur segalanya. Ia menanggalkan kemejanya dan menyampirkannya disofa. Ia duduk dengan memangku dagu, memikirkan rencana apa yang harus ia lakukan agar kepulangan ayah mertuanya dibatalkan. Tentu saja Aksa tetaplah Aksa, meskipun anaknya telah melayaninya begitu bagus, namun ia tetap saja akan menjalankan rencananya.

Ketukan pintu berhasil membuat lamunan Aksa buyar. "Masuk."perintah Aksa dingin, sosok wanita berpakaian begitu ketat dan minim baru saja muncul dari balik pintu. Ia tersenyum centil pada Aksa, sedang Aksa sama sekali tak melirik wanita itu dan terus fokus pada layar laptopnya.

"Pagi Tuan muda Aksareyd."sapanya.

"Sudah Saya bilang berkali-kali, bahwa Saya tidak suka bertele-tele."lirik Aksa tajam, senyum pada bibir wanita itu memudar ia menunduk takut. Sungguh Aksa begitu mengerikan sekarang.

"Saya hanya ingin mengantar berkas Tuan Johan untuk ditandatangani segera, Tuan muda."Aksa tak merespon ucapan Clara, ia masih fokus pada layar laptopnya. Setelah beberapa saat diacuhkan, kini Aksa kembali melirik sekertarisnya itu.

"Mengapa tak meletakkannya? Anda ingin mengulur waktu berhargaku?"decak Aksa, Clara memberikan berkas itu dan dengan cepat ditandatangani oleh Aksa.

"Mengapa anda masih berdiri disini?"singgung Aksa ketika melihat Clara masih berdiri dihadapannya.

"Saya ingin memberitahu bahwa nanti siang Tuan Diego mengajak Tuan muda Aksareyd untuk makan siang nanti."ucap Clara gugup. Dilirik sekilas bekal yang tak jauh berada disamping laptopnya.

"Beritahu kepada Tuan Diego, bahwa Saya tidak bisa makan siang bersamanya nanti."tegas Aksa, tak ingin nada tinggi keluar dari bibir Aksa, Clara mengangguk kemudian pamit pergi.

"Apa yang harus aku lakukan."pikir Aksa seraya bertopang dagu pada kedua tangannya. Sebuah ide gila muncul dalam pikirannya, ia meraih ponsel yang berada di saku jasnya. Membuka kontak, kemudian mencari nama seseorang dalam kolom pencarian.

"Sobatku, apakabar sekarang? Kudengar kau telah menikahi seorang wanita yang begitu cantik, dan sejak itu kau telah jarang datang kesini."Cecar sosok yang berada diseberang telpon.

"Aku ingin kau jalankan rencanaku ini."kata Aksa tanpa menjawab perkataan temannya itu.

"Eh, santai Tuan muda Aksareyd. Mengapa kau begitu terburu-buru? Seperti tengah dikejar hantu saja. Katakan, apa yang harus aku lakukan untukmu?"tanya Danielle serius.

Aksa yang tak sadar akan kehadiran sosok wanita yang baru saja masuk ruangannya karena terlalu serius menyusun rencana bersama Danielle melalui ponselnya, ia mengangkat sedikit wajahnya dan tepat bertemu dengan wajah istrinya itu. Ia memutuskan sambungan telponnya sepihak, kemudian menyimpannya kembali kedalam saku jasnya.

"Sudah berapa lama kau berdiri disini?"Tanya Aksa dingin, berusaha menutupi rasa khawatir nya jika Shikha telah mengetahui seluruh rencananya itu.

"Baru saja, aku berulang kali mengetuk pintu ruanganmu, namun kau sepertinya tengah sibuk berbicara dengan seseorang melalui ponselmu."kata Shikha penuh keyakinan.

Aksa berdecak."Katakan, apa yang kau lakukan sehingga kau datang kemari menemuiku?"Tanya Aksa tanpa basa-basi.

Shikha menghela nafas, suaminya ini sungguh tidak sabaran, pikirnya.

"Aku datang bukan untuk menemuimu, aku datang hanya untuk menemui sekertaris Johnson. Aku mencarinya sedari tadi, namun batang hidungnya saja tak kutemukan sampai sekarang. Apakah kau tau dimana keberadaan sekertarisnya itu?"tanya Shikha, Aksa mengerang kesal menatap tajam Shikha.

"Oh ayolah Nona muda Shikha, mengapa kau menanyakan seseorang yang tak penting bagiku?"

Shikha mengangguk."Tak penting, karena kau tak pernah menganggap sesuatu yang kecil itu penting."jawab Shikha.

Aksa yang hampir tersulut emosi, memutuskan untuk mengusir Shikha dari ruanganya.

"Pergilah dan carilah saja wanita tak berguna seperti dirinya."perintah Aksa tanpa ingin dibantah, Shikha menghela nafas kemudian melangkah pergi dari ruangan Aksa.

"Mengapa dirinya selalu membuatku susah?"pikir Aksa kesal.

"Aku telah mengetahui segalanya, Tuan muda Aksareyd."ucap sosok wanita yang berada diluar ruangan Aksa, seraya berseringai licik.

Bab terkait

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Bab 6

    "Darimana saja kau ini? Aku telah lelah mencarimu sedari tadi, apakah kau sengaja membuatku susah, huh?"Shikha mencecar wanita itu dengan banyak pertanyaan, wanita itu gelagapan, ia bingung harus menjawab pertanyaan yang mana dulu. Clay menggiring Shikha untuk duduk dipantry, menyuruhnya untuk mengatur nafas sebelum kembali mencecarnya lagi."Katakan padaku, darimana saja kau ini?"tanya Shikha kembali setelah dirinya lebih tenang."Aku hanya pergi ke dapur sebentar untuk membuat secangkir kopi arabica, agar aku tidak lagi mengantuk dan agar suamimu tercinta itu tidak mengamuk padaku karena kinerjaku mulai menurun sekarang."jawab Clay, ia mulai menyeruput kopi yang masih panas itu dengan perlahan. Clay adalah sahabat Shikha sedari kecil, mereka sama-sama hidup di panti asuhan, Clay belum mengetahui jika pria yang dinikahi sahabatnya sendiri telah berlaku kasar selama ini."Aku ingin meminta bantuanmu."kata Shikha penuh keyakinan."Katakan, apa yang h

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-25
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Bab 7

    "Ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu,"Shikha mengernyit dahi, menunggu kalimat selanjutnya. "Aku ingin kau berpura-pura menjadi adik perempuanku, di depan para klien asal Turkey besok,"sontak perkataan itu menuai kecaman dari Shikha, apa maksud pria bodoh ini? Ia kan istrinya, mengapa harus berpura-pura menjadi adik perempuannya? "Apa maksudmu? Kau menyuruhku untuk berpura-pura? Bahkan, menjadi adik perempuanmu!? Apa kau sudah tidak waras?"Tanya Shikha dengan nada yang sedikit meninggi. Aksa menampilkan wajah dinginnya, ia bergerak semakin mendekati Shikha. "Aku masih waras, tidak sepertimu bahkan seperti ayahmu itu. Ck ck! Kasihan sekali,"katanya dengan wajah pura-pura prihatin. Jika dirinya dihina oleh Aksa itu tidaklah mengapa, namun jika Aksa berani menghina ayahnya. Sungguh, jangan salahkan Shikha jika ia lepas kendali dan bisa saja melukai Aksa. "Kau!! Aku hanya diam selama ini, ketika kau terus menghinaku, namun kali ini aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-27
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Bab 8

    Ia masih terus berusaha melepaskan diri dengan sisa tenaganya dari tubuh Aksa yang mengunci tubuhnya. Namun, semakin Shikha mencoba akan sia-sia pula usahanya. "Semakin kau mencobanya, maka semakin sia-sia pula usahamu."kata Aksa, ia kembali mengusap wajah Shikha dengan sensual, membuat Shikha bergerak gelisah karena mendapat sentuhan jemari Aksa. "Jangan sentuh aku, Tuan Aksa!"pekik Shikha terus memberontak dalam kungkungan Aksa, sapuan jemari Aksa pada leher jenjangnya semakin menjadi-jadi. Teriakan wanita itu sama sekali tak didengar Aksa, menurutnya itu hanyalah sebuah perintah untuk terus menyentuh seluruh tubuh Shikha. "Mengapa aku tak boleh menyentuhmu seperti ini? Aku ini suami sah-Mu secara agama maupun negara,"kata Aksa, kenyataan itu benar adanya, meskipun Shikha berusaha keras membantahnya. "Bagian ini,"Aksa menyentuh kening Shikha. "Adalah milikku seorang,"katanya senang. "Bagian ini pula,"jemari telunjuk Aksa bergerak men

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Bab 9

    Carlos, pria berusia 23 tahun itu merupakan anak yatim piatu yang tinggal satu panti asuhan dengan Shikha, istrinya. Kedekatan mereka bermula, ketika Carlos yang tengah duduk sendiri di bangku taman dalam kondisi menangis, Shikha yang waktu itu telah selesai membuat cake coklat bersama ibu panti pun ikut duduk di samping Carlos. Shikha memberikan cake itu pada Carlos, anak perempuan yang sangat cantik, mata bulat hazel, hidungnya yang begitu mancung, serta pipinya yang bulat seperti kue bakpao itu terasa begitu menggemaskan dimata Carlos. Ia mulai menaruh hati pada Shikha, hingga usia mereka telah beranjak remaja, rasa yang muncul dari lubuk hati Carlos semakin membuncah, getaran serta sengatan yang berbeda saat Carlos berada di samping Shikha, semakin menggebu-gebu.Puncaknya, ketika usia Shikha genap 20 tahun. Carlos pikir itu usia yang tepat untuk melamar Shikha, waktu itu ia mengirim pesan pada Shikha untuk menemui dirinya di taman, taman yang dahulu menjadi tempat Shikha

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-05
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Bab 10

    Wanita itu duduk berpangku pada kedua kakinya yang ia tekuk, ingatan akan kejadian itu semakin menerbang tinggikan dirinya. Shikha menyentuh bibirnya, bibir yang sudah dilumat oleh Aksa, ia menepuknya secara perlahan, namun berulangkali. "Pria dingin itu telah merenggut sesuatu dariku, lihat saja. Jika ayah telah tiba, aku akan mengadukan hal gila Aksa kepada ayah,"gumam Shikha dengan tatapan lurus, namun Shikha menggeleng kuat beberapa saat, seakan teringat sesuatu. "Tidak! Jika ayah tahu, aku akan ditertawai olehnya. Bagaimanapun juga Aksa adalah suami sahku, jadi hal semacam itu sungguh wajar dilakukan bagi pasangan suami-istri seperti kami."kata Shikha seraya menghela nafas, yang telah terjadi hari ini, biaarlah berlalu. Shikha merogoh saku celananya, mencari alat penghubung komunikasi miliknya. Namun, hasilnya nihil, ia tak menemukannya. Ia berdiri, kemudian berusaha mengingat dimana ia meletakkan ponselnya itu. Shikha mengusap kasar wajahnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-05
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Bab 11

    Shikha masih membeku dengan mulut yang sedikit ternganga, antara percaya atau tidak yang jelas pria ini benar-benar suaminya, Aksa."Jika kau masih ingin membuka mulutmu seperti itu, aku pastikan akan ada binatang seperti serigala atau burung hantu yang akan tersedot olehmu,"segera saja Shikha tersadar oleh lelucon Aksa dan kembali memalingkan wajahnya."Mengapa mulutmu begitu lentur, jika sudah berurusan dengan yang namanya meledek seseorang?"Aksa mengedikkan bahu acuh, ia membuka pintu mobil milik Shikha kemudian menyeretnya keluar."Siapa yang memperbolehkanmu mengemudikan mobil dimalam hari? Lantas, ada urusan apa sehingga membuatmu melanggar aturan dariku."tanya Aksa runtut, ia menanti respon dari istrinya ini.Wanita itu menggigit bibirnya berdalih untuk menghilangkan rasa gugup, jemari mungil berhias cincin berlian itu meremat jaket berbulu domba dengan gusar, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Ia sungguh bingung harus mengatakan apa pada

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-06
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Sehelai Kain Merah

    Axell berjalan dengan meraba-raba untuk mencari saklar lampu, ia terhenti ketika tangannya seperti menyentuh sesuatu yang asing. Dengan segera ia mencari ponsel yang berada disaku celananya dan menyalakan flashlight mengarahkan tepat pada tangan kirinya. Alangkah terkejutnya dirinya, ketika apa yang ia sentuh adalah sehelai kain bernoda merah tergantung di atas langit-langit ruangan ini. Semua mata tertuju pada Axell dan kain merah itu, mereka semua masih bergelut dengan pikiran mereka tentang kain apa yang tergantung di atas mereka. Jujur, kain itu begitu tidak wajar, seperti sehelai kain putih yang berubah menjadi kain merah karena bercak darah. Axell mengarahkan flashlight nya lagi untuk menelusuri setiap inci ruangan itu, tangannya terhenti pada satu titik yang fokus pada satu sudut, yaitu ranjang. Terlihat jelas ada sebuah gundukan yang tertutup selimut tebal, mereka semua berusaha mendekat dengan langkah perlahan untuk berjaga-jaga, jika pria ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-08
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Pagi kelabu

    Aksa bungkam seribu bahasa, lidahnya begitu getir ingin mengatakan hal yang sebenarnya terjadi pada Shikha. "Aku sudah mendapatkan sebuah kabar dari anak buahku, bahwa–"tiba-tiba saja Aksa menghentikan ucapannya begitu saja, Shikha semakin mendekat. Ia meneliti mimik wajah Aksa yang berubah. "Katakan,"ucap Shikha penuh harap. Aksa sungguh tak tega, memberikan berita ini kepada Shikha. Namun, ia juga tak ingin jika istrinya itu mendapat kabar dari orang lain. Dalam satu tarikan, dengan keyakinan dan segala resiko. Aksa melanjutkan kalimatnya yang tadinya sempat terjeda. "Clay, sahabatmu. Telah tiada,"jantung Shikha berdegup lebih cepat, aliran darahnya berdesir hebat. Kakinya tak mampu lagi berpijar, hingga membuat tubuhnya mencelos ke lantai. "Katakan, jika ini bagian dari leluconmu, Aksa."lirih Shikha, sedetik kemudian bulir putih bening jatuh kepipinya. Aksa bungkam, lidahnya keluh. Ia sungguh membenci wanita itu, tapi ia lebih

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-12

Bab terbaru

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Circle Ular

    Sejak kepulangan Tuan Leo, Shikha masih terdiam dan bungkam setelah mengetahui banyak rahasia yang tersimpan begitu rapi tentang suaminya. Dari kecil hingga beranjak dewasa, semua telah di ceritakan secara detail oleh Leo yang tak lain adalah sahabat kecil Aksa. "Shikha, papi ingin menanyakan sesuatu kepadamu?" Suara Ganendra berhasil membuyarkan lamunan Shikha yang tengah duduk di kursi kebesaran milik suaminya. Wanita itu membenarkan posisi duduknya, kemudian tersenyum menyambut kedatangan Ganendra di ruangan itu. "Tentu saja papi, Shikha akan menjawabnya." Ucap Shikha. Pria paruh baya itu menarik kursi yang berada di hadapan Shikha, jadi kini mertua dengan menantu duduk dengan posisi berhadapan. "Papi mengecek CCTV beberapa jam yang lalu, melihat bahwa gadis itu datang disaat tuan Achilleo datang. Apa yang gadis itu katakan kepadamu?" Tanya Ganendra, wajah pria itu begitu khas dengan rahang yang bersih dari rambut-rambut halus, mata tajam, hingga bentuk wajah yang nyaris sempu

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Tuan Achilleo

    "Bagaimana jika kesepakatan ini kita bicarakan sembari makan siang?" Tawar pria itu pada Shikha, Shikha mengangguk Samar. Ia tak yakin akan sefokus itu jika membicarakan hal penting di luar ruangannya terlebih di luar kantor, ia rasa itu bukanlah hal yang tepat. Melihat raut wajah Shikha yang menampilkan raut wajah bimbang, Leo yang peka akan hal itu kemudian menawarkan untuk rapat dengan memesan ruangan VVIP yang berada di restaurant yang akan mereka tuju. Akhirnya setelah beberapa saat merundingkan hal tersebut, Shikha menyetujuinya. Leo menyetir mobil untuk Shikha, alasannya agar Shikha merasa nyaman jika tidak banyak yang ikut dengan mereka. "Terimakasih," ucap Shikha saat Leo menjamunya dengan segelas orange juice yang telah disiapkan waiters itu. "Mengapa tuan sangat tertarik dengan project ini? Masih banyak project-project perusahaan lain, yang masih jauh lebih menguntungkan daripada project ini yang bersifat sosial." Tanya Shikha seraya membuka laptop bergambar apel itu, n

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Nenek sihir

    "Aish, lihatlah bagaimana gadis itu berhasil membuatku telat untuk menghadiri pertemuan klien dari Italy pagi ini." Shikha berjalan tergesa-gesa seraya merutuki tindakan gadis itu tadi pagi, sebenarnya dirinya juga salah. Harusnya dirinya tak meladeni omong kosong gadis payah itu pagi-pagi, namun karena sikap bar-bar gadis itu yang menggedor brutal pintu kamarnya dirinya mau tak mau menghadapi segala resiko yang akan terjadi. "Nona, Tuan Achilleo telah tiba setengah jam yang lalu, beliau terus bertanya kapan Nona tiba di kantor untuk menemuinya. Tadinya Saya ingin menghubungi Nona, namun Nona telah tiba di kantor, apakah telah terjadi sesuatu kepada, Nona?" Seorang wanita langsung mencecar dirinya dengan seribu pertanyaan saat dirinya baru saja tiba di dalam ruang kerjanya. Shikha menggeleng, "Tidak, Saya baik-baik saja." "Oh, ya, terimakasih telah memberitahuku. Tolong persiapkan ruang meeting dan segera menghubungi Tuan Ganendra, Saya akan mengurus persiapan lainnya." perintah Sh

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Mengikuti permainannya

    Setelah berpikir panjang, Shikha merasa bahwa idenya itu begitu kejam. Namun setelah ia mengingat-ingat kembali bagaimana wanita itu menghancurkan rumah tangga mertuanya, ia kini semakin yakin bahwa idenya itu pantas diterapkan oleh kedua wanita jalang itu. Shikha baru saja keluar dari kamar mandi sebelum bersiap-siap tidur, namun ia dikagetkan dengan suara benda yang baru saja mengenai kaca jendela kamarnya, namun tak sampai membuat kaca jendela itu pecah. Dengan rasa penasaran, wanita itu membuka jendelanya dan menemukan batu yang berukuran kepalan tangannya. Ada hal yang mengganjal dari batu itu, batu itu terbungkus oleh secarik kertas, mungkin ini berisi pesan sesuatu. Ia menunduk untuk meraih batu yang terselimuti kertas, kemudian membukanya perlahan. Shikha meremat kertas itu, kemudian membuangnya ke tempat sampah. Setelahnya ia kembali masuk ke kamar untuk bersiap-siap tidur, siapa yang mengirim surat ancaman itu. Itu begitu tidak efesien, harusnya jika ingin mengancamnya set

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Untuk sementara waktu

    "Papi akan menjelaskan tentang segalanya kepadamu." Kata Ganendra setelah ia mengambil posisi duduk di hadapan Shikha. Menantu perempuannya itu masih terlihat begitu kesal dengan menampilkan raut wajah ditekuk layaknya kertas origami, bagaimana tak kesal? Dirinya dihina dan dituduh sebagai wanita perebut suami orang?! Ah, yang benar saja, batin Shikha kesal. "Tolong jelaskan, Pi." pinta Shikha sedikit tak sabar karena pria tua itu hanya diam setelah beberapa saat lalu mengatakan akan memberitahu tentang segalanya kepada dirinya. Ganendra menghela nafas gusar, ia dilanda rasa cemas yang kian membelenggu sekarang. Rahasia yang selama ini disembunyikan keluarganya dan juga Aksa kini harus ia katakan kepada istri dari putra tunggalnya itu, mau tak mau ia harus segera mengatakan ini kepada Shikha. "Dia adalah adik Aksa_Suamimu, Nak." Damn! Bak tersambar petir, Shikha tertegun dengan mata yang membola dengan sempurna atas pernyataan tentang kenyataan siapa wanita itu sebenarnya, dilai

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Hal Baru

    Ganendra kini tengah menjadi pusat perhatian karena mengamit jemari mungil milik seorang wanita. Langkahnya mantap, hingga membuat banyak pasang mata kagum akan kharisma pria berumur itu.Tak ada senyum yang tercetak dari bibir ranum pria itu, melainkan terganti dengan kerutan di dahi yang disebabkan oleh faktor usia atau mungkin memang pria itu kini tengah memiliki sebuah masalah.Mereka kini telah masuk ke ruangan private milik Ganendra."Saya akan mengadakan pertemuan dengan rekan bisnis Saya sebentar lagi, dan untuk itu Saya minta anda jangan keluar dari ruangan ini sebelum Saya datang." Peringat Ganendra seraya melonggarkan dasinya.Wanita itu mengangguk. "Bagaimana jika aku kehausan?" tanyanya sedikit ragu.Ganendra membuang pandangan ke arah lain, kemudian ia berdecih pelan namun mungkin masih terdengar oleh wanita itu. "Saya akan mengirim seseorang untuk menemani anda di sini, katakan saja apa yang anda inginkan. Dia akan menuruti perintah anda." jawab Ganendra, garis rahang p

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Kerisauan Ganendra

    Waktu telah menunjukkan pukul empat sore, sudah saatnya ia bersiap untuk pulang ke rumah. Rasanya sendi pada tulangnya telah kaku akibat terlalu lama duduk menatap layar laptop seharian.Shikha berdiri untuk menyusun kembali proposal yang telah berantakan di meja kerjanya, setelah selesai ia menekan telepon kantor untuk menghubungi Brema agar segera datang menemuinya.Tak butuh waktu lama untuk menunggu, pria itu datang dengan membawa satu paper bag berukuran sedang yang telah di minta oleh Shikha.Shikha menerima paper bag itu dengan wajah sumringah. "Kerja bagus, Brema." puji Shikha dengan satu tepukan di bahu kiri Brema. Brema mengangguk penuh rasa hormat."Apakah Nona telah selesai?"Tanya Brema.Shikha mengangguk. "Sudah, aku ingin segera tiba di rumah, ingin cepat-cepat berendam untuk menghilangkan rasa penat pada tubuhku." keluh Shikha dengan wajah sedikit muram. "Baik, Nona. Mari!" seru Brema, mempersilahkan Shikha untuk jalan di depannya.Shikha kini telah duduk di mobil deng

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Menggantikan posisimu

    Suara langkah kaki seseorang yang sedang menuruni anak tangga berhasil mencuri perhatian para asisten rumah tangga yang tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk Nona muda. Wanita dengan sorot mata yang dulu begitu hangat dan penuh keramahan, kini telah sirna berganti dengan sorot mata yang begitu dingin. Wanita itu telah rapih dengan setelan dress formal namun tetap casual, serta jas berwarna putih yang begitu familiar telah tersampir di kedua bahu Shikha. Pertanyaan muncul begitu saja dalam pikiran mereka. Mengapa Nona muda mereka pergi sepagi ini? Jangan lupa dengan penampilannya yang begitu formal dari biasanya. Shikha menarik satu kursi dan duduk dengan meletakkan kedua tangannya di atas meja. Para asisten langsung melayani wanita itu dengan cekatan, sungguh mereka tak ingin merusak suasana hati Nona muda nya pagi ini. Ditatap Nona nya seperti itu membuat jantung asistennya seakan berhenti berdetak untuk beberapa saat, apakah kali ini ia lupa beberapa soal tentang apa saja ya

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Karangan bunga misterius

    Langkahnya tertatih menaiki anak tangga menuju kamarnya di sebelah Timur yang terletak tak jauh dari kamar Aksa. Pikirnya terlintas pada kejadian kemarin, bagaimana bisa pria seperti Aksa bisa seceroboh itu? Brema telah menceritakan semua kejadian yang terjadi pada boss nya itu, dimulai ketika Aksa sedang berada di cafe Andromeda, saat itu ia telah membuat janji bertemu seorang sahabatnya yang telah lama tinggal di Finlandia. Namun, sewaktu Aksa sedang menunggu dengan menyesap secangkir kopi arabica yang telah ia pesan sebelumnya.Selang beberapa saat, sebuah tepukan singkat berhasil mengalihkan intens Aksa. Ia menoleh untuk melihat siapa orang yang berani mengganggu waktu bersantainya. Carlos, pria itu berdiri tepat di belakang Aksa dengan seulas senyum remeh khas pria berusia 23 tahun itu.Aksa mendengus kesal, pria ini sungguh tak pernah membiarkan dirinya tenang barang sedetikpun. Cengiran khas pria itu sungguh membuat Aksa jengah, bukannya terlihat tampan pria itu justru mirip s

DMCA.com Protection Status