Share

Bab 8

Penulis: Xyra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-02 18:22:29

Ia masih terus berusaha melepaskan diri dengan sisa tenaganya dari tubuh Aksa yang mengunci tubuhnya. Namun, semakin Shikha mencoba akan sia-sia pula usahanya.

"Semakin kau mencobanya, maka semakin sia-sia pula usahamu."kata Aksa, ia kembali mengusap wajah Shikha dengan sensual, membuat Shikha bergerak gelisah karena mendapat sentuhan jemari Aksa.

"Jangan sentuh aku, Tuan Aksa!"pekik Shikha terus memberontak dalam kungkungan Aksa, sapuan jemari Aksa pada leher jenjangnya semakin menjadi-jadi. Teriakan wanita itu sama sekali tak didengar Aksa, menurutnya itu hanyalah sebuah perintah untuk terus menyentuh seluruh tubuh Shikha.

"Mengapa aku tak boleh menyentuhmu seperti ini? Aku ini suami sah-Mu secara agama maupun negara,"kata Aksa, kenyataan itu benar adanya, meskipun Shikha berusaha keras membantahnya.

"Bagian ini,"Aksa menyentuh kening Shikha.

"Adalah milikku seorang,"katanya senang.

"Bagian ini pula,"jemari telunjuk Aksa bergerak menyentuh kedua mata hazel milik Shikha secara bergantian.

"Milikku, meskipun ia selalu melihatku dengan tatapan penuh kebencian yang kentara."kata Aksa miris, nyatanya itu benar terjadi. Meskipun mata hazel itu sangat teduh, namun bagi Aksa ia melihat sisi lain dari tatapan mata hazel itu.

"Ini, ini, ini, ini, dan ini."jemari Aksa bergerak menyentuh, kedua pipi Shikha, hidung, dagu dan yang terakhir berhenti tepat di atas bibir berwarna pink milik Shikha, Aksa mengusap bibir Shikha penuh sensual.

"Ini milikku, yang selalu menghinaku, meneriakiku serta menilaiku dari satu sudut pandang saja,"lirih Aksa, wajahnya semakin mendekat kearah wajah Shikha yang pias.

"Aku suka semua yang menjadi milikku,"Aksa menurunkan cekalan tangannya yang mencengkram tangan Shikha di atas kepala, lalu mengecupnya sekilas.

Aksa kembali menengadah, tatapannya jatuh pada mata hazel yang sayu itu. "Tapi, disisi lain aku begitu membencimu. Wanita angkuh, lugu, serta dingin sepertimu itu sungguh mengganggu kehidupanku,"kata Aksa tertawa begitu sumbang, wajah dengan garis rahang yang tegas serta tatapan mata tajam, namun tetap teduh itu begitu bahagia. Ia berhasil menerbang tinggikan Shikha, lalu menjatuhkannya begitu dalam.

Aksa menaikkan dagu Shikha dengan jemari telunjuknya, ia mengeluarkan senyum sinisnya.

"Tapi, aku sungguh terkesan akan keberanianmu, Baby."kata Aksa menekan kata 'keberanian' dan di akhiri helaan nafas panjang, aroma nafas mint yang memenuhi rongga pernafasan Shikha, jarak mereka memang sangat dekat, bahkan Aksa dapat merasakan detak jantung Shikha yang berpacu begitu cepat. Pahatan wajah wanita berusia 20 tahun itu begitu indah, alis dengan garis hitam yang begitu tebal serta tegas, bibir berwarna peach miliknya yang begitu seksi, ah...rasanya Aksa ingin sekali mencicipi bibir seksi istrinya itu.

Namun, bayangan angan terlintas begitu saja, pahit dan kelamnya sekarang ini semua karena ulah wanita ini. 

"Pergilah,"kata Aksa, ia telah mengurai lingkungannya. 

Shikha mengambil begitu banyak pasokan udara yang kurang dalam rongga pernafasannya, terjebak dalam kungkungan Aksa? Sungguh! Shikha tak Ingin itu kembali terulang.

Shikha berjalan cepat keluar dari ruangan Aksa, pria dingin itu masih menatap punggung Shikha yang perlahan jauh dari pandangannya. Ia sungguh gemas akan sikap wanitanya itu, tunggu! Aksa bahkan belum menyentuh seluruh tubuh Shikha, bagaimana bisa ia mengklaim Shikha adalah wanitanya? Ah...rasanya Aksa ingin sekali menelan utuh-utuh, tubuh mungil istrinya itu.

Ponsel yang berada disaku jas miliknya bergetar, sebuah panggilan yang sama sekali tak ia kenali nomornya.

Aksa menekan tombol berwarna hijau, namun ia masih diam, menunggu suara si pemanggil.

"Kau pasti mengenalku, Tuan muda Areyd. Katakan, dimana Shikha berada!?"kata sosok pria diujung Sana dengan suara lantang. Aksa menarik satu sudut bibirnya, ia sungguh mengenal suara sosok ini. Bahkan, ia begitu senang akan kabar mengenai pria ini.

"Apa kau kini telah menjadi pria bisu, Areyd!? Jawab pertanyaanku, sekarang!"sentak pria itu, ketika semua perkataannya tak mendapatakan respon dari Aksa.

"Don't be a cheapskate,"kata Aksa dingin.

"Aku tau kau menghubungiku karena kau sedang membutuhkan uang, bukan?"Damn! Bagaimana Aksa dapat mengetahui maksud dan tujuannya menghubungi Aksa siang menjelang sore hari ini.

"Mengapa kau diam, Carlos? Apakah tebakanku kali ini meleset?"sulit ditepis, Aksa bukanlah pria yang sangat mudah tertipu akan tipu muslihat musuhnya. Bahkan, tebakannya kali ini sangat tepat.

"Aku telah mengetahui seluruh rencanamu untuk menggagalkan kepulangan ayah mertuamu, Tuan Areyd."kata Carlos, terdengar tawanya bernada meremehkan.

Aksa telah mengetahui rencana busuk Carlos, ia sengaja memancing emosinya, lalu ketika Aksa telah tersulut emosi. Ia akan bertindak sebagai pahlawan yang dengan senang hati membantu Aksa menjalankan rencana, bodoh sekali. Ini begitu mudah ditebak oleh akal cerdik Aksa.

"Stay out of it, Carlos."peringat Aksa, namun tawa Carlos semakin pecah. Ia begitu senang menghasut CEO yang terkenal cerdik dan tentunya sangat manipulatif ini. Putra tunggal pewaris tahta kerajaan bisnis Dwi'ken Company, pahatan sempurna wajahnya serta kecerdasan pola pikirnya, begitu melekat pada jati diri seorang Aksa.

Sedari kecil kecerdasannya telah dibentuk, ketegasaan sang Papi mendidik Aksa tak perlu diragukan, bahkan Aksa adalah duplicate dari sang Papi. Dari sifat serta tingkah lakunya begitu mirip dengan Papinya, namun sedikit perbedaan mereka dari mereka adalah sifat Aksa yang begitu kasar pada semua orang, tanpa terkecuali.

"Don't procrastinate! Aku tak punya waktu dengan semua omong kosongmu!"sentak Aksa, bahkan aura dingin sampai menjalar keseluruh tubuh Carlos, meskipun hanya mendengar melalui ponsel saja.

"Aku mencintai wanitamu, Tuan Areyd. Lusa, akan kupastikan aku dapat menggenggam wanitamu, kemudian membawanya kedalam dekapanku untuk selamanya."Aksa tertawa renyah, omong kosong yang keluar dari mulut Carlos begitu memuakkan bagi Aksa.

"Aku bersungguh-sungguh, Areyd!"bentak Carlos tak terima atas hinaan Aksa.

"Coba saja, aku ingin melihat sejauh mana kemampuanmu dalam merebut Shikha dari genggamannya."ujar Aksa, ia sama sekali tak takut akan ancaman Carlos.

"Baiklah, kau menginginkan perang. Maka, kita akan bertarung mulai sekarang."Carlos berdecih, ia sungguh tak sabar ingin melihat wajah Aksa yang dingin berubah menjadi pias, ketika kekalahannya terjadi.

"Kau mungkin tak cukup sakit tertusuk belatiku tepat di atas jantungmu, maka dari itu kau ingin menambah koleksi luka yang baru ditempat yang berbeda pula."bagaimana bisa Carlos melupakan peristiwa itu, ketika Aksa menikamnya dengan menggunakan belati putih kesayangannya dua bulan silam, tepat di malam itu ia melangsungkan pernikahannya dengan seorang wanita yang sangat ia cintai, hingga sekarang ini perasaannya kepada Shikha tak pernah berubah.

"Kau pikir, uang yang kau berikan untuk menutup mulutku akan kebusukan rencanamu itu akan membuatku bungkam, Tuan Areyd?"

"Tidak, uang itu telah ku kembalikan kepada anak buahmu tanpa sepengetahuanmu."Darah Aksa mendidih, buku-buku jemarinya memutih. Seorang penghianat baru saja muncul disekitarnya, ini tak bisa dibiarkan. Aksa menyeringai besar, tanpa menunggu perkataan selanjutnya, Aksa menutup panggilan lalu memblokir nomor Carlos secara sepihak. Ia membanting kasar ponselnya, hingga ponsel itu tak berbentuk lagi.

"Aku membenci seorang penghianat. Akan ku pastikan, tubuhnya akan diberada dalam perut hiu milikku,"jika tak menepati janjinya, itu bukanlah seorang Aksa. Berani mengibarkan bendera perang, maka harus berani menerima kekalahan telak dari Aksa.

Bab terkait

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Bab 9

    Carlos, pria berusia 23 tahun itu merupakan anak yatim piatu yang tinggal satu panti asuhan dengan Shikha, istrinya. Kedekatan mereka bermula, ketika Carlos yang tengah duduk sendiri di bangku taman dalam kondisi menangis, Shikha yang waktu itu telah selesai membuat cake coklat bersama ibu panti pun ikut duduk di samping Carlos. Shikha memberikan cake itu pada Carlos, anak perempuan yang sangat cantik, mata bulat hazel, hidungnya yang begitu mancung, serta pipinya yang bulat seperti kue bakpao itu terasa begitu menggemaskan dimata Carlos. Ia mulai menaruh hati pada Shikha, hingga usia mereka telah beranjak remaja, rasa yang muncul dari lubuk hati Carlos semakin membuncah, getaran serta sengatan yang berbeda saat Carlos berada di samping Shikha, semakin menggebu-gebu.Puncaknya, ketika usia Shikha genap 20 tahun. Carlos pikir itu usia yang tepat untuk melamar Shikha, waktu itu ia mengirim pesan pada Shikha untuk menemui dirinya di taman, taman yang dahulu menjadi tempat Shikha

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-05
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Bab 10

    Wanita itu duduk berpangku pada kedua kakinya yang ia tekuk, ingatan akan kejadian itu semakin menerbang tinggikan dirinya. Shikha menyentuh bibirnya, bibir yang sudah dilumat oleh Aksa, ia menepuknya secara perlahan, namun berulangkali. "Pria dingin itu telah merenggut sesuatu dariku, lihat saja. Jika ayah telah tiba, aku akan mengadukan hal gila Aksa kepada ayah,"gumam Shikha dengan tatapan lurus, namun Shikha menggeleng kuat beberapa saat, seakan teringat sesuatu. "Tidak! Jika ayah tahu, aku akan ditertawai olehnya. Bagaimanapun juga Aksa adalah suami sahku, jadi hal semacam itu sungguh wajar dilakukan bagi pasangan suami-istri seperti kami."kata Shikha seraya menghela nafas, yang telah terjadi hari ini, biaarlah berlalu. Shikha merogoh saku celananya, mencari alat penghubung komunikasi miliknya. Namun, hasilnya nihil, ia tak menemukannya. Ia berdiri, kemudian berusaha mengingat dimana ia meletakkan ponselnya itu. Shikha mengusap kasar wajahnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-05
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Bab 11

    Shikha masih membeku dengan mulut yang sedikit ternganga, antara percaya atau tidak yang jelas pria ini benar-benar suaminya, Aksa."Jika kau masih ingin membuka mulutmu seperti itu, aku pastikan akan ada binatang seperti serigala atau burung hantu yang akan tersedot olehmu,"segera saja Shikha tersadar oleh lelucon Aksa dan kembali memalingkan wajahnya."Mengapa mulutmu begitu lentur, jika sudah berurusan dengan yang namanya meledek seseorang?"Aksa mengedikkan bahu acuh, ia membuka pintu mobil milik Shikha kemudian menyeretnya keluar."Siapa yang memperbolehkanmu mengemudikan mobil dimalam hari? Lantas, ada urusan apa sehingga membuatmu melanggar aturan dariku."tanya Aksa runtut, ia menanti respon dari istrinya ini.Wanita itu menggigit bibirnya berdalih untuk menghilangkan rasa gugup, jemari mungil berhias cincin berlian itu meremat jaket berbulu domba dengan gusar, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Ia sungguh bingung harus mengatakan apa pada

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-06
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Sehelai Kain Merah

    Axell berjalan dengan meraba-raba untuk mencari saklar lampu, ia terhenti ketika tangannya seperti menyentuh sesuatu yang asing. Dengan segera ia mencari ponsel yang berada disaku celananya dan menyalakan flashlight mengarahkan tepat pada tangan kirinya. Alangkah terkejutnya dirinya, ketika apa yang ia sentuh adalah sehelai kain bernoda merah tergantung di atas langit-langit ruangan ini. Semua mata tertuju pada Axell dan kain merah itu, mereka semua masih bergelut dengan pikiran mereka tentang kain apa yang tergantung di atas mereka. Jujur, kain itu begitu tidak wajar, seperti sehelai kain putih yang berubah menjadi kain merah karena bercak darah. Axell mengarahkan flashlight nya lagi untuk menelusuri setiap inci ruangan itu, tangannya terhenti pada satu titik yang fokus pada satu sudut, yaitu ranjang. Terlihat jelas ada sebuah gundukan yang tertutup selimut tebal, mereka semua berusaha mendekat dengan langkah perlahan untuk berjaga-jaga, jika pria ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-08
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Pagi kelabu

    Aksa bungkam seribu bahasa, lidahnya begitu getir ingin mengatakan hal yang sebenarnya terjadi pada Shikha. "Aku sudah mendapatkan sebuah kabar dari anak buahku, bahwa–"tiba-tiba saja Aksa menghentikan ucapannya begitu saja, Shikha semakin mendekat. Ia meneliti mimik wajah Aksa yang berubah. "Katakan,"ucap Shikha penuh harap. Aksa sungguh tak tega, memberikan berita ini kepada Shikha. Namun, ia juga tak ingin jika istrinya itu mendapat kabar dari orang lain. Dalam satu tarikan, dengan keyakinan dan segala resiko. Aksa melanjutkan kalimatnya yang tadinya sempat terjeda. "Clay, sahabatmu. Telah tiada,"jantung Shikha berdegup lebih cepat, aliran darahnya berdesir hebat. Kakinya tak mampu lagi berpijar, hingga membuat tubuhnya mencelos ke lantai. "Katakan, jika ini bagian dari leluconmu, Aksa."lirih Shikha, sedetik kemudian bulir putih bening jatuh kepipinya. Aksa bungkam, lidahnya keluh. Ia sungguh membenci wanita itu, tapi ia lebih

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-12
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Pria monster

    Seusai pemakaman Clay dilangsungkan, pagi itu juga Aksa membawa Shikha menuju sebuah tempat yang telah menjadi tujuannya datang. Dia harus bergerak cepat untuk menuntaskan kasus kematian Clay. Aksa segera mengemudikan CRV hitam miliknya menuju tempat tujuan. Shit! Jalanan di hadapannya macet total karena sedang ada perbaikan jalan. Menyebalkan! Dia bisa telat sekarang, pikirnya kesal. Pukul 9 pagi akhirnya mereka berdua tiba di tempat tujuan. Dia segera menemui anak buahnya di ruangan tempat biasa mereka berkumpul untuk menyusun strategi. Hanya Aksa dan anak buahnya'lah yang mengetahui tempat ini. Seluruh mata tertuju pada mereka berdua, wajah pias Shikha dengan mata sembabnya terlihat begitu miris, mereka yakin sekali. Shikha begitu terpukul atas kematian sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudara kandungnya sendiri, semasa kecil mereka selalu bermain bersama, banyak sekali kenangan yang mereka pahat begitu indah dalam memori mereka. "Dimana dia?"Tanya Aks

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Hallo father-in-law!

    "Ayo kita pulang, Shikha. Aku sudah tak sabar ingin segera 'menyantap'mu. Upss ... Maksudku ingin segera menyantap masakanmu, untuk urusan pria bodoh ini kita bisa tunda hari ini."kata Aksa seraya merangkul bahu Shikha dan segera membawa wanita itu pergi dari ruangan ini."Jika kau berani menyentuhnya lebih jauh, maka kau akan menyesal, Aksa!"peringat Carlos dengan nada tinggi, namun Aksa sengaja menulikan pendengarannya."Aku akan pulang bersama Nona muda, terus awasi pria itu dan jangan sampai lolos dari pantauan kalian atau kalian semua akan menerima akibatnya."ucap Aksa dengan nada penekanan dan tentunya begitu dingin."Oh, ya. Jangan anggap pria polos itu tak berbahaya, dia begitu berbahaya maka berhati-hatilah kalian."peringat Aksa pada anak buahnya itu.Aksa membawa pergi Shikha dengan Mobil CRV hitam miliknya menuju rumah, namun langkah Shikha terhenti, Aksa yang menyadari itu lantas menoleh kebelakang untuk melihat apa yang ingin membuat langkah

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21
  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Gagal?

    "Aku jadi tidak menyesal karena telah menikahkanmu dengan Aksa, Shikha."Suara berat itu berhasil membuat Shikha tertegun dengan bibir bergetar ia perlahan membalik tubuhnya untuk melihat siapa yang baru saja mendengar keluh kesahnya.Tiba-tiba sosok pria itu memeluknya begitu erat, seakan tak mengizinkan siapapun melukai tubuh mungil wanita itu. Padahal, jika di visum terlihat jelas sayatan serta luka lebam yang membalut kulit putih pucat milik Shikha.Shikha masih tak bergerak, bahkan ia tak membalas pelukan pria itu. "Ayah merindukanmu, Shikha."kata Harsa dengan suara seraknya. Seketika Shikha langsung membalas pelukan Harsa, nahas. Yang terjadi ia malah ingin tersungkur ke lantai, ternyata itu semua hanyalah khayalan Shikha semata. Sebegitu ia merindukan sosok ayahnya yang telah lama pergi meninggalkan dirinya.Shikha mengela air mata yang lolos seiring dengan kedatangan Aksa baru saja."Hey! Aku menyuruhmu untuk memasak, bukan melamun seperti ini."kat

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24

Bab terbaru

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Circle Ular

    Sejak kepulangan Tuan Leo, Shikha masih terdiam dan bungkam setelah mengetahui banyak rahasia yang tersimpan begitu rapi tentang suaminya. Dari kecil hingga beranjak dewasa, semua telah di ceritakan secara detail oleh Leo yang tak lain adalah sahabat kecil Aksa. "Shikha, papi ingin menanyakan sesuatu kepadamu?" Suara Ganendra berhasil membuyarkan lamunan Shikha yang tengah duduk di kursi kebesaran milik suaminya. Wanita itu membenarkan posisi duduknya, kemudian tersenyum menyambut kedatangan Ganendra di ruangan itu. "Tentu saja papi, Shikha akan menjawabnya." Ucap Shikha. Pria paruh baya itu menarik kursi yang berada di hadapan Shikha, jadi kini mertua dengan menantu duduk dengan posisi berhadapan. "Papi mengecek CCTV beberapa jam yang lalu, melihat bahwa gadis itu datang disaat tuan Achilleo datang. Apa yang gadis itu katakan kepadamu?" Tanya Ganendra, wajah pria itu begitu khas dengan rahang yang bersih dari rambut-rambut halus, mata tajam, hingga bentuk wajah yang nyaris sempu

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Tuan Achilleo

    "Bagaimana jika kesepakatan ini kita bicarakan sembari makan siang?" Tawar pria itu pada Shikha, Shikha mengangguk Samar. Ia tak yakin akan sefokus itu jika membicarakan hal penting di luar ruangannya terlebih di luar kantor, ia rasa itu bukanlah hal yang tepat. Melihat raut wajah Shikha yang menampilkan raut wajah bimbang, Leo yang peka akan hal itu kemudian menawarkan untuk rapat dengan memesan ruangan VVIP yang berada di restaurant yang akan mereka tuju. Akhirnya setelah beberapa saat merundingkan hal tersebut, Shikha menyetujuinya. Leo menyetir mobil untuk Shikha, alasannya agar Shikha merasa nyaman jika tidak banyak yang ikut dengan mereka. "Terimakasih," ucap Shikha saat Leo menjamunya dengan segelas orange juice yang telah disiapkan waiters itu. "Mengapa tuan sangat tertarik dengan project ini? Masih banyak project-project perusahaan lain, yang masih jauh lebih menguntungkan daripada project ini yang bersifat sosial." Tanya Shikha seraya membuka laptop bergambar apel itu, n

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Nenek sihir

    "Aish, lihatlah bagaimana gadis itu berhasil membuatku telat untuk menghadiri pertemuan klien dari Italy pagi ini." Shikha berjalan tergesa-gesa seraya merutuki tindakan gadis itu tadi pagi, sebenarnya dirinya juga salah. Harusnya dirinya tak meladeni omong kosong gadis payah itu pagi-pagi, namun karena sikap bar-bar gadis itu yang menggedor brutal pintu kamarnya dirinya mau tak mau menghadapi segala resiko yang akan terjadi. "Nona, Tuan Achilleo telah tiba setengah jam yang lalu, beliau terus bertanya kapan Nona tiba di kantor untuk menemuinya. Tadinya Saya ingin menghubungi Nona, namun Nona telah tiba di kantor, apakah telah terjadi sesuatu kepada, Nona?" Seorang wanita langsung mencecar dirinya dengan seribu pertanyaan saat dirinya baru saja tiba di dalam ruang kerjanya. Shikha menggeleng, "Tidak, Saya baik-baik saja." "Oh, ya, terimakasih telah memberitahuku. Tolong persiapkan ruang meeting dan segera menghubungi Tuan Ganendra, Saya akan mengurus persiapan lainnya." perintah Sh

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Mengikuti permainannya

    Setelah berpikir panjang, Shikha merasa bahwa idenya itu begitu kejam. Namun setelah ia mengingat-ingat kembali bagaimana wanita itu menghancurkan rumah tangga mertuanya, ia kini semakin yakin bahwa idenya itu pantas diterapkan oleh kedua wanita jalang itu. Shikha baru saja keluar dari kamar mandi sebelum bersiap-siap tidur, namun ia dikagetkan dengan suara benda yang baru saja mengenai kaca jendela kamarnya, namun tak sampai membuat kaca jendela itu pecah. Dengan rasa penasaran, wanita itu membuka jendelanya dan menemukan batu yang berukuran kepalan tangannya. Ada hal yang mengganjal dari batu itu, batu itu terbungkus oleh secarik kertas, mungkin ini berisi pesan sesuatu. Ia menunduk untuk meraih batu yang terselimuti kertas, kemudian membukanya perlahan. Shikha meremat kertas itu, kemudian membuangnya ke tempat sampah. Setelahnya ia kembali masuk ke kamar untuk bersiap-siap tidur, siapa yang mengirim surat ancaman itu. Itu begitu tidak efesien, harusnya jika ingin mengancamnya set

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Untuk sementara waktu

    "Papi akan menjelaskan tentang segalanya kepadamu." Kata Ganendra setelah ia mengambil posisi duduk di hadapan Shikha. Menantu perempuannya itu masih terlihat begitu kesal dengan menampilkan raut wajah ditekuk layaknya kertas origami, bagaimana tak kesal? Dirinya dihina dan dituduh sebagai wanita perebut suami orang?! Ah, yang benar saja, batin Shikha kesal. "Tolong jelaskan, Pi." pinta Shikha sedikit tak sabar karena pria tua itu hanya diam setelah beberapa saat lalu mengatakan akan memberitahu tentang segalanya kepada dirinya. Ganendra menghela nafas gusar, ia dilanda rasa cemas yang kian membelenggu sekarang. Rahasia yang selama ini disembunyikan keluarganya dan juga Aksa kini harus ia katakan kepada istri dari putra tunggalnya itu, mau tak mau ia harus segera mengatakan ini kepada Shikha. "Dia adalah adik Aksa_Suamimu, Nak." Damn! Bak tersambar petir, Shikha tertegun dengan mata yang membola dengan sempurna atas pernyataan tentang kenyataan siapa wanita itu sebenarnya, dilai

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Hal Baru

    Ganendra kini tengah menjadi pusat perhatian karena mengamit jemari mungil milik seorang wanita. Langkahnya mantap, hingga membuat banyak pasang mata kagum akan kharisma pria berumur itu.Tak ada senyum yang tercetak dari bibir ranum pria itu, melainkan terganti dengan kerutan di dahi yang disebabkan oleh faktor usia atau mungkin memang pria itu kini tengah memiliki sebuah masalah.Mereka kini telah masuk ke ruangan private milik Ganendra."Saya akan mengadakan pertemuan dengan rekan bisnis Saya sebentar lagi, dan untuk itu Saya minta anda jangan keluar dari ruangan ini sebelum Saya datang." Peringat Ganendra seraya melonggarkan dasinya.Wanita itu mengangguk. "Bagaimana jika aku kehausan?" tanyanya sedikit ragu.Ganendra membuang pandangan ke arah lain, kemudian ia berdecih pelan namun mungkin masih terdengar oleh wanita itu. "Saya akan mengirim seseorang untuk menemani anda di sini, katakan saja apa yang anda inginkan. Dia akan menuruti perintah anda." jawab Ganendra, garis rahang p

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Kerisauan Ganendra

    Waktu telah menunjukkan pukul empat sore, sudah saatnya ia bersiap untuk pulang ke rumah. Rasanya sendi pada tulangnya telah kaku akibat terlalu lama duduk menatap layar laptop seharian.Shikha berdiri untuk menyusun kembali proposal yang telah berantakan di meja kerjanya, setelah selesai ia menekan telepon kantor untuk menghubungi Brema agar segera datang menemuinya.Tak butuh waktu lama untuk menunggu, pria itu datang dengan membawa satu paper bag berukuran sedang yang telah di minta oleh Shikha.Shikha menerima paper bag itu dengan wajah sumringah. "Kerja bagus, Brema." puji Shikha dengan satu tepukan di bahu kiri Brema. Brema mengangguk penuh rasa hormat."Apakah Nona telah selesai?"Tanya Brema.Shikha mengangguk. "Sudah, aku ingin segera tiba di rumah, ingin cepat-cepat berendam untuk menghilangkan rasa penat pada tubuhku." keluh Shikha dengan wajah sedikit muram. "Baik, Nona. Mari!" seru Brema, mempersilahkan Shikha untuk jalan di depannya.Shikha kini telah duduk di mobil deng

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Menggantikan posisimu

    Suara langkah kaki seseorang yang sedang menuruni anak tangga berhasil mencuri perhatian para asisten rumah tangga yang tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk Nona muda. Wanita dengan sorot mata yang dulu begitu hangat dan penuh keramahan, kini telah sirna berganti dengan sorot mata yang begitu dingin. Wanita itu telah rapih dengan setelan dress formal namun tetap casual, serta jas berwarna putih yang begitu familiar telah tersampir di kedua bahu Shikha. Pertanyaan muncul begitu saja dalam pikiran mereka. Mengapa Nona muda mereka pergi sepagi ini? Jangan lupa dengan penampilannya yang begitu formal dari biasanya. Shikha menarik satu kursi dan duduk dengan meletakkan kedua tangannya di atas meja. Para asisten langsung melayani wanita itu dengan cekatan, sungguh mereka tak ingin merusak suasana hati Nona muda nya pagi ini. Ditatap Nona nya seperti itu membuat jantung asistennya seakan berhenti berdetak untuk beberapa saat, apakah kali ini ia lupa beberapa soal tentang apa saja ya

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Karangan bunga misterius

    Langkahnya tertatih menaiki anak tangga menuju kamarnya di sebelah Timur yang terletak tak jauh dari kamar Aksa. Pikirnya terlintas pada kejadian kemarin, bagaimana bisa pria seperti Aksa bisa seceroboh itu? Brema telah menceritakan semua kejadian yang terjadi pada boss nya itu, dimulai ketika Aksa sedang berada di cafe Andromeda, saat itu ia telah membuat janji bertemu seorang sahabatnya yang telah lama tinggal di Finlandia. Namun, sewaktu Aksa sedang menunggu dengan menyesap secangkir kopi arabica yang telah ia pesan sebelumnya.Selang beberapa saat, sebuah tepukan singkat berhasil mengalihkan intens Aksa. Ia menoleh untuk melihat siapa orang yang berani mengganggu waktu bersantainya. Carlos, pria itu berdiri tepat di belakang Aksa dengan seulas senyum remeh khas pria berusia 23 tahun itu.Aksa mendengus kesal, pria ini sungguh tak pernah membiarkan dirinya tenang barang sedetikpun. Cengiran khas pria itu sungguh membuat Aksa jengah, bukannya terlihat tampan pria itu justru mirip s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status