"Pagi, Ernest, Oliver, Edward!" sapa Rosalia sambil tersenyum. Pagi ini, ia sengaja bangun pagi-pagi sekali setelah semalam ia berbicara pada Rose. [Kamu tidak pernah mengatakan apapun padaku tentang Edward, Rose. Mengapa? Apakah karena kamu telah jatuh cinta padanya karena itu kamu memintaku untuk memilih Oliver? Agar aku tidak mengganggu pria yang kamu sukai?][Maaf, Rosi. Bukan itu maksudku!][Bukan? Kalau begitu apakah semua yang telah Edward katakan padaku tadi adalah kebohongan?][Rosi, aku...][Mengapa Edward, Rose? Katamu Edward bukan pria yang baik.][Aku tahu, Rosi. Tapi itu yang aku suka dari Edward. Dia tidak pernah menutupi keburukannya, dia juga selalu melakukan apapun yang disukainya tanpa memikirkan pendapat orang lain. Dia sangat bebas, dan aku... Aku ingin seperti Edward, Rosi. Aku ingin bebas sepertimu!][Kamu salah, Rose. Aku sama sekali tidak merasa bebas sekarang! Kamu tahu? Perjodohan ini...][Jalani perjodohan itu dengan perlahan, Rosi.][Atau... Mengapa kamu
"Tentu saja, mengapa tidak?" Oliver tersenyum pada Rosalia, "Kebetulan aku juga telah mengurus semua yang kamu perlukan untuk mendaftar di sana. Tapi semua berkas yang kamu butuhkan saat ini ada di tangan Asistenku, Leo. Jadi, bagaimana jika kamu ikut bersamaku terlebih dahulu ke Gail Industries?" tanyanya. "Aku? Ke Gail Industries?" Rosalia mengerjapkan kedua mata indahnya. Untuk sesaat hal itu membuat Oliver tertegun ketika bulu mata Rosalia yang lentik dan tebal melambai-lambai di hadapannya dengan gerakan menggoda. "Oliver, hei!" Rosalia menjentikkan jarinya di hadapan Oliver yang tengah termangu. Ctekk!! Apa yang Rosalia lakukan-- Berhasil menyadarkan Oliver dari kekagumannya terhadap gadis belia itu. Dulu, sewaktu ia beberapa kali bertemu Rose yang memiliki kecantikan sama dengan Rosalia atau bahkan terlihat lebih cantik dari Rosalia yang tidak pernah mengenakan make up pada wajahnya, ia belum pernah mengagumi Rose seperti kekagumannya terhadap Rosalia sekarang. Seperti ada
"Jelaskan! Ada apa, Leo?" Sebelum memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Oliver, Leo mengajak Oliver dan Rosalia untuk memasuki lift khusus Pimpinan Gail Industries terlebih dahulu. Setelah menutup pintu lift, ia baru membuka mulutnya. "Klien dari Positano sedang menunggu Tuan di ruang rapat sekarang," terangnya sambil memiringkan tubuhnya ke arah Oliver yang berdiri tepat di sampingnya. Rosalia mendengarkan percakapan itu dari belakang Oliver dengan wajah acuh tak acuh. Ia juga tidak terlalu peduli, karena baginya percakapan antara Oliver dan Leo sama sekali tidak ada hubungannya dengan dirinya. Selain itu, kedatangannya ke Gail Industries juga karena bujukan Oliver, mungkin lebih tepatnya-- Ia dipaksa untuk mengikuti Oliver ke Gail Group. "Berkas dari Gail Group, bagaimana? Sudahkah kamu memeriksanya?""Sudah, Tuan Oliver. Tuan Ernest juga sudah menyetujui pengembangan di wilayah Positano. Bahkan Tuan Ernest telah meminta Tuan untuk pergi ke sana!"Beberapa saat kemudian, lift
"Tung-tunggu dulu, maksudmu Oliver akan mengantarku untuk mendaftar di LKG?" Rosalia mengerutkan keningnya. "Benar, Nona." Sahut Leo, ia menganggukkan kepalanya di hadapan Rosalia, "Tapi, Nona Rose. Sebenarnya ini hanya pendaftaran ulang saja, karena nama Nona telah terdaftar di LKG sebagai salah satu Mahasiswi baru di sana." Terangnya. "Eng, maaf. A-aku tidak mengerti," tukas Rosalia semakin bingung. Menyadari bahwa ia yang telah membuat kernyitan di kening Rosalia menjadi semakin terlihat, Leo mencoba tersenyum pada gadis belia itu. "Sebaiknya hal ini Nona tanyakan saja pada Tuan Oliver nanti, kebetulan saya harus segera ke ruang rapat." Cetusnya. Ia lalu menundukkan kepalanya pada Rosalia dan berpamitan pada gadis belia itu. Rosalia menatap kepergian Leo dengan wajah bingung. Setelah Leo menghilang di balik pintu ruangan Oliver-- Ia langsung mengalihkan pandangannya pada berkas yang telah Leo berikan sebelumnya padanya. Berkas tersebut tampak seperti map tebal berlogo Universit
"Bisakah kita membicarakannya sambil duduk?""Tentu." Oliver menggedikkan bahunya, dan sambil menautkan alisnya ia lalu mengajak Rosalia ke sofa yang terdapat di dalam ruangan kantornya. Setelah ia dan Rosalia telah duduk saling berhadapan-- Ia pun menatap Rosalia dengan wajah penasaran. "Ada apa, Rose. Kamu terlihat sangat misterius sekali. Apakah sesuatu telah terjadi ketika kamu menungguku tadi?" selidiknya. Rosalia tidak langsung menanggapinya, ia hanya menatap Oliver sedikit lebih lama sebelum ia mengatakan sebuah kejujuran yang menurutnya mungkin saja akan membuat Oliver sangat terkejut. Atau... Mungkin juga tidak. Bukankah sebelumnya pria ini sudah curiga padanya? "Oliver." Sebelum ia melanjutkan ucapannya, Rosalia mengambil nafas sejenak dan menghembuskannya secara perlahan. "Aku tidak mengerti mengapa kamu melakukan hal ini padaku!" lontarnya. "Melakukan apa?" Oliver mengerutkan keningnya, ia semakin tidak mengerti apa yang ingin Rosalia katakan padanya. "Ini tentang...
Dua jam berselang, di Universitas LKG. Rosalia telah berada di parkiran Universitas ini bersama Oliver. Dari kejauhan, ia melihat bangunan Universitas LKG tampak mewah bak Istana Raja-raja Eropa terdahulu. Meski designnya seolah ketinggalan zaman, namun setiap ukiran pada dinding luar betonnya sangatlah indah dan menawan. Menyusuri jalan menuju ke Universitas, di kiri-kanan jalan terhampar padang rumput yang luas. Ada beberapa batang pohon sengaja ditanam di sana, dan di bawah pohon-pohon itu menjadi tempat bagi para Mahasiswa LKG untuk belajar bersama.Di sisi lain, terdapat juga lapangan bola dan lapangan basket khusus bagi para Mahasiswa, begitu juga arena lari memutar. Terlihat beberapa Mahasiswa pria sedang berolah raga di arena lari tersebut. Di saat Rosalia melintas bersama Oliver para Mahasiswi saling berbisik sambil tersenyum malu-malu menatap Oliver. "Hei, Oliver. Sepertinya kamu cukup terkenal di sini," selorohnya pada Oliver tanpa bisa menyembunyikan senyumnya. Oliver h
Di saat Oliver tengah sibuk berbicara dengan Lukas dan Liam, Rosalia yang merasa bosan melangkahkan kakinya ke tempat di mana beberapa hari yang lalu mobil Ernest telah berhenti di tempat tersebut. Bersamaan dengan itu, ia juga mengingat kembali semua percakapannya dengan Ernest sebelumnya. Sesaat ia menghela nafas ketika ia ingat tentang taruhannya dengan Ernest. Meskipun saat ini ia telah memiliki jalan keluar untuk menghindari Ernest dengan mendekati Oliver, namun entah mengapa hatinya terasa sangat sakit. Otak kecilnya terus berteriak memperingatkan dirinya agar ia tidak menipu dirinya sendiri. Ia tahu ia mulai mencintai Ernest, dan ia sadar betul akan hal itu. Tapi egonya melarangnya untuk mendekati Ernest. Apalagi sekarang, setelah ia tahu bagaimana Ernest menjalani hidupnya selama ini. Ernest Gail, pria itu memiliki sisi dewasa yang penuh pesona. Hanya saja pria itu juga Iblis yang nyata untuk kehidupannya. Sekarang, di saat ia membayangkan bagaimana glamornya kehidupan seor
"Sejak kapan beruang kutub itu peduli pada seorang wanita?"Ben geleng-geleng kepala mendengar ocehan Bosnya itu. Sesaat kemudian, ia mengalihkan pandangannya dari kaca spion mobil ke kaca depan lalu mempercepat laju kenderaannya.Setibanya di resto yang ia tuju, dengan sigap Ben turun dari mobil untuk membukakan pintu bagian penumpang. Setelah Ernest keluar, ia pun melemparkan kunci mobil pada petugas valet resto agar petugas tersebut bisa memarkirkan mobil Ernest di parkiran khusus. Sebagai member premium dari resto Les Jardin, Ernest kebetulan telah memiliki tempat parkir sendiri di setiap kali ia mengunjungi resto ini.Melewati pintu masuk resto, ia yang baru saja membukakan pintu tersebut untuk Ernest-- Langsung bergegas mengikuti Ernest di belakang Bosnya itu. "Kamu sudah makan siang, Ben?" tanya Ernest, ia lalu mengangguk pada seorang pelayan wanita yang datang menyambutnya kemudian membawanya ke sebuah meja yang biasa ia pergunakan.Namun, ketika melihat meja tersebut-- Ernes