"Tung-tunggu dulu, maksudmu Oliver akan mengantarku untuk mendaftar di LKG?" Rosalia mengerutkan keningnya. "Benar, Nona." Sahut Leo, ia menganggukkan kepalanya di hadapan Rosalia, "Tapi, Nona Rose. Sebenarnya ini hanya pendaftaran ulang saja, karena nama Nona telah terdaftar di LKG sebagai salah satu Mahasiswi baru di sana." Terangnya. "Eng, maaf. A-aku tidak mengerti," tukas Rosalia semakin bingung. Menyadari bahwa ia yang telah membuat kernyitan di kening Rosalia menjadi semakin terlihat, Leo mencoba tersenyum pada gadis belia itu. "Sebaiknya hal ini Nona tanyakan saja pada Tuan Oliver nanti, kebetulan saya harus segera ke ruang rapat." Cetusnya. Ia lalu menundukkan kepalanya pada Rosalia dan berpamitan pada gadis belia itu. Rosalia menatap kepergian Leo dengan wajah bingung. Setelah Leo menghilang di balik pintu ruangan Oliver-- Ia langsung mengalihkan pandangannya pada berkas yang telah Leo berikan sebelumnya padanya. Berkas tersebut tampak seperti map tebal berlogo Universit
"Bisakah kita membicarakannya sambil duduk?""Tentu." Oliver menggedikkan bahunya, dan sambil menautkan alisnya ia lalu mengajak Rosalia ke sofa yang terdapat di dalam ruangan kantornya. Setelah ia dan Rosalia telah duduk saling berhadapan-- Ia pun menatap Rosalia dengan wajah penasaran. "Ada apa, Rose. Kamu terlihat sangat misterius sekali. Apakah sesuatu telah terjadi ketika kamu menungguku tadi?" selidiknya. Rosalia tidak langsung menanggapinya, ia hanya menatap Oliver sedikit lebih lama sebelum ia mengatakan sebuah kejujuran yang menurutnya mungkin saja akan membuat Oliver sangat terkejut. Atau... Mungkin juga tidak. Bukankah sebelumnya pria ini sudah curiga padanya? "Oliver." Sebelum ia melanjutkan ucapannya, Rosalia mengambil nafas sejenak dan menghembuskannya secara perlahan. "Aku tidak mengerti mengapa kamu melakukan hal ini padaku!" lontarnya. "Melakukan apa?" Oliver mengerutkan keningnya, ia semakin tidak mengerti apa yang ingin Rosalia katakan padanya. "Ini tentang...
Dua jam berselang, di Universitas LKG. Rosalia telah berada di parkiran Universitas ini bersama Oliver. Dari kejauhan, ia melihat bangunan Universitas LKG tampak mewah bak Istana Raja-raja Eropa terdahulu. Meski designnya seolah ketinggalan zaman, namun setiap ukiran pada dinding luar betonnya sangatlah indah dan menawan. Menyusuri jalan menuju ke Universitas, di kiri-kanan jalan terhampar padang rumput yang luas. Ada beberapa batang pohon sengaja ditanam di sana, dan di bawah pohon-pohon itu menjadi tempat bagi para Mahasiswa LKG untuk belajar bersama.Di sisi lain, terdapat juga lapangan bola dan lapangan basket khusus bagi para Mahasiswa, begitu juga arena lari memutar. Terlihat beberapa Mahasiswa pria sedang berolah raga di arena lari tersebut. Di saat Rosalia melintas bersama Oliver para Mahasiswi saling berbisik sambil tersenyum malu-malu menatap Oliver. "Hei, Oliver. Sepertinya kamu cukup terkenal di sini," selorohnya pada Oliver tanpa bisa menyembunyikan senyumnya. Oliver h
Di saat Oliver tengah sibuk berbicara dengan Lukas dan Liam, Rosalia yang merasa bosan melangkahkan kakinya ke tempat di mana beberapa hari yang lalu mobil Ernest telah berhenti di tempat tersebut. Bersamaan dengan itu, ia juga mengingat kembali semua percakapannya dengan Ernest sebelumnya. Sesaat ia menghela nafas ketika ia ingat tentang taruhannya dengan Ernest. Meskipun saat ini ia telah memiliki jalan keluar untuk menghindari Ernest dengan mendekati Oliver, namun entah mengapa hatinya terasa sangat sakit. Otak kecilnya terus berteriak memperingatkan dirinya agar ia tidak menipu dirinya sendiri. Ia tahu ia mulai mencintai Ernest, dan ia sadar betul akan hal itu. Tapi egonya melarangnya untuk mendekati Ernest. Apalagi sekarang, setelah ia tahu bagaimana Ernest menjalani hidupnya selama ini. Ernest Gail, pria itu memiliki sisi dewasa yang penuh pesona. Hanya saja pria itu juga Iblis yang nyata untuk kehidupannya. Sekarang, di saat ia membayangkan bagaimana glamornya kehidupan seor
"Sejak kapan beruang kutub itu peduli pada seorang wanita?"Ben geleng-geleng kepala mendengar ocehan Bosnya itu. Sesaat kemudian, ia mengalihkan pandangannya dari kaca spion mobil ke kaca depan lalu mempercepat laju kenderaannya.Setibanya di resto yang ia tuju, dengan sigap Ben turun dari mobil untuk membukakan pintu bagian penumpang. Setelah Ernest keluar, ia pun melemparkan kunci mobil pada petugas valet resto agar petugas tersebut bisa memarkirkan mobil Ernest di parkiran khusus. Sebagai member premium dari resto Les Jardin, Ernest kebetulan telah memiliki tempat parkir sendiri di setiap kali ia mengunjungi resto ini.Melewati pintu masuk resto, ia yang baru saja membukakan pintu tersebut untuk Ernest-- Langsung bergegas mengikuti Ernest di belakang Bosnya itu. "Kamu sudah makan siang, Ben?" tanya Ernest, ia lalu mengangguk pada seorang pelayan wanita yang datang menyambutnya kemudian membawanya ke sebuah meja yang biasa ia pergunakan.Namun, ketika melihat meja tersebut-- Ernes
Mendengar suara Edward, semua yang berada di sekitar meja Ernest sontak berpaling. Tapi tidak dengan Ernest, ia justru mendengus gusar saat mendengar ujaran sinis yang dilontarkan oleh Keponakan terkecilnya itu."Apa kamu juga ingin bergabung, Ed?" sindirnya.Edward mengulum senyumnya, "Kalau begitu bukankah kita membutuhkan meja yang lebih besar, Paman?" balasnya."Ckk!!" decak Ernest malas sambil merapikan jasnya yang sedikit berkedut, usai melakukan hal itu ia langsung melirik Ben.Ben tentu mengerti arti lirikan dari Bosnya itu, karena itu ia segera berpamitan dan pergi menuju kasir resto. Di hadapan kasir resto, ia meminta pada kasir resto untuk menghubungi sang pemilik resto. Tidak menunggu lama, sang kasir pun menyerahkan telpon resto padanya."Bos ingin berbicara pada Tuan!" ujar sang Kasir."Terima kasih." Ben mengambil telpon yang disodorkan padanya lalu mulai berbicara pada seorang pria yang berada di seberang panggilan. "Tuan Ernest membutuhkan ruangan untuk makan siang de
Tak lama kemudian Ben datang untuk menjemput Ernest dan Rosalia. Ernest segera beranjak dari sofa dengan wajah datar ketika ia menyadari kehadiran Ben tanpa mengacuhkan Rosalia yang tengah termangu di hadapannya. Di saat ia melewati Ben, ia mendengus gusar dan memberi isyarat pada Ben agar membawa Rosalia ke ruangan di mana kedua Keponakannya tengah menunggu ia dan Rosalia di ruangan tersebut."Nanti aku akan menyusul," tukasnya sambil menarik jasnya yang sedikit berkedut agar terlihat rapi kembali.Ben menganggukkan kepalanya, "Baik, Tuan Ernest." Sepeninggal Ernest, ia lalu mengalihkan pandangannya pada Rosalia. Kedua alis tebalnya saling bertautan tatkala ia melihat ekspresi wajah Rosalia yang tampak seolah gadis belia itu telah kehilangan jiwanya. Di hadapannya, saat ini tatapan mata Rosalia terlihat kosong. Gadis belia itu hanya terus menatap meja tanpa bergeming sama sekali.'Apa yang telah Tuan Ernest lakukan padanya?' batin Ben. "Eng, Nona Rose?" ia mencoba menegur Rosalia. D
Kembali ke resto, Ben bergegas memasuki resto untuk menemui Ernest. Tapi Oliver dan Edward tidak lagi terlihat berada di resto, dan Ben juga enggan untuk menanyakannya pada Ernest. Sudah menjadi kebiasaannya untuk menunggu Ernest mengatakannya sendiri padanya.Di perjalanan pulang ke Gail Group, akhirnya Bosnya yang terus memasang wajah datar itu pun membuka mulut untuk bertanya padanya, tentang Rosalia."Mengapa dia ingin pulang ke mansion keluarganya, Ben? Apakah dia mengatakan alasannya padamu?" Ernest sengaja berpura-pura tidak tahu apa yang telah terjadi pada Rosalia. Namun di dalam hatinya-- Ia sempat menebak apakah kepulangan Rosalia ke mansion keluarganya adalah gara-gara ucapannya terhadap gadis belia itu? Jika benar, mengapa Rosalia merasa tersinggung dengan kata-katanya? Bukankah semua yang ia katakan memang benar adanya? "Nona Rosalia hanya mengatakan bahwa dia sedikit kurang sehat, Tuan." Jawab Ben. Ia melirik kaca spion mobil untuk melihat reaksi Ernest terhadap ucapanny