Share

31. The Castle

Penulis: bunnylovely
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-31 12:43:50

Setelah berhasil menghindar dari pesta membosankan itu, kini Cherry Naomi tampak duduk dengan hati sedikit gelisah di dalam Porsche Panamera berwarna hitam itu. Tentu saja bagaimana ia bisa duduk nyaman jika sedari tadi tangan kiri milik pria itu tak beralih sedikit pun dari pahanya yang terbuka jelas. Bahkan dengan sengaja, sesekali Jenaro Rafandra mengusapkan ibu jarinya dengan lembut di kulit halus paha Cherry Naomi. Membuat gadis itu merasakan gelisah akan setiap sentuhan yang pria itu berikan.

Menggigit bibirnya sesekali karena merasa gila atas perlakuan pria ini. Malam ini ia melihat Jenaro bukan seperti pria itu biasanya.

Fuck!

Pria sialan!

Umpat Cherry berkali-kali. Mengantar pria itu untuk pulang sepertinya memang kesalahan besar namun tak bisa dipungkiri apabila dalam hatinya yang paling dalam ia menyukai hal ini.

Tak begitu ada sifat menyebalkan yang selalu pria itu tunjukkan. Kini pria itu tampak seperti singa yang tengah bersikap posesif pada pasangannya.

Semakin lama
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Juliana Pangestika
LANJUTT KAK SERU BANGET CERITANYA
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   32. Seperti Wanita Miskin

    "Aku mengajak kau kemari bukan untuk membuatmu mengagumi setiap sudut isi rumahku, Cherry Naomi." Terdengar suara berat dan setengah menggeram itu dibalik punggung wanita cantik yang sedari tadi tampak sibuk mengabadikan setiap inci penthouse mewah ini. Cherry yang sibuk dengan ponselnya pun tampak acuh dengan ucapan pria itu yang tak lain adalah Jenaro Rafandra, si tuan rumah. Wanita manis itu tampak sibuk dengan ponselnya, mengambil gambar di beberapa sudut rumah pria itu lalu ingin memamerkannya pada sahabat-sahabatnya, terlebih Valerie. Gadis itu pasti akan merasa iri padanya karena bisa masuk ke dalam penthouse 'The Castle'. "Jey, sebentar! Aku harus merekam ini, lalu mengirimkan pada Valerie agar wanita itu semakin menangis melihat benda-benda canggih ini. Lalu aku juga akan mengirimkannya pada Felix dan juga Jack, mereka pasti–," ucapan wanita itu terpotong, manakala ponsel pintarnya direbut dengan paksa oleh seseorang yang tiba-tiba mendekat pada dirinya. "Jey! What are y

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   33. Don't Stop

    Attention — [cw // mature content, harsh word, dirty talks, kissing, and more. Minor atau yang tidak suka bacaan vulgar, mohon di skip]——— happy reading. "Bukankah kau merasa risih jika aku terlalu sering menempel denganmu?" Pungkas wanita cantik itu, dan sukses membuat Jenaro mendengus tak suka. Wanita ini selalu saja membalikkan keadaan dengan membandingkan pada dirinya. Perlakuannya pada wanita itu. "Meskipun begitu bukan berarti kau bisa mengabaikanku seenaknya, Cherry Naomi!" Balas pria itu kembali tak suka jika wanita ini mengabaikannya. Banyak wanita yang mengagumi bahkan memuja sosok Jenaro Rafandra. Wanita-wanita itu selalu saja berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya. Bahkan di pesta kali ini, tak sedikit wanita dengan tingkah jalangnya terang-terangan menggoda dirinya.Termasuk kebiasaan Cherry Naomi sebelumnya, wanita itu selalu mengusiknya. Dan kini, Jenaro merasa marah saat wanita itu tak lagi mengusiknya, bahkan mengabaikannya seperti ia sama sekali tak nampak

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   34. Raspberry Pancake

    Sinar mentari yang cukup terang membuat seseorang terbangun mengerjap dari tidur nyenyaknya. Jenaro Rafandra, pria itu tampak terbangun lebih dulu. Mengerjapkan matanya perlahan hingga menemukan seorang wanita yang masih tampak lelap menyelami mimpinya.Seulas senyum tak dapat ia tahan manakala melihat wajah cantik itu meskipun dalam keadaan memejamkan mata dan wajah dengan sia-sia riasannya. Benar, mana mungkin Cherry Naomi sempat membersihkan riasannya karena semalam wanita itu langsung terlelap setelah dua ronde percintaan mereka. Tangan Jenaro terulur, menyelipkan anak-anak rambut yang sedikit menutupi paras ayu itu. Senyumnya tak bisa pudar manakala mengingat bahwa ia adalah pria yang pertama untuk wanita ini, entah mengapa rasanya sangat bahagia sekali.Ada rasa bangga dalam diri Jenaro karena berhasil menjadi yang pertama untuk Cherry Naomi. "Kau berhasil menghancurkan pertahananku, sweetie." Bisiknya lembut sembari menatap wanitanya. Pria itu tampak tersenyum masam, ingatan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-15
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   35. Trippin' Over Butterflies

    "Apakah milik Tante Alice?" Saat ini degup jantung Cherry berdetak sangat cepat, ia berusaha mengendalikan dirinya apabila memang jawaban pria itu akan kembali melukai hatinya. Seharusnya ia tak perlu bertanya bukan? Karena jawaban pria itu sudah pasti, jika pakaian wanita yang ada di walk in closetnya adalah milik Tante Alice, kekasihnya. "Ia bahkan tidak tahu bahwa aku pemilik penthouse ini," ujar Jenaro tampak tenang saat mengatakannya. Berbeda dengan Cherry yang menatapnya seakan tak percaya. "Tidak mungkin!" Bantah wanita cantik itu dengan cepat. "M-Maksudku, kalian sudah berpacaran lama, tidak mungkin jika Tante Alice tak mengetahui tempat ini!""Kau wanita pertama yang ku ajak ke sini, Cherry Naomi." Balas Jenaro tampak datar dan tak merasa terganggu, jelas sekali jika pria ini memang tak berbohong sama sekali. "What?" Pungkas Cherry sembari merosotkan rahangnya. Di sela-sela rasa terkejutnya dalam hati wanita itu ia tersenyum lebar. Ada perasaan lega yang luar biasa saat m

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   36. JANGAN PROTES

    "Ganti bajumu," ujarnya pertama kali, yang bukannya segera mengiyakan ajakan Cherry karena mengejar waktu, namun pria tampan itu justru tampak tak suka dengan pilihan baju yang ia gunakan. "What? Memangnya ada apa dengan baju ini?" sahut wanita itu yang begitu terkejut. Rahang Jenaro tampak menggeras."Celanamu terlalu pendek, Cherry Naomi!" ujarnya dengan tajam, bahkan tatapan dinginnya begitu kentara. Mendesah kesal, lantas Cherry membalas, "Tapi kau bilang aku bebas memilih sesuai seleraku!" ujarnya tak mau kalah. Oh, ayolah! Pakaian casual dan nyaman seperti ini adalah seleranya. Bukan Jenaro Rafandra namanya jika ia mengalah begitu saja. "Cepat ganti atau aku akan menguncimu di sini?" balas pria itu dengan tegas, membuat wanita sukses merosotkan rahangnya. Tak ingin berdebat, mau tak mau ia menuruti apa yang pria itu katakan. Membalik tubuhnya dengan jengkel, dan kembali menuju walk in closet pria itu. Hampir empat puluh menit waktu berlalu, namun apa yang terjadi? Sama! Pr

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   37. Unchanged [END]

    "Aku bisa memesan taksi online, ataupun meminta jemput pada supir. Kenapa kau harus repot–repot untuk mengantarku, Jey? Kau sudah sangat terlambat," ujar wanita manis itu sembari memasang sabuk pengamannya.Raut wajah Cherry justru terlihat lebih panik daripada Jenaro. Bahkan wanita itu langsung melompat turun dari pangkuan sang tunangan saat mendengar pekikan suara Jemian dari dalam ponsel Jenaro.Ia dapat mendengar jelas, karena memang Jemian memekik kencang sekali. Pria itu terdengar marah lantaran ada pertemuan pentin bernilai jutaan dollar yang harus Jenaro hadiri, namun pria itu justru belum sampai di kantornya.Cherry sudah menawarkan diri untuk tidak diantar pulang oleh Jenaro, karena jarak Arosoft dan rumahnya cukup memakan waktu sekitar 15 menit. Namun siapa sangka, jika pria ini dengan sangat keras kepala tetap ingin mengantarnya untuk pulang. "Kau ingin aku di cap sebagai tunangan yang jahat?" ujar Jenaro tanpa menatap ke arah Cherry. Matanya yang tajam dan rahangnya yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   01. Prolog

    "Oh, wow— Astaga! Apakah aku akan menyaksikan live adegan mesum kalian?" Ujar Cherry Naomi sarkas sembari memasang raut wajah pura-pura terkejutnya. Pekikannya itu lantas membuat dua orang yang tengah bercumbu rayu itupun sontak saling menjauhkan diri. Cherry mendengus kesal manakala ia melihat sang wanita tampak merapikan baju atasnya, lebih tepatnya mengancingkan baju atasnya. Tanpa sadar tangannya mengepal dengan erat. Suasana paginya yang cerah mendadak rusak melihat dua manusia yang sama—sama tak punya otak itu. "Di mana sopan santunmu Cherry Naomi?" Ujar sang pria menatap tajam ke arah wanita yang telah mengganggu aktivitasnya itu. Wanita bernama Cherry itupun lantas tersenyum miring, lalu tungkainya bergerak maju dengan santai menuju meja kerja milik Jenaro Rafandra, tunangannya. "Sopan santun?" ujar Cherry seraya menyunggingkan salah sudut bibirnya. "Oh, lalu bagaimana dengan seorang sekretaris duduk di atas pengakuan bosnya? Bahkan hampir saja menyodorkan dadanya? Ck, apakah

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   02. Perjodohan

    [Masa Sebelum Prolog]●○●○●○●○Seorang pria paruh baya tampak berjalan kesana kemari sembari menggeram hingga terdengar suara gemeletuk dari barisan gigi-giginya terdengar jelas. Pria itu menatap ke arah luar mansion mewah miliknya, hingga tak berapa lama kemudian seseorang yang memakai pakaian serba hitam dari jas hingga celana kain bahkan kacamatanya juga berwarna hitam tampak berlari menghadap pria paruh baya itu. "Kami sudah menemukan lokasi Nona muda saat ini Tuan," ucap pria berbadan tegap dan begitu kokoh itu begitu sopan. Mata pria paruh baya itu memicing tajam, "Bawa gadis nakal itu pulang sebelum jam 8 malam ini," perintahnya pada pria berbadan besar itu yang tak lain adalah seorang bodyguardnya. Bodyguard itu mengangguk dengan patuh, lalu membungkuk hormat dan berbalik badan melaksanakan perintah tuannya. "Dia akan pulang sebentar lagi," ucap seorang wanita yang tampak seumuran dengan pria paruh baya itu. Berjalan dengan anggun ke arah suaminya yang sedang duduk di sofa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12

Bab terbaru

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   37. Unchanged [END]

    "Aku bisa memesan taksi online, ataupun meminta jemput pada supir. Kenapa kau harus repot–repot untuk mengantarku, Jey? Kau sudah sangat terlambat," ujar wanita manis itu sembari memasang sabuk pengamannya.Raut wajah Cherry justru terlihat lebih panik daripada Jenaro. Bahkan wanita itu langsung melompat turun dari pangkuan sang tunangan saat mendengar pekikan suara Jemian dari dalam ponsel Jenaro.Ia dapat mendengar jelas, karena memang Jemian memekik kencang sekali. Pria itu terdengar marah lantaran ada pertemuan pentin bernilai jutaan dollar yang harus Jenaro hadiri, namun pria itu justru belum sampai di kantornya.Cherry sudah menawarkan diri untuk tidak diantar pulang oleh Jenaro, karena jarak Arosoft dan rumahnya cukup memakan waktu sekitar 15 menit. Namun siapa sangka, jika pria ini dengan sangat keras kepala tetap ingin mengantarnya untuk pulang. "Kau ingin aku di cap sebagai tunangan yang jahat?" ujar Jenaro tanpa menatap ke arah Cherry. Matanya yang tajam dan rahangnya yang

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   36. JANGAN PROTES

    "Ganti bajumu," ujarnya pertama kali, yang bukannya segera mengiyakan ajakan Cherry karena mengejar waktu, namun pria tampan itu justru tampak tak suka dengan pilihan baju yang ia gunakan. "What? Memangnya ada apa dengan baju ini?" sahut wanita itu yang begitu terkejut. Rahang Jenaro tampak menggeras."Celanamu terlalu pendek, Cherry Naomi!" ujarnya dengan tajam, bahkan tatapan dinginnya begitu kentara. Mendesah kesal, lantas Cherry membalas, "Tapi kau bilang aku bebas memilih sesuai seleraku!" ujarnya tak mau kalah. Oh, ayolah! Pakaian casual dan nyaman seperti ini adalah seleranya. Bukan Jenaro Rafandra namanya jika ia mengalah begitu saja. "Cepat ganti atau aku akan menguncimu di sini?" balas pria itu dengan tegas, membuat wanita sukses merosotkan rahangnya. Tak ingin berdebat, mau tak mau ia menuruti apa yang pria itu katakan. Membalik tubuhnya dengan jengkel, dan kembali menuju walk in closet pria itu. Hampir empat puluh menit waktu berlalu, namun apa yang terjadi? Sama! Pr

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   35. Trippin' Over Butterflies

    "Apakah milik Tante Alice?" Saat ini degup jantung Cherry berdetak sangat cepat, ia berusaha mengendalikan dirinya apabila memang jawaban pria itu akan kembali melukai hatinya. Seharusnya ia tak perlu bertanya bukan? Karena jawaban pria itu sudah pasti, jika pakaian wanita yang ada di walk in closetnya adalah milik Tante Alice, kekasihnya. "Ia bahkan tidak tahu bahwa aku pemilik penthouse ini," ujar Jenaro tampak tenang saat mengatakannya. Berbeda dengan Cherry yang menatapnya seakan tak percaya. "Tidak mungkin!" Bantah wanita cantik itu dengan cepat. "M-Maksudku, kalian sudah berpacaran lama, tidak mungkin jika Tante Alice tak mengetahui tempat ini!""Kau wanita pertama yang ku ajak ke sini, Cherry Naomi." Balas Jenaro tampak datar dan tak merasa terganggu, jelas sekali jika pria ini memang tak berbohong sama sekali. "What?" Pungkas Cherry sembari merosotkan rahangnya. Di sela-sela rasa terkejutnya dalam hati wanita itu ia tersenyum lebar. Ada perasaan lega yang luar biasa saat m

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   34. Raspberry Pancake

    Sinar mentari yang cukup terang membuat seseorang terbangun mengerjap dari tidur nyenyaknya. Jenaro Rafandra, pria itu tampak terbangun lebih dulu. Mengerjapkan matanya perlahan hingga menemukan seorang wanita yang masih tampak lelap menyelami mimpinya.Seulas senyum tak dapat ia tahan manakala melihat wajah cantik itu meskipun dalam keadaan memejamkan mata dan wajah dengan sia-sia riasannya. Benar, mana mungkin Cherry Naomi sempat membersihkan riasannya karena semalam wanita itu langsung terlelap setelah dua ronde percintaan mereka. Tangan Jenaro terulur, menyelipkan anak-anak rambut yang sedikit menutupi paras ayu itu. Senyumnya tak bisa pudar manakala mengingat bahwa ia adalah pria yang pertama untuk wanita ini, entah mengapa rasanya sangat bahagia sekali.Ada rasa bangga dalam diri Jenaro karena berhasil menjadi yang pertama untuk Cherry Naomi. "Kau berhasil menghancurkan pertahananku, sweetie." Bisiknya lembut sembari menatap wanitanya. Pria itu tampak tersenyum masam, ingatan

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   33. Don't Stop

    Attention — [cw // mature content, harsh word, dirty talks, kissing, and more. Minor atau yang tidak suka bacaan vulgar, mohon di skip]——— happy reading. "Bukankah kau merasa risih jika aku terlalu sering menempel denganmu?" Pungkas wanita cantik itu, dan sukses membuat Jenaro mendengus tak suka. Wanita ini selalu saja membalikkan keadaan dengan membandingkan pada dirinya. Perlakuannya pada wanita itu. "Meskipun begitu bukan berarti kau bisa mengabaikanku seenaknya, Cherry Naomi!" Balas pria itu kembali tak suka jika wanita ini mengabaikannya. Banyak wanita yang mengagumi bahkan memuja sosok Jenaro Rafandra. Wanita-wanita itu selalu saja berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya. Bahkan di pesta kali ini, tak sedikit wanita dengan tingkah jalangnya terang-terangan menggoda dirinya.Termasuk kebiasaan Cherry Naomi sebelumnya, wanita itu selalu mengusiknya. Dan kini, Jenaro merasa marah saat wanita itu tak lagi mengusiknya, bahkan mengabaikannya seperti ia sama sekali tak nampak

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   32. Seperti Wanita Miskin

    "Aku mengajak kau kemari bukan untuk membuatmu mengagumi setiap sudut isi rumahku, Cherry Naomi." Terdengar suara berat dan setengah menggeram itu dibalik punggung wanita cantik yang sedari tadi tampak sibuk mengabadikan setiap inci penthouse mewah ini. Cherry yang sibuk dengan ponselnya pun tampak acuh dengan ucapan pria itu yang tak lain adalah Jenaro Rafandra, si tuan rumah. Wanita manis itu tampak sibuk dengan ponselnya, mengambil gambar di beberapa sudut rumah pria itu lalu ingin memamerkannya pada sahabat-sahabatnya, terlebih Valerie. Gadis itu pasti akan merasa iri padanya karena bisa masuk ke dalam penthouse 'The Castle'. "Jey, sebentar! Aku harus merekam ini, lalu mengirimkan pada Valerie agar wanita itu semakin menangis melihat benda-benda canggih ini. Lalu aku juga akan mengirimkannya pada Felix dan juga Jack, mereka pasti–," ucapan wanita itu terpotong, manakala ponsel pintarnya direbut dengan paksa oleh seseorang yang tiba-tiba mendekat pada dirinya. "Jey! What are y

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   31. The Castle

    Setelah berhasil menghindar dari pesta membosankan itu, kini Cherry Naomi tampak duduk dengan hati sedikit gelisah di dalam Porsche Panamera berwarna hitam itu. Tentu saja bagaimana ia bisa duduk nyaman jika sedari tadi tangan kiri milik pria itu tak beralih sedikit pun dari pahanya yang terbuka jelas. Bahkan dengan sengaja, sesekali Jenaro Rafandra mengusapkan ibu jarinya dengan lembut di kulit halus paha Cherry Naomi. Membuat gadis itu merasakan gelisah akan setiap sentuhan yang pria itu berikan.Menggigit bibirnya sesekali karena merasa gila atas perlakuan pria ini. Malam ini ia melihat Jenaro bukan seperti pria itu biasanya. Fuck!Pria sialan!Umpat Cherry berkali-kali. Mengantar pria itu untuk pulang sepertinya memang kesalahan besar namun tak bisa dipungkiri apabila dalam hatinya yang paling dalam ia menyukai hal ini. Tak begitu ada sifat menyebalkan yang selalu pria itu tunjukkan. Kini pria itu tampak seperti singa yang tengah bersikap posesif pada pasangannya. Semakin lama

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   30. Kita Terlalu Dekat

    "Kau meragukan kesungguhanku, dude?"Ucapan Jenaro terdengar rendah dan datar. Pria sialan ini sangat meremehkannya. Ia menatap marah dengan mata yang memicing, seakan siap menghunuskan pedangnya untuk memotong lidah pria itu menjadi bagian-bagian kecil. Deon yang mendapat tatapan mematikan itu justru mematri senyumnya. "Syukurlah jika kau bersungguh-sungguh. Aku tidak akan tinggal diam jika siapapun itu menyakiti wanita kesayanganku," balasnya dengan begitu tenang. Sepertinya pria itu tidak tahu jika dirinya tengah berhadapan dengan dewa kematian. Mendapat aura permusuhan yang menguar itu sana sekali tak membuat Deon Harris merasa gentar. Pria itu justru berjalan lebih dekat dengan Jenaro. Mencondongkan tubuhnya pada pria itu sembari berkata rendah, "Jaga dia baik-baik, atau aku bisa saja mengambilnya kembali.""Deon!" Pekik Cherry sembari berdiri. Mereka yang tampak ingin berperang, Cherry yang merasa cemas dan gelisah. Oh, apakah dua orang ini tidak tahu? Jika sedari tadi kedu

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   29. Gadis Manisku

    Cherry Naomi, gadis itu sebenarnya tengah berusaha menahan mati-matian rasa cemburunya pada sang ibu. Melalui ekor matanya ia selalu memperhatikan bagaimana sang ibu tampak begitu asik berbincang dengan pria yang disukainya. Shit! Seharusnya ia yang ada di sana, meneguk Champagne keluaran terbatas itu dengan Jenaro Rafandra, si pria tampannya. Bukan justru wanita tua itu yang melakukannya, geram Cherry dalam hatinya. Sepanjang ia melangkahkan kaki memasukkan gedung ini, Cherry benar-benar berusaha menahan diri untuk tidak bersikap agresif seperti biasanya. Melihat Jenaro dari kejauhan saja sudah membuatnya pening.Benar, jika dirinya berjalan angkuh melewati pria itu. Namun aroma maskulin yang berasal dari parfum pria itu masih terus saja mengusik indra penciuman dan pikirannya. Jika dirinya tak sedang berusaha mempertahankan harga diri, dapat dipastikan ia akan menarik pria itu untuk memesan kamar saja. Mendekap dada bidang itu hingga pagi. Menjauhkan pria itu dari tatapan-tatapa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status