Share

200 Hari Menjerat Pebinor
200 Hari Menjerat Pebinor
Author: bunnylovely

01. Prolog

Author: bunnylovely
last update Last Updated: 2021-06-07 21:54:14

"Oh, wow— Astaga! Apakah aku akan menyaksikan live adegan mesum kalian?" Ujar Cherry Naomi sarkas sembari memasang raut wajah pura-pura terkejutnya. Pekikannya itu lantas membuat dua orang yang tengah bercumbu rayu itupun sontak saling menjauhkan diri. Cherry mendengus kesal manakala ia melihat sang wanita tampak merapikan baju atasnya, lebih tepatnya mengancingkan baju atasnya. Tanpa sadar tangannya mengepal dengan erat. Suasana paginya yang cerah mendadak rusak melihat dua manusia yang sama—sama tak punya otak itu.

"Di mana sopan santunmu Cherry Naomi?" Ujar sang pria menatap tajam ke arah wanita yang telah mengganggu aktivitasnya itu. Wanita bernama Cherry itupun lantas tersenyum miring, lalu tungkainya bergerak maju dengan santai menuju meja kerja milik Jenaro Rafandra, tunangannya.

"Sopan santun?" ujar Cherry seraya menyunggingkan salah sudut bibirnya. "Oh, lalu bagaimana dengan seorang sekretaris duduk di atas pengakuan bosnya? Bahkan hampir saja menyodorkan dadanya? Ck, apakah termasuk itu dalam kategori sopan Tuan Jenaro yang terhormat?" Tanya Cherry masih dengan wajah angkuhnya sembari melirik sinis ke arah wanita yang sudah berjarak dari tunangannya itu.

Jenaro menggeram mendengar sindiran Cherry. "Dia kekasihku. Dan dia berhak duduk di manapun termasuk dalam pangkuanku sekalipun," balas Jenaro tak kalah tajam.

Cherry terkekeh kecil, merasa lucu dengan perkataan tunangannya yang kaku ini. "Dan aku adalah tunanganmu, Jey. Lebih tinggi statusku dibandingkan dengan tante Alice yang hanya menjadi kekasih gelapmu."

Cherry menundukkan kepalanya, bibirnya tepat berhenti di dekat telinga kanan Jenaro Rafandra. Lalu kemudian ia berbisik, "Bahkan akulah yang lebih pantas untuk duduk dipangkuanmu atau mungkin saja melakuan humping bersamamu," bisik Cherry tanpa rasa malu dan terlihat tenang, membuat mata Jenaro dan Alice seketika melebar.

"Jaga bicaramu Cherry Naomi!" Geram Alice yang mendadak emosi dengan perkataan Cherry Naomi. Ia pun menarik Cherry menjauh dari Jenaro. Matanya menatap Cherry dengan tajam, bahkan nafasnya mulai memburu. Jika Cherry bukanlah keponakan dari suaminya, tentu saja Alice akan menampar mulut gadis muda itu.

Jenaro yang melihat wanitanya emosi, ia pun langsung mengenggam tangan Alice, bermaksud menenangkan. Cherry yang melihatnya sontak tersenyum sinis.

"Kembalilah dulu ke tempatmu, Baby. Aku harus berbicara dengan Cherry," ujar Jenaro meminta Alice untuk mengalah daripada dirinya harus mendengar keributan di pagi ini di ruang kerjanya.

Cherry memutar bola matanya jenggah mendengar panggilan yang tunangannya sematkan untuk istri pamannya itu. Muak sekali mendengarnya. 'Baby? Ck, menggelikan sekali! Akan aku buat panggilan itu menjadi Tante, Jey!' batin Cherry dalam hatinya.

Alice mendengus kesal, kenapa dirinya lagi yang harus mengalah jika berhadapan dengan gadis muda itu. Dengan hati yang dongkol Alice mulai berjalan menjauh. Menatap Cherry dengan mata yang menghunus tajam. Lalu, dengan wajahnya yang kesal ia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan prianya itu. Menutup pintu ruangan dengan kasar.

Setelah kepergian Alice, Jenaro kembali menatap dingin ke arah Cherry. Jenaro mengakui jika gadis di hadapannya ini memanglah cantik. Bahkan saat ini gadis itu hanya menggunakan celana kain dan setelan jas berwarna senada dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai itu sudah membuatnya terlihat manis. Paras Cherry Naomi Johnson yang cantik dan manis itu sayangnya tidak berlaku untuk meluluhkan hati seorang Jenaro Rafandra Xiaver.

Bagi pria rupawan bak malaikat itu, Cherry hanyalah pengganggu! Gadis tak tahu diri yang selalu mengusik kehidupan sehari- harinya.

"Kenapa kau kemari? Ruanganmu bukan disini," ujar Jenaro dengan malas.

Cherry bekerja magang di perusahaan Jenaro karena terpilih menjadi illustrator untuk peluncuran avatar game milik Arosoft yang terbaru sejak 4 minggu yang lalu. Bukan karena gadis itu adalah tunangannya serta ayahnya merupakan sabahat dari ayah Jenaro. Namun, Cherry berhasil memenangkan lomba yang perusahaannya buat. Salah satu rewardsnya adalah mendapatkan kesempatan magang di Arosoft. Serta pemikiran gadis itu yang luar biasa pintar, membuat jajaran petinggi di Arosoft terkesan padanya.

Cherry meletakkan paper bag cukup besar yang sedari tadi dalam genggamannya itu ke atas meja kerja milik Jenaro. "Mama menitipkan ini untukmu Jey," ucap Cherry sedikit menyodorkan paper bag itu.

Jenaro tersenyum sinis, setelah mengusik hidupnya dengan pesan dan panggilan tak jelas kini gadis itu mulai membuat ulah kembali dengan alasan titipan ibunya? Sungguh tidak tahu malu sekali.

"Untuk apa kau selalu melakukan hal bodoh dan tak berguna ini, Cherry Naomi?" desis Jenaro menatap Cherry begitu sengit.

Mendengar ucapan pria yang disukainya itu sontak Cherry tertawa kecil. Kemudian menatap sang tunangan dengan tersenyum tipis.

"Tentu saja untuk membebaskanmu dari hal menyedihkan dan berlumuran dosa seperti ini, Jey. Sangat disayangkan jika pria tampan sepertimu hanya berperan menjadi selingkuhan," ujar Cherry yang tak kalah pedas menembus ulu hati Jenaro.

Pria itu membelakkan matanya, ucapan Cherry mampu melukai hatinya. Setiap lontaran kalimat wanita itu seakan racun untuknya. Namun dirinya tidak ingin merasa tertindas begitu saja bukan?

Pria itu lantas berdecak dan tertawa renyah. "Ck, coba saja jika kau mampu! 200 tahun pun kau tak akan sanggup," ujarnya sembari tersenyum remeh pada Cherry.

"200 tahun?" Sahut Cherry dengan cepat memasang wajah tampak terkejut namun sebenarnya ia ingin sekali tertawa.

"Bahkan 200 hari terlalu lama hanya untuk sekedar mencairkan hatimu, tunanganku yang dingin," balas Cherry tampak percaya diri.

Jenaro mendelik, bebal sekali memang gadis ini.

"Kalau begitu mari kita buat kesepakatan, Jey!" ujar Cherry dengan begitu yakin. Mata Jenaro memicing tajam setelah mendengar ucapan Cherry. Menaikkan salah satu alisnya seolah meminta penjelasan. "Mari kita buat kesepakatan Jey. Jika aku gagal membuatmu jatuh hati dalam waktu 200 hari. Maka aku siap memutuskan pertunangan ini dan aku tidak akan mengusik hidupmu kembali."

Jenaro tampak terkejut dengan ucapan berani gadis itu yang memberinya sebuah tawaran gila seperti ini. "Apa kau yakin sanggup untuk tidak mengusikku?" tanya Jenaro menelisik mata Cherry.

"Ya," sahut Cherry dengan cepat meskipun dalam hatinya tak rela jika harus berpisah dengan pria panas seperti Jenaro.

Jenaro tampak berpikir, namun tak lama kemudian pria itu mulai membuka suara.

"Baiklah, aku setuju."

"Tapi dengan syarat, aku bebas menemui Alice kapan pun aku mau," ujar Jenaro setelahnya.

"What?" Pekik Cherry yang terkejut dengan perkataan Jenaro. Sial! Jenaro pandai mengambil keuntungan. Wajah bulat Cherry terlihat menggeras samar-samar. "Aku juga punya syarat!" sahut Cherry tidak ingin kalah. Membuat Jenaro lagi-lagi terkejut. Gadis ini pantang menyerah sekali.

"Kita masing-masing punya 3 permintaan yang harus dilakukan baik aku ataupun dirimu. Tenang! Aku tidak akan memintamu meninggalkan istri pamanku itu," ujar Cherry yang melihat raut wajah Jenaro yang mulai menatapnya tajam.

"Hanya itu?" tanya Jenaro memastikan.

Cherry menganggukkan kepalanya. Mengulum bibir tebalnya sekilas, tampak sedikit khawatir jika pria itu menolak tawarannya.

"Baiklah, aku setuju." Jenaro menyetujui dengan 3 permintaan itu, setidaknya Cherry tidak menyuruhnya untuk jauh bahkan memisahkan dirinya dengan Alice. Tanpa Jenaro sadari Cherry menyeringai, ia tak menyangka jika tunangannya itu akan menyutujui hal ini.

"Kalau begitu aku akan menggunakan permintaan yang pertama hari ini," ucap Cherry sembari melipat tangannya di depan dada.

"Apa? Sekarang?" ujar Jenaro yang kembali dibuat terkejut.

"Ya." Sahut Cherry dengan cepat.

"Kau gila?" Desis Jenaro tak menyukai ide dari Cherry. Mereka baru saja membuat kesepakatan, namun wanita itu seakan sangat siap untuk menyerangnya.

"Bukankah semakin cepat, maka akan semakin baik kau bisa lepas dariku, Jey!" ujar Cherry. 'Itu pun jika kau sanggup' tambahnya dalam hati.

Jenaro tampak berpikr, benar juga apa yang dikatakan oleh gadis di hadapannya ini. Semakin cepat mereka melakukan perjanjian, maka semakin cepat pula ia akan terbebas dari gadis penganggu itu. "Baiklah! Apa permintaanmu?"

"Permintaan pertamaku gampang. Pecat tante Alice dan carilah sekretaris yang baru," balas Cherry seraya tersenyum iblis penuh kemenangan.

●○●○●○●○

Halo, aku author bunny. Selamat datang, selamat berkenalan dengan Cherry & Jenaro. Aku harap kalian menyukainya (ノ*°▽°)ノ

follow I* ku di @/hyiambunny. Yang ingin bertanya tentang novelku bisa DM ke sana ya ♡

Related chapters

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   02. Perjodohan

    [Masa Sebelum Prolog]●○●○●○●○Seorang pria paruh baya tampak berjalan kesana kemari sembari menggeram hingga terdengar suara gemeletuk dari barisan gigi-giginya terdengar jelas. Pria itu menatap ke arah luar mansion mewah miliknya, hingga tak berapa lama kemudian seseorang yang memakai pakaian serba hitam dari jas hingga celana kain bahkan kacamatanya juga berwarna hitam tampak berlari menghadap pria paruh baya itu. "Kami sudah menemukan lokasi Nona muda saat ini Tuan," ucap pria berbadan tegap dan begitu kokoh itu begitu sopan. Mata pria paruh baya itu memicing tajam, "Bawa gadis nakal itu pulang sebelum jam 8 malam ini," perintahnya pada pria berbadan besar itu yang tak lain adalah seorang bodyguardnya. Bodyguard itu mengangguk dengan patuh, lalu membungkuk hormat dan berbalik badan melaksanakan perintah tuannya. "Dia akan pulang sebentar lagi," ucap seorang wanita yang tampak seumuran dengan pria paruh baya itu. Berjalan dengan anggun ke arah suaminya yang sedang duduk di sofa

    Last Updated : 2021-06-12
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   03. Affair

    Cherry tersenyum remeh, "Siapa dia Mochi?" tanya Cherry dengan sinisnya. Bertanya pada pria berambut pirang itu yang ternyata bernama Mochi, sahabat Cherry selain mereka yang ada didalam grup chat tadi. "Namanya RM," sahut Mochi sembari menyalakan korek api, lalu membakar ujung rokok sembari menghisapnya. "RM ?" ucap Cherry sedikit terkejut dengan ucapan Mochi. Mochi menghirup rokoknya kemudian menghembuskan nafasnya hingga muncul kepulan- kepulan asap dari mulut merah mudanya."Race Monster. Orang- orang biasa memanggilnya RM," ucap Mochi sembari menunjuk pria yang bernama RM itu dengan dagunya. Cherry tertawa mendengar ucapan Mochi, bukannya takut dengan tantangan pria bernama Race Monster itu namun justru tertawa karena menurutnya nama pria baru itu sangatlah menggelikan. Pria itu bahkan bukan pemenang Formula 1 dunia, tapi kenapa bisa melabeli dirinya dengan nama Race Monster? Sungguh menggelikan bukan. "Sepertinya kau meremehkanku Sweetie," ucap pria yang bernama RM itu semba

    Last Updated : 2021-06-14
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   04. Kesan Pertama

    Jenaro beserta sang ayah memasuki sebuah mansion mewah di kawasan Manhattan. Jenaro memasang wajah sinisnya, pantas saja sang ayah bersikeras untuk menjodohkannya dengan anak dari sahabatnya itu. Ternyata keluarga mereka benar-benar kaya. Jenaro tidak bisa mengelak jika keluarga Johnson adalah keluarga konglomerat yang hartanya tidak akan habis dengan 7 turunan sekalipun. Bahkan suami dari kekasihnya pun juga termasuk pria kaya yang hanya bekerja di Dubai setiap harinya dan hanya pulang selama sekali dalam 2 tahun. Dan itu sangat menguntungkan dirinya bukan? Jenaro sangat mengagumi sosok dari wanitanya saat ini. Dirinya sudah memandang Alice sejak masa kuliah, di mana dirinya dipertemukan pertama kali saat berada di sebuah pesta keluarga.Sejak saat itu Jenaro terpesona dengan sosok Alice yang menurutnya sangat hangat. Hingga sebuah perasaan terlarang membuncah dalam dirinya dan dengan berani dirinya mengajak wanita itu untuk makan malam bersama. Dan mulailah terjalin hubungan antara

    Last Updated : 2021-08-18
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   05. Cinta Pandangan Pertama

    Cherry bersama sang mama mulai masuk ke ruang keluarga, di mana Cherry melihat seseorang dengan tubuh yang bisa dibilang gemuk itu tengah duduk dihadapan sang ayah. Dengan langkah percaya diri Cherry melangkah mendekati pria itu. Bahkan tanpa permisi Cherry langsung saja duduk disebelahnya dan mengalungkan tangannya pada lengan pria itu. Bergelayut sok kenal dan bertingkah centil. Ck, jika bukan karna mobil kesayangan dan harta warisan keluarga Johnson, Cherry tidak akan pernah sudi bertindak seperti ini. Bukan gayanya sama sekali. Sontak semua orang yang melihat tingkah seorang Cherry Naomi tersentak kaget, terlebih lagi sang ayah. "Apa yang sedang kau lakukan Cherry Naomi?" geram sang ayah yang terlihat malu dengan tingkah putrinya itu. "Aku hanya mencoba akrab pada pria yang dijodohkan denganku, Pa!" Ujar Cherry dengan begitu percaya diri tersenyum lebar pada ayahnya. Jawaban Cherry membuat sang mama mengulum bibirnya. Oh, sepertinya putrinya ini salah sasaran. "Tapi bukan aku

    Last Updated : 2021-08-22
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   06. First Kiss?

    "Pecat tante Alice dan carilah sekretaris yang baru." "Apa kau bilang? Kau jangan sembarangan Cherry Naomi!" desis Jenaro dengan menatap tajam kearah Cherry. Oh gadis ini sangat berbakat sekali membuat amarahnya meledak. Cherry memutar bola matanya malas. Berjalan mendekat pada kursi Jenaro. Duduk bersandar pada meja kebesaran tunangannya itu. "Aku tidak pernah sembarangan Jey!" ujar Cherry. "Aku sudah memberikan kelonggaran dengan mengizinkanmu bisa menjalin hubungan kotor kalian. Dan aku! Aku hanya ingin menyelamatkan perusahaanmu dari sekretaris tak mumpuni seperti tante Alice. Kau pikir levelku adalah untuk mendesain karakter cooking game yang menjadi andalannya itu?" ujar Cherry mengungkap fakta yang mampu membungkam mulut Jenaro. "Heol! Bahkan anak SD pun bisa menggambar karakter cooking game wanitamu itu! Idenya pun sangatlah minim, dan masih saja kau pertahanan sebagai sekretarismu?" ujar Cherry memasang wajah penuh ejekan untuk Jenaro. Semua yang dikatakan Cherry memang b

    Last Updated : 2021-09-29
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   07. Hati Yang Tidak Bisa Dipaksa

    Suara dentuman alunan musik cukup terdengar keras memekikkan telinga beberapa anak manusia yang kini sedang berkumpul di sebuah meja tak jauh dari tempat beberapa orang lain yang sibuk meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti alunan musik malam ini. Namun tampaknya beberapa anak itu tak tertarik dengan alunan musik di bar malam ini, mereka justru terlihat sangat serius menanggapi salah satu ocehan temannya saat ini. “Apa kau masih waras Cherry Naomi?” ucap seorang wanita muda berambut pirang yang seakan tak percaya dengan apa yang baru saja sahabatnya itu katakan.“Bagaimana bisa kau memberikan tawaran yang mustahil kau lakukan itu!” ujarnya sembari berdecak kesal. Cherry meneguk Champagne yang ada di tangan kanannya. Menringis sejenak kemudian menatap wanita berambut pirang itu dengan cengirannya. “Tidak ada yang tidak bisa aku dapatkan Valerie,” ucap Cherry begitu tenang sembari kembali meneguk minuman beralkohol itu. “Tapi ini bukan hal yang bisa dengan mudah kau dapatkan Cherry. Astag

    Last Updated : 2021-09-29
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   08. Susu Pisang

    Ketukan sepatu hak tinggi menggema di penjuru lorong perusahaan Arosoft Corp. Wanita manis berusia 24 tahun itu melangkah dengan pandangan lurus ke depan, dan punggungnya yang tegap. Langkahnya begitu angkuh, menahan kesal karena paginya yang buruk. Cherry berjalan tenang tak memperdulikan sorot mata beberapa orang yang menatapnya selalu kagum.Tungkai jenjangnya telah sampai pada pintu kayu yang berdiri kokoh. Bibirnya terangkat saat mengetahui bahwa ruangan di hadapannya saat ini adalah tempat yang nyaris setiap hari ia kunjungi. Membuka pintu secara perlahan, wanita yang awalnya merasa kesal itu kini hanya menatap lurus ke depan, terlampau terpukau dengan sosok titisan dewa yang begitu serius dengan pekerjaannya. Cherry mengeram tertahan, sial! Tampan sekali sih simpanan orang. Mengingat kata itu, membuat ia meringis sendiri. Aneh bukan? Di saat orang di luar sana memuji habis-habisan wajah dinginnya, namun semua itu tak berlaku pada pria yang duduk tak jauh dari dirinya. “Bukan

    Last Updated : 2021-09-29
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   09. Menyerah Saja

    Cherry berjalan dengan sedikit tergesa menuju gedung pencakar langit milik tunangannya sendiri itu. Gadis muda itu tampak merutuki kecerobohannya pagi ini, di mana dirinya nyaris terlambat karena ia pulang pukul 2 pagi dari tempat balapannya. “Mochi sialan! Jika tak menunggu pria pendek itu aku tidak akan kesiangan seperti ini,” ocehnya sembari melihat waktu di jam tangan mahalnya lalu melangkahkan kaki masuk ke dalam lift. Nyatanya dengan tatanan rambut sedikit berantakan itu tak mengurangi kadar kecantikannya sedikitpun. Bahkan raut dengan raut paniknya, Cherry Naomi masih terlalu cantik bagi setiap orang yang berpapasan dengannya ataupun sekedar melihatnya dari jauh. Banyak karyawan Arosoft yang mengagumi paras dari Cherry, menujukkan sisi ketertarikan mereka pada gadis. Melupakan fakta jika Cherry adalah tunangan dari pemilik perusahaan di mana mereka bekerja, atau lebih tepatnya bukan melupakan. Memang tidak ada yang tahu sama sekali jika Cherry adalah tunangan dari Jenaro Rafa

    Last Updated : 2021-10-05

Latest chapter

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   37. Unchanged [END]

    "Aku bisa memesan taksi online, ataupun meminta jemput pada supir. Kenapa kau harus repot–repot untuk mengantarku, Jey? Kau sudah sangat terlambat," ujar wanita manis itu sembari memasang sabuk pengamannya.Raut wajah Cherry justru terlihat lebih panik daripada Jenaro. Bahkan wanita itu langsung melompat turun dari pangkuan sang tunangan saat mendengar pekikan suara Jemian dari dalam ponsel Jenaro.Ia dapat mendengar jelas, karena memang Jemian memekik kencang sekali. Pria itu terdengar marah lantaran ada pertemuan pentin bernilai jutaan dollar yang harus Jenaro hadiri, namun pria itu justru belum sampai di kantornya.Cherry sudah menawarkan diri untuk tidak diantar pulang oleh Jenaro, karena jarak Arosoft dan rumahnya cukup memakan waktu sekitar 15 menit. Namun siapa sangka, jika pria ini dengan sangat keras kepala tetap ingin mengantarnya untuk pulang. "Kau ingin aku di cap sebagai tunangan yang jahat?" ujar Jenaro tanpa menatap ke arah Cherry. Matanya yang tajam dan rahangnya yang

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   36. JANGAN PROTES

    "Ganti bajumu," ujarnya pertama kali, yang bukannya segera mengiyakan ajakan Cherry karena mengejar waktu, namun pria tampan itu justru tampak tak suka dengan pilihan baju yang ia gunakan. "What? Memangnya ada apa dengan baju ini?" sahut wanita itu yang begitu terkejut. Rahang Jenaro tampak menggeras."Celanamu terlalu pendek, Cherry Naomi!" ujarnya dengan tajam, bahkan tatapan dinginnya begitu kentara. Mendesah kesal, lantas Cherry membalas, "Tapi kau bilang aku bebas memilih sesuai seleraku!" ujarnya tak mau kalah. Oh, ayolah! Pakaian casual dan nyaman seperti ini adalah seleranya. Bukan Jenaro Rafandra namanya jika ia mengalah begitu saja. "Cepat ganti atau aku akan menguncimu di sini?" balas pria itu dengan tegas, membuat wanita sukses merosotkan rahangnya. Tak ingin berdebat, mau tak mau ia menuruti apa yang pria itu katakan. Membalik tubuhnya dengan jengkel, dan kembali menuju walk in closet pria itu. Hampir empat puluh menit waktu berlalu, namun apa yang terjadi? Sama! Pr

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   35. Trippin' Over Butterflies

    "Apakah milik Tante Alice?" Saat ini degup jantung Cherry berdetak sangat cepat, ia berusaha mengendalikan dirinya apabila memang jawaban pria itu akan kembali melukai hatinya. Seharusnya ia tak perlu bertanya bukan? Karena jawaban pria itu sudah pasti, jika pakaian wanita yang ada di walk in closetnya adalah milik Tante Alice, kekasihnya. "Ia bahkan tidak tahu bahwa aku pemilik penthouse ini," ujar Jenaro tampak tenang saat mengatakannya. Berbeda dengan Cherry yang menatapnya seakan tak percaya. "Tidak mungkin!" Bantah wanita cantik itu dengan cepat. "M-Maksudku, kalian sudah berpacaran lama, tidak mungkin jika Tante Alice tak mengetahui tempat ini!""Kau wanita pertama yang ku ajak ke sini, Cherry Naomi." Balas Jenaro tampak datar dan tak merasa terganggu, jelas sekali jika pria ini memang tak berbohong sama sekali. "What?" Pungkas Cherry sembari merosotkan rahangnya. Di sela-sela rasa terkejutnya dalam hati wanita itu ia tersenyum lebar. Ada perasaan lega yang luar biasa saat m

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   34. Raspberry Pancake

    Sinar mentari yang cukup terang membuat seseorang terbangun mengerjap dari tidur nyenyaknya. Jenaro Rafandra, pria itu tampak terbangun lebih dulu. Mengerjapkan matanya perlahan hingga menemukan seorang wanita yang masih tampak lelap menyelami mimpinya.Seulas senyum tak dapat ia tahan manakala melihat wajah cantik itu meskipun dalam keadaan memejamkan mata dan wajah dengan sia-sia riasannya. Benar, mana mungkin Cherry Naomi sempat membersihkan riasannya karena semalam wanita itu langsung terlelap setelah dua ronde percintaan mereka. Tangan Jenaro terulur, menyelipkan anak-anak rambut yang sedikit menutupi paras ayu itu. Senyumnya tak bisa pudar manakala mengingat bahwa ia adalah pria yang pertama untuk wanita ini, entah mengapa rasanya sangat bahagia sekali.Ada rasa bangga dalam diri Jenaro karena berhasil menjadi yang pertama untuk Cherry Naomi. "Kau berhasil menghancurkan pertahananku, sweetie." Bisiknya lembut sembari menatap wanitanya. Pria itu tampak tersenyum masam, ingatan

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   33. Don't Stop

    Attention — [cw // mature content, harsh word, dirty talks, kissing, and more. Minor atau yang tidak suka bacaan vulgar, mohon di skip]——— happy reading. "Bukankah kau merasa risih jika aku terlalu sering menempel denganmu?" Pungkas wanita cantik itu, dan sukses membuat Jenaro mendengus tak suka. Wanita ini selalu saja membalikkan keadaan dengan membandingkan pada dirinya. Perlakuannya pada wanita itu. "Meskipun begitu bukan berarti kau bisa mengabaikanku seenaknya, Cherry Naomi!" Balas pria itu kembali tak suka jika wanita ini mengabaikannya. Banyak wanita yang mengagumi bahkan memuja sosok Jenaro Rafandra. Wanita-wanita itu selalu saja berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya. Bahkan di pesta kali ini, tak sedikit wanita dengan tingkah jalangnya terang-terangan menggoda dirinya.Termasuk kebiasaan Cherry Naomi sebelumnya, wanita itu selalu mengusiknya. Dan kini, Jenaro merasa marah saat wanita itu tak lagi mengusiknya, bahkan mengabaikannya seperti ia sama sekali tak nampak

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   32. Seperti Wanita Miskin

    "Aku mengajak kau kemari bukan untuk membuatmu mengagumi setiap sudut isi rumahku, Cherry Naomi." Terdengar suara berat dan setengah menggeram itu dibalik punggung wanita cantik yang sedari tadi tampak sibuk mengabadikan setiap inci penthouse mewah ini. Cherry yang sibuk dengan ponselnya pun tampak acuh dengan ucapan pria itu yang tak lain adalah Jenaro Rafandra, si tuan rumah. Wanita manis itu tampak sibuk dengan ponselnya, mengambil gambar di beberapa sudut rumah pria itu lalu ingin memamerkannya pada sahabat-sahabatnya, terlebih Valerie. Gadis itu pasti akan merasa iri padanya karena bisa masuk ke dalam penthouse 'The Castle'. "Jey, sebentar! Aku harus merekam ini, lalu mengirimkan pada Valerie agar wanita itu semakin menangis melihat benda-benda canggih ini. Lalu aku juga akan mengirimkannya pada Felix dan juga Jack, mereka pasti–," ucapan wanita itu terpotong, manakala ponsel pintarnya direbut dengan paksa oleh seseorang yang tiba-tiba mendekat pada dirinya. "Jey! What are y

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   31. The Castle

    Setelah berhasil menghindar dari pesta membosankan itu, kini Cherry Naomi tampak duduk dengan hati sedikit gelisah di dalam Porsche Panamera berwarna hitam itu. Tentu saja bagaimana ia bisa duduk nyaman jika sedari tadi tangan kiri milik pria itu tak beralih sedikit pun dari pahanya yang terbuka jelas. Bahkan dengan sengaja, sesekali Jenaro Rafandra mengusapkan ibu jarinya dengan lembut di kulit halus paha Cherry Naomi. Membuat gadis itu merasakan gelisah akan setiap sentuhan yang pria itu berikan.Menggigit bibirnya sesekali karena merasa gila atas perlakuan pria ini. Malam ini ia melihat Jenaro bukan seperti pria itu biasanya. Fuck!Pria sialan!Umpat Cherry berkali-kali. Mengantar pria itu untuk pulang sepertinya memang kesalahan besar namun tak bisa dipungkiri apabila dalam hatinya yang paling dalam ia menyukai hal ini. Tak begitu ada sifat menyebalkan yang selalu pria itu tunjukkan. Kini pria itu tampak seperti singa yang tengah bersikap posesif pada pasangannya. Semakin lama

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   30. Kita Terlalu Dekat

    "Kau meragukan kesungguhanku, dude?"Ucapan Jenaro terdengar rendah dan datar. Pria sialan ini sangat meremehkannya. Ia menatap marah dengan mata yang memicing, seakan siap menghunuskan pedangnya untuk memotong lidah pria itu menjadi bagian-bagian kecil. Deon yang mendapat tatapan mematikan itu justru mematri senyumnya. "Syukurlah jika kau bersungguh-sungguh. Aku tidak akan tinggal diam jika siapapun itu menyakiti wanita kesayanganku," balasnya dengan begitu tenang. Sepertinya pria itu tidak tahu jika dirinya tengah berhadapan dengan dewa kematian. Mendapat aura permusuhan yang menguar itu sana sekali tak membuat Deon Harris merasa gentar. Pria itu justru berjalan lebih dekat dengan Jenaro. Mencondongkan tubuhnya pada pria itu sembari berkata rendah, "Jaga dia baik-baik, atau aku bisa saja mengambilnya kembali.""Deon!" Pekik Cherry sembari berdiri. Mereka yang tampak ingin berperang, Cherry yang merasa cemas dan gelisah. Oh, apakah dua orang ini tidak tahu? Jika sedari tadi kedu

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   29. Gadis Manisku

    Cherry Naomi, gadis itu sebenarnya tengah berusaha menahan mati-matian rasa cemburunya pada sang ibu. Melalui ekor matanya ia selalu memperhatikan bagaimana sang ibu tampak begitu asik berbincang dengan pria yang disukainya. Shit! Seharusnya ia yang ada di sana, meneguk Champagne keluaran terbatas itu dengan Jenaro Rafandra, si pria tampannya. Bukan justru wanita tua itu yang melakukannya, geram Cherry dalam hatinya. Sepanjang ia melangkahkan kaki memasukkan gedung ini, Cherry benar-benar berusaha menahan diri untuk tidak bersikap agresif seperti biasanya. Melihat Jenaro dari kejauhan saja sudah membuatnya pening.Benar, jika dirinya berjalan angkuh melewati pria itu. Namun aroma maskulin yang berasal dari parfum pria itu masih terus saja mengusik indra penciuman dan pikirannya. Jika dirinya tak sedang berusaha mempertahankan harga diri, dapat dipastikan ia akan menarik pria itu untuk memesan kamar saja. Mendekap dada bidang itu hingga pagi. Menjauhkan pria itu dari tatapan-tatapa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status