Share

03. Affair

Penulis: bunnylovely
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-14 15:26:06

Cherry tersenyum remeh, "Siapa dia Mochi?" tanya Cherry dengan sinisnya. Bertanya pada pria berambut pirang itu yang ternyata bernama Mochi, sahabat Cherry selain mereka yang ada didalam grup chat tadi.

"Namanya RM," sahut Mochi sembari menyalakan korek api, lalu membakar ujung rokok sembari menghisapnya.

"RM ?" ucap Cherry sedikit terkejut dengan ucapan Mochi.

Mochi menghirup rokoknya kemudian menghembuskan nafasnya hingga muncul kepulan- kepulan asap dari mulut merah mudanya.

"Race Monster. Orang- orang biasa memanggilnya RM," ucap Mochi sembari menunjuk pria yang bernama RM itu dengan dagunya.

Cherry tertawa mendengar ucapan Mochi, bukannya takut dengan tantangan pria bernama Race Monster itu namun justru tertawa karena menurutnya nama pria baru itu sangatlah menggelikan. Pria itu bahkan bukan pemenang Formula 1 dunia, tapi kenapa bisa melabeli dirinya dengan nama Race Monster? Sungguh menggelikan bukan.

"Sepertinya kau meremehkanku Sweetie," ucap pria yang bernama RM itu sembari menatap Cherry penuh minat. Pria itu sudah berdiri tegak dihadapan Cherry.

"Oh, apa kau merasa?" ucap Cherry berpura- pura terkejut. "Syukurlah kalau begitu," ucap Cherry kembali dengan tersenyum miring.

Pria bertubuh jangkung itu menggeram mendengar nada ejekan dari wanita didepannya. Secantik apapun wanita dihadapanya ini, jika hanya menjatuhkan harga dirinya maka ia akan marah.

"Kalau begitu buktikan padaku jika kau memang lebih baik daripada diriku," ujar RM menatap Cherry dengan tajam.

Cherry berbalik menatap angkuh pria itu.

"Apa yang akan aku dapatkan ketika aku berhasil mengalahkanmu ?" ucap Cherry menantang RM.

"Apapun yang kau mau," sahut RM dengan remeh.

"Aku mau mobilmu," ucap Cherry setelahnya.

RM menggerakkan bahunya. "Tidak masalah," ucapnya.

"Tapi jika kau kalah." RM menatap Cherry dengan tatapan begitu sensual.

"Kau harus siap berbagi malam di ranjang bersamaku," ucapnya tepat didepan wajah Cherry hingga membuat semua orang yang mendengarnya bersorak.

"Deal."

Setelah sama-sama saling mengucapkan kata kesepakatan itu, kedua anak manusia berbeda jenis itu mulai memasuki mobilnya masing- masing. Semua orang yang ada di lokasi balapan bersorak untuk mereka. Mereka sangat antusias ingin menyaksikan balapan yang tentunya sangatlah seru kali ini.

Cherry menggunakan Aston Martin Valkyrie berwarna hitam sedangkan RM menggunakan Koenigsegg Jesko berwarna putih. Keduanya sama-sama menggunakan mobil mahal, karena memang street racing yang Cherry ikuti adalah tempat balap mobil sport yang di ikuti oleh kaum-kaum high level atau bahkan ada beberapa orang yang rela membeli mobil balap dengan kredit hanya untuk bisa mengikuti balapan kelas sultan ini.

Perlu diketahui jika semua orang yang ada di area balap ini tidak menggunakan nama asli mereka, seperti Mochi dan Race Monster. Bahkan seperti Cherry yang memakai nama Sweetie.

Cherry bersiap dengan mobilnya, dirinya menengok ke samping dan tersenyum sinis ketika melihat lawannya itu tampaknya sangat menyombongkan dirinya. "Ucapkan selamat tinggal pada mobilmu itu pria angkuh," ujar Cherry dalam hatinya. Seorang wanita berambut merah dengan memakai hot pans dan tank top pendek yang menutupi setengah tubuhnya. Di padukan dengan heels berwarna merah melangkah menuju depan mobil Cherry dan RM. Wanita itu tersenyum lebar, tangannya yang memegang bendera berwarna hitam putih layaknya papan caturpun mulai terangkat. Hingga tak lama setelahnya wanita itu mulai menarik turun benderanya dengan cepat, bersamaan dengan sorakan yang menggema di lokasi balap.

Baik mobil Cherry dan RM saling melaju dengan kencang di area balap. Keduanya sama- sama tak menyerah, saling salip menyalip. Bahkan seorang Cherry dengan ahlinya melajukan mobil sport miliknya meliuk- liuk dijalanan yang memang telah mereka sewa untuk balapan. Dan tentu saja keamanannya terjaga.

Semua orang berteriak keras ketika melihat dua mobil itu berada pada putaran terakhir. Mobil Cherry tampak ada dibelakang mobil RM, namun semua berubah ketika Cherry mampu menyalip RM pada tikungan terakhir dan membuat semua orang berteriak kegirangan.

Finish.

Cherry memenangkan pertandingan malam ini. Semua orang berteriak untuknya termasuk Mochi yang berkali- kali memuja kehebatan wanita itu. Sedangkan RM tampak mengeraskan rahangnya merasa malu dikalahkan wanita itu.

"Sesuai janjimu padaku, mobilmu adalah milikku," ucap Cherry menatap remeh kearah RM. Dengan wajah masam pria itu menyerahkan kunci mobilnya pada Cherry, namun siapa sangka jika Cherry melempar kunci mobil milik RM pada Mochi. Dengan senyum mengembang Mochi pun menerimanya.

Mochi melajukan mobil milik RM dan membawanya entah kemana. Bersamaan dengan itu 3 mobil Audi berwarna hitam berhenti di area balap, membuat semua orang mulai mundur dan merasa takut melihat orang-orang berbadan besar dan berpakaian serba hitam mulai turun dari dalam mobil dan mengelilingi Cherry.

"Anda harus pulang sekarang juga Nona," ujar seorang pria yang tak lain adalah bodyguard ayah Cherry.

Cherry mendengus kesal.

"Aku tidak mau!" balas Cherry dengan tajamnya, menatap sengit kearah bodyguard yang berbicara padanya.

Bodyguard yang berbicara pada Cherry itu mendongak lalu menganggukkan kepalanya. Seolah- olah memberi perintah pada teman- temannya. Dan yang benar saja, tubuh Cherry langsung diangkat kayaknya karung beras oleh salah satu bodyguard. Semua orang yang melihat Cherry diperlakukan demikian pun sontak terkejut.

Cherry memberontak minta dilepaskan, namun usahanya sia-sia. Dia tetap berakhir didalam Audi yang ditumpangi oleh bodyguard yang berbicara pada Cherry.

"Ah! Shit!" umpat Cherry dengan kesal sembari menghempaskan tubuhnya ke kursi jok mobil dan menyilangkan tangannya di depan dada.

Audi yang membawa Cherry, tiba-tiba saja berhenti tepat didepan RM yang tengah menatap mobil yang ditumpangi oleh Cherry.

Cherry membuka jendela mobilnya lalu mengucapkan sesuatu pada Race Monster.

"Kau akan menerima hadiah dariku," ucap Cherry tersenyum miring pada RM. Membuat pria itu mengernyitkan dahinya heran.

Bersamaan dengan selesainya ucapan Cherry, terdengar suara ledakan yang cukup keras hingga membuat orang- orang yang ada di area balap terkejut seketika. Namun tak lama setelahnya semuanya berteriak kesenangan dan bertepuk tangan riang. RM tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi hingga tak lama kemudian dia paham dengan situasi saat ini.

Cherry memerintahkan Mochi untuk meledakkan mobilnya.

Dengan mata nyalang RM menatap mobil Cherry yang sudah melaju tidak jauh, hatinya semakin geram dan panas ketika Cherry mengeluarkan jari tengah melalui jendela mobilnya.

Ya seperti itulah seorang Cherry.

Wajah semanis buah ceri namun Cherry Naomi tak semanis itu!

Pemilik mobil yang sombong akan mendapatkan perlakuan sama seperti Race Monster. Hingga semua orang di area balap tahu, jika Sweetie adalah wanita manis yang tak bisa dianggap manis. Wanita itu bisa berubah berbahaya jika ada orang yang mengusiknya.

~~~~~

Di sisi lain seorang pria dengan setelan jas mahalnya, tengah bercermin sembari menggunakan jam rolexnya. Tampaknya pria itu bersiap ingin menghadiri sebuah acara.

Saat mempersiapkan dirinya, tiba- tiba sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Memeluk pria itu dengan erat dari belakang.

"Sepertinya kau senang sekali akan dijodohkan dengan keponakanku itu," ujar seseorang itu dibalik punggung pria yang sedang berkaca.

Pria itu melepaskan pelukan seorang wanita dibalik punggungnya itu. Kini mereka saling berhadapan dan saling tatap satu sama lain.

"Aku hanya tidak ingin mengecewakan ayahku babe," jawab pria itu dengan suara hangat dan lembutnya. Dapat dilihat dari tatapannya, semua orang tahu bagaimana sang pria sangat menyayangi wanita yang berbeda usia 8 tahun dari dirinya itu.

Wanita itu mulai menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik pria itu.

"Aku hanya takut kau akan jatuh hati pada keponakanku," ucap sang wanita dengan jujur.

"Itu tidak akan terjadi," balas pria itu sembari membalas pelukan wanitanya.

Pria itu adalah pria yang akan dijodohkan dengan Cherry, seorang Presdir muda pemilik 'Arosoft' perusahaan games terkemuka di benua Amerika. Tak hanya Amerika, games yang dikembangkan oleh Arosoft telah digunakan oleh masyarakat di seluruh penjuru dunia hingga menempati posisi tertinggi dalam kategori hiburan di toko- toko aplikasi seperti Play Store ataupun AppStore atau bahkan toko aplikasi yang lain.

Pria itu bernama Jenaro Rafandra Xiaver, putra tunggal keluarga Xiaver yang bergerak dibidang teknologi layaknya Arosoft milik Jenaro sendiri. Tak ada pilihan lain bagi Jenaro untuk menolak perjodohan yang dilakukan oleh ayahnya.

Ayahnya mengetahui hubungan terlarangnya bersama wanita yang memeluknya kini. Ayahnya menentang keras hubungannya bersama Jessica Alice, karena memang status wanitanya adalah istri dari pria lain.

Namun apa pedulinya Jenaro Rafandra! Yang jelas ia mencintai wanita itu tak peduli dengan status Alice.

Hingga ayahnya marah besar dan mengancam akan menjatuhkan Arosoft jika Jenaro tidak mau menerima perjodohan yang telah dirancang orang tuanya ini. Dan sialannya lagi yang dijodohkan dengannya adalah keponakan dari wanitanya. Oh Shit! Bukankah dunia ini terlalu sempit?

Bab terkait

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   04. Kesan Pertama

    Jenaro beserta sang ayah memasuki sebuah mansion mewah di kawasan Manhattan. Jenaro memasang wajah sinisnya, pantas saja sang ayah bersikeras untuk menjodohkannya dengan anak dari sahabatnya itu. Ternyata keluarga mereka benar-benar kaya. Jenaro tidak bisa mengelak jika keluarga Johnson adalah keluarga konglomerat yang hartanya tidak akan habis dengan 7 turunan sekalipun. Bahkan suami dari kekasihnya pun juga termasuk pria kaya yang hanya bekerja di Dubai setiap harinya dan hanya pulang selama sekali dalam 2 tahun. Dan itu sangat menguntungkan dirinya bukan? Jenaro sangat mengagumi sosok dari wanitanya saat ini. Dirinya sudah memandang Alice sejak masa kuliah, di mana dirinya dipertemukan pertama kali saat berada di sebuah pesta keluarga.Sejak saat itu Jenaro terpesona dengan sosok Alice yang menurutnya sangat hangat. Hingga sebuah perasaan terlarang membuncah dalam dirinya dan dengan berani dirinya mengajak wanita itu untuk makan malam bersama. Dan mulailah terjalin hubungan antara

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   05. Cinta Pandangan Pertama

    Cherry bersama sang mama mulai masuk ke ruang keluarga, di mana Cherry melihat seseorang dengan tubuh yang bisa dibilang gemuk itu tengah duduk dihadapan sang ayah. Dengan langkah percaya diri Cherry melangkah mendekati pria itu. Bahkan tanpa permisi Cherry langsung saja duduk disebelahnya dan mengalungkan tangannya pada lengan pria itu. Bergelayut sok kenal dan bertingkah centil. Ck, jika bukan karna mobil kesayangan dan harta warisan keluarga Johnson, Cherry tidak akan pernah sudi bertindak seperti ini. Bukan gayanya sama sekali. Sontak semua orang yang melihat tingkah seorang Cherry Naomi tersentak kaget, terlebih lagi sang ayah. "Apa yang sedang kau lakukan Cherry Naomi?" geram sang ayah yang terlihat malu dengan tingkah putrinya itu. "Aku hanya mencoba akrab pada pria yang dijodohkan denganku, Pa!" Ujar Cherry dengan begitu percaya diri tersenyum lebar pada ayahnya. Jawaban Cherry membuat sang mama mengulum bibirnya. Oh, sepertinya putrinya ini salah sasaran. "Tapi bukan aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   06. First Kiss?

    "Pecat tante Alice dan carilah sekretaris yang baru." "Apa kau bilang? Kau jangan sembarangan Cherry Naomi!" desis Jenaro dengan menatap tajam kearah Cherry. Oh gadis ini sangat berbakat sekali membuat amarahnya meledak. Cherry memutar bola matanya malas. Berjalan mendekat pada kursi Jenaro. Duduk bersandar pada meja kebesaran tunangannya itu. "Aku tidak pernah sembarangan Jey!" ujar Cherry. "Aku sudah memberikan kelonggaran dengan mengizinkanmu bisa menjalin hubungan kotor kalian. Dan aku! Aku hanya ingin menyelamatkan perusahaanmu dari sekretaris tak mumpuni seperti tante Alice. Kau pikir levelku adalah untuk mendesain karakter cooking game yang menjadi andalannya itu?" ujar Cherry mengungkap fakta yang mampu membungkam mulut Jenaro. "Heol! Bahkan anak SD pun bisa menggambar karakter cooking game wanitamu itu! Idenya pun sangatlah minim, dan masih saja kau pertahanan sebagai sekretarismu?" ujar Cherry memasang wajah penuh ejekan untuk Jenaro. Semua yang dikatakan Cherry memang b

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-29
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   07. Hati Yang Tidak Bisa Dipaksa

    Suara dentuman alunan musik cukup terdengar keras memekikkan telinga beberapa anak manusia yang kini sedang berkumpul di sebuah meja tak jauh dari tempat beberapa orang lain yang sibuk meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti alunan musik malam ini. Namun tampaknya beberapa anak itu tak tertarik dengan alunan musik di bar malam ini, mereka justru terlihat sangat serius menanggapi salah satu ocehan temannya saat ini. “Apa kau masih waras Cherry Naomi?” ucap seorang wanita muda berambut pirang yang seakan tak percaya dengan apa yang baru saja sahabatnya itu katakan.“Bagaimana bisa kau memberikan tawaran yang mustahil kau lakukan itu!” ujarnya sembari berdecak kesal. Cherry meneguk Champagne yang ada di tangan kanannya. Menringis sejenak kemudian menatap wanita berambut pirang itu dengan cengirannya. “Tidak ada yang tidak bisa aku dapatkan Valerie,” ucap Cherry begitu tenang sembari kembali meneguk minuman beralkohol itu. “Tapi ini bukan hal yang bisa dengan mudah kau dapatkan Cherry. Astag

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-29
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   08. Susu Pisang

    Ketukan sepatu hak tinggi menggema di penjuru lorong perusahaan Arosoft Corp. Wanita manis berusia 24 tahun itu melangkah dengan pandangan lurus ke depan, dan punggungnya yang tegap. Langkahnya begitu angkuh, menahan kesal karena paginya yang buruk. Cherry berjalan tenang tak memperdulikan sorot mata beberapa orang yang menatapnya selalu kagum.Tungkai jenjangnya telah sampai pada pintu kayu yang berdiri kokoh. Bibirnya terangkat saat mengetahui bahwa ruangan di hadapannya saat ini adalah tempat yang nyaris setiap hari ia kunjungi. Membuka pintu secara perlahan, wanita yang awalnya merasa kesal itu kini hanya menatap lurus ke depan, terlampau terpukau dengan sosok titisan dewa yang begitu serius dengan pekerjaannya. Cherry mengeram tertahan, sial! Tampan sekali sih simpanan orang. Mengingat kata itu, membuat ia meringis sendiri. Aneh bukan? Di saat orang di luar sana memuji habis-habisan wajah dinginnya, namun semua itu tak berlaku pada pria yang duduk tak jauh dari dirinya. “Bukan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-29
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   09. Menyerah Saja

    Cherry berjalan dengan sedikit tergesa menuju gedung pencakar langit milik tunangannya sendiri itu. Gadis muda itu tampak merutuki kecerobohannya pagi ini, di mana dirinya nyaris terlambat karena ia pulang pukul 2 pagi dari tempat balapannya. “Mochi sialan! Jika tak menunggu pria pendek itu aku tidak akan kesiangan seperti ini,” ocehnya sembari melihat waktu di jam tangan mahalnya lalu melangkahkan kaki masuk ke dalam lift. Nyatanya dengan tatanan rambut sedikit berantakan itu tak mengurangi kadar kecantikannya sedikitpun. Bahkan raut dengan raut paniknya, Cherry Naomi masih terlalu cantik bagi setiap orang yang berpapasan dengannya ataupun sekedar melihatnya dari jauh. Banyak karyawan Arosoft yang mengagumi paras dari Cherry, menujukkan sisi ketertarikan mereka pada gadis. Melupakan fakta jika Cherry adalah tunangan dari pemilik perusahaan di mana mereka bekerja, atau lebih tepatnya bukan melupakan. Memang tidak ada yang tahu sama sekali jika Cherry adalah tunangan dari Jenaro Rafa

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   10. Kau Bukan Tipeku

    "Cepat jelaskan padaku, Mochi! Apa yang membawamu sampai ke sini? Bukankah kau pernah bercerita jika kau tak suka bekerja sebagai budak corporate?" Cerocos Cherry setelah ia keluar dari ruangan Jenaro. Menarik pria dengan wajah oval dan bibir tebal merah muda itu menjauh dari tempat duduknya. Atau lebih tepatnya dari meja kerjanya yang berada di depan ruangan Jenaro. Siapa lagi jika bukan, Jemian yang kini sudah sah menjabat sebagai sekretaris Jenaro. "Astaga, Sweetie! Bisakah kau tenang dulu? Bahkan jantungku nyaris melompat keluar ketika melihatmu masuk ke ruangan Jenaro," ringis Jemian atau biasa Cherry memanggilnya dengan Mochi saat di area balap. Pria itu menatap wajah bulat milik Cherry dengan sedikit kesal. Ia ditarik paksa pergi menjauh dari meja kerjanya. Dan kini mereka sedang ada di depan lorong dekat lift. Cherry memutar bola matanya malas. Dirinya sungguh penasaran sekali. Gadis muda dan modis itu melipat tangannya di depan dada."Kalau begitu cepat jelaskan padaku." des

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-09
  • 200 Hari Menjerat Pebinor   11. Tugas Negara

    "Kau mau kemana, sayang?" tanya seorang wanita paruh baya yang kini terlihat tengah mengupas apel bersantai di depan ruang TV rumah bak istana itu. Matanya menangkap putri kesayangannya tampak begitu rapi malam ini sembari membawa sebuah paper bag di tangannya dan tampak terburu-buru menuruni tangga dari arah kamarnya. Cherry yang kini memakai blazer berwarna cream dipadukan dengan short jeans serta sneakers berwarna putih membuatnya tampak manis. Rambut cokelat terangnya ia biarkan tergerai begitu saja. "Aku akan ke rumah tante Alice malam ini, Ma. Zayn ulang tahun dan seperti biasa," ucapnya sembari mengangkat paper bag yang ia bawa. "Pria sibuk itu selalu membuatku repot setiap tahun," ucap Cherry kembali dengan tampang yang dibuat kesal. Wanita paruh baya itu tampak terkekeh geli melihat raut kesal anak gadisnya semata wayang itu. "Dan besok kau akan menerima kiriman tas atau heels mewah lagi dari padamu itu bukan?" Cherry menggulingkan bibirnya malu."Pria itu terlalu pandai

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-24

Bab terbaru

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   37. Unchanged [END]

    "Aku bisa memesan taksi online, ataupun meminta jemput pada supir. Kenapa kau harus repot–repot untuk mengantarku, Jey? Kau sudah sangat terlambat," ujar wanita manis itu sembari memasang sabuk pengamannya.Raut wajah Cherry justru terlihat lebih panik daripada Jenaro. Bahkan wanita itu langsung melompat turun dari pangkuan sang tunangan saat mendengar pekikan suara Jemian dari dalam ponsel Jenaro.Ia dapat mendengar jelas, karena memang Jemian memekik kencang sekali. Pria itu terdengar marah lantaran ada pertemuan pentin bernilai jutaan dollar yang harus Jenaro hadiri, namun pria itu justru belum sampai di kantornya.Cherry sudah menawarkan diri untuk tidak diantar pulang oleh Jenaro, karena jarak Arosoft dan rumahnya cukup memakan waktu sekitar 15 menit. Namun siapa sangka, jika pria ini dengan sangat keras kepala tetap ingin mengantarnya untuk pulang. "Kau ingin aku di cap sebagai tunangan yang jahat?" ujar Jenaro tanpa menatap ke arah Cherry. Matanya yang tajam dan rahangnya yang

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   36. JANGAN PROTES

    "Ganti bajumu," ujarnya pertama kali, yang bukannya segera mengiyakan ajakan Cherry karena mengejar waktu, namun pria tampan itu justru tampak tak suka dengan pilihan baju yang ia gunakan. "What? Memangnya ada apa dengan baju ini?" sahut wanita itu yang begitu terkejut. Rahang Jenaro tampak menggeras."Celanamu terlalu pendek, Cherry Naomi!" ujarnya dengan tajam, bahkan tatapan dinginnya begitu kentara. Mendesah kesal, lantas Cherry membalas, "Tapi kau bilang aku bebas memilih sesuai seleraku!" ujarnya tak mau kalah. Oh, ayolah! Pakaian casual dan nyaman seperti ini adalah seleranya. Bukan Jenaro Rafandra namanya jika ia mengalah begitu saja. "Cepat ganti atau aku akan menguncimu di sini?" balas pria itu dengan tegas, membuat wanita sukses merosotkan rahangnya. Tak ingin berdebat, mau tak mau ia menuruti apa yang pria itu katakan. Membalik tubuhnya dengan jengkel, dan kembali menuju walk in closet pria itu. Hampir empat puluh menit waktu berlalu, namun apa yang terjadi? Sama! Pr

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   35. Trippin' Over Butterflies

    "Apakah milik Tante Alice?" Saat ini degup jantung Cherry berdetak sangat cepat, ia berusaha mengendalikan dirinya apabila memang jawaban pria itu akan kembali melukai hatinya. Seharusnya ia tak perlu bertanya bukan? Karena jawaban pria itu sudah pasti, jika pakaian wanita yang ada di walk in closetnya adalah milik Tante Alice, kekasihnya. "Ia bahkan tidak tahu bahwa aku pemilik penthouse ini," ujar Jenaro tampak tenang saat mengatakannya. Berbeda dengan Cherry yang menatapnya seakan tak percaya. "Tidak mungkin!" Bantah wanita cantik itu dengan cepat. "M-Maksudku, kalian sudah berpacaran lama, tidak mungkin jika Tante Alice tak mengetahui tempat ini!""Kau wanita pertama yang ku ajak ke sini, Cherry Naomi." Balas Jenaro tampak datar dan tak merasa terganggu, jelas sekali jika pria ini memang tak berbohong sama sekali. "What?" Pungkas Cherry sembari merosotkan rahangnya. Di sela-sela rasa terkejutnya dalam hati wanita itu ia tersenyum lebar. Ada perasaan lega yang luar biasa saat m

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   34. Raspberry Pancake

    Sinar mentari yang cukup terang membuat seseorang terbangun mengerjap dari tidur nyenyaknya. Jenaro Rafandra, pria itu tampak terbangun lebih dulu. Mengerjapkan matanya perlahan hingga menemukan seorang wanita yang masih tampak lelap menyelami mimpinya.Seulas senyum tak dapat ia tahan manakala melihat wajah cantik itu meskipun dalam keadaan memejamkan mata dan wajah dengan sia-sia riasannya. Benar, mana mungkin Cherry Naomi sempat membersihkan riasannya karena semalam wanita itu langsung terlelap setelah dua ronde percintaan mereka. Tangan Jenaro terulur, menyelipkan anak-anak rambut yang sedikit menutupi paras ayu itu. Senyumnya tak bisa pudar manakala mengingat bahwa ia adalah pria yang pertama untuk wanita ini, entah mengapa rasanya sangat bahagia sekali.Ada rasa bangga dalam diri Jenaro karena berhasil menjadi yang pertama untuk Cherry Naomi. "Kau berhasil menghancurkan pertahananku, sweetie." Bisiknya lembut sembari menatap wanitanya. Pria itu tampak tersenyum masam, ingatan

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   33. Don't Stop

    Attention — [cw // mature content, harsh word, dirty talks, kissing, and more. Minor atau yang tidak suka bacaan vulgar, mohon di skip]——— happy reading. "Bukankah kau merasa risih jika aku terlalu sering menempel denganmu?" Pungkas wanita cantik itu, dan sukses membuat Jenaro mendengus tak suka. Wanita ini selalu saja membalikkan keadaan dengan membandingkan pada dirinya. Perlakuannya pada wanita itu. "Meskipun begitu bukan berarti kau bisa mengabaikanku seenaknya, Cherry Naomi!" Balas pria itu kembali tak suka jika wanita ini mengabaikannya. Banyak wanita yang mengagumi bahkan memuja sosok Jenaro Rafandra. Wanita-wanita itu selalu saja berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya. Bahkan di pesta kali ini, tak sedikit wanita dengan tingkah jalangnya terang-terangan menggoda dirinya.Termasuk kebiasaan Cherry Naomi sebelumnya, wanita itu selalu mengusiknya. Dan kini, Jenaro merasa marah saat wanita itu tak lagi mengusiknya, bahkan mengabaikannya seperti ia sama sekali tak nampak

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   32. Seperti Wanita Miskin

    "Aku mengajak kau kemari bukan untuk membuatmu mengagumi setiap sudut isi rumahku, Cherry Naomi." Terdengar suara berat dan setengah menggeram itu dibalik punggung wanita cantik yang sedari tadi tampak sibuk mengabadikan setiap inci penthouse mewah ini. Cherry yang sibuk dengan ponselnya pun tampak acuh dengan ucapan pria itu yang tak lain adalah Jenaro Rafandra, si tuan rumah. Wanita manis itu tampak sibuk dengan ponselnya, mengambil gambar di beberapa sudut rumah pria itu lalu ingin memamerkannya pada sahabat-sahabatnya, terlebih Valerie. Gadis itu pasti akan merasa iri padanya karena bisa masuk ke dalam penthouse 'The Castle'. "Jey, sebentar! Aku harus merekam ini, lalu mengirimkan pada Valerie agar wanita itu semakin menangis melihat benda-benda canggih ini. Lalu aku juga akan mengirimkannya pada Felix dan juga Jack, mereka pasti–," ucapan wanita itu terpotong, manakala ponsel pintarnya direbut dengan paksa oleh seseorang yang tiba-tiba mendekat pada dirinya. "Jey! What are y

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   31. The Castle

    Setelah berhasil menghindar dari pesta membosankan itu, kini Cherry Naomi tampak duduk dengan hati sedikit gelisah di dalam Porsche Panamera berwarna hitam itu. Tentu saja bagaimana ia bisa duduk nyaman jika sedari tadi tangan kiri milik pria itu tak beralih sedikit pun dari pahanya yang terbuka jelas. Bahkan dengan sengaja, sesekali Jenaro Rafandra mengusapkan ibu jarinya dengan lembut di kulit halus paha Cherry Naomi. Membuat gadis itu merasakan gelisah akan setiap sentuhan yang pria itu berikan.Menggigit bibirnya sesekali karena merasa gila atas perlakuan pria ini. Malam ini ia melihat Jenaro bukan seperti pria itu biasanya. Fuck!Pria sialan!Umpat Cherry berkali-kali. Mengantar pria itu untuk pulang sepertinya memang kesalahan besar namun tak bisa dipungkiri apabila dalam hatinya yang paling dalam ia menyukai hal ini. Tak begitu ada sifat menyebalkan yang selalu pria itu tunjukkan. Kini pria itu tampak seperti singa yang tengah bersikap posesif pada pasangannya. Semakin lama

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   30. Kita Terlalu Dekat

    "Kau meragukan kesungguhanku, dude?"Ucapan Jenaro terdengar rendah dan datar. Pria sialan ini sangat meremehkannya. Ia menatap marah dengan mata yang memicing, seakan siap menghunuskan pedangnya untuk memotong lidah pria itu menjadi bagian-bagian kecil. Deon yang mendapat tatapan mematikan itu justru mematri senyumnya. "Syukurlah jika kau bersungguh-sungguh. Aku tidak akan tinggal diam jika siapapun itu menyakiti wanita kesayanganku," balasnya dengan begitu tenang. Sepertinya pria itu tidak tahu jika dirinya tengah berhadapan dengan dewa kematian. Mendapat aura permusuhan yang menguar itu sana sekali tak membuat Deon Harris merasa gentar. Pria itu justru berjalan lebih dekat dengan Jenaro. Mencondongkan tubuhnya pada pria itu sembari berkata rendah, "Jaga dia baik-baik, atau aku bisa saja mengambilnya kembali.""Deon!" Pekik Cherry sembari berdiri. Mereka yang tampak ingin berperang, Cherry yang merasa cemas dan gelisah. Oh, apakah dua orang ini tidak tahu? Jika sedari tadi kedu

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   29. Gadis Manisku

    Cherry Naomi, gadis itu sebenarnya tengah berusaha menahan mati-matian rasa cemburunya pada sang ibu. Melalui ekor matanya ia selalu memperhatikan bagaimana sang ibu tampak begitu asik berbincang dengan pria yang disukainya. Shit! Seharusnya ia yang ada di sana, meneguk Champagne keluaran terbatas itu dengan Jenaro Rafandra, si pria tampannya. Bukan justru wanita tua itu yang melakukannya, geram Cherry dalam hatinya. Sepanjang ia melangkahkan kaki memasukkan gedung ini, Cherry benar-benar berusaha menahan diri untuk tidak bersikap agresif seperti biasanya. Melihat Jenaro dari kejauhan saja sudah membuatnya pening.Benar, jika dirinya berjalan angkuh melewati pria itu. Namun aroma maskulin yang berasal dari parfum pria itu masih terus saja mengusik indra penciuman dan pikirannya. Jika dirinya tak sedang berusaha mempertahankan harga diri, dapat dipastikan ia akan menarik pria itu untuk memesan kamar saja. Mendekap dada bidang itu hingga pagi. Menjauhkan pria itu dari tatapan-tatapa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status