Terjerat Cinta Anak Konglomerat
Lembayung pikir, merantau ke negeri orang dengan modal ijazah SMA dan tanpa sanak saudara adalah pilihan yang tepat. Dia salah, ekspektasinya selama ini dengan mudah dipatahkan selalu oleh realita yang ada. Semesta seakan senang sekali melihatnya menderita dan kesusahan.
Ditengah situasi keuangannya yang semakin menipis, ternyata semesta masih berpihak baik terhadap dirinya. Dia bertemu dengan Panji Reksa, mahasiswa tingkat akhir yang hobinya cuman absen dari bangku perkulihan. Reksa orangnya easy going, sederhana cenderung ngegembel, katanya anak orang kaya, tapi cuman ngajak makan di pinggir jalan atau warung doang.
Bersama Reksa Lembayung bisa merasakan terbantu tanpa direndahkan, merasa aman meskipun sering kali merasa terancam, dan bersama Reksa juga Lembayung tahu mereka sudah semakin jauh melebati batas masing-masing.
Reksa ibarat berlian di dalam dasar bumi, sulit tergapai dan mustahil di miliki. Lembayung memilih menjaga jarak, setelah mengetahui satu fakta yang membuatnya kesulitan sekadar untuk meneguk air ludahnya sendiri.
Apakah Reksa akan menahan Lembayung untuk tidak pergi, atau malah pria itu duluan yang meninggalkannya?
Ikuti terus cerita ini. Terima kasih.
Read
Chapter: 10. Kesenangan Ala ReksaBukan Reksa kalau pikirannya tidak out of the box. Sekarang aku malah diajak berkeliling jalan di sekitar lampu merah untuk mengamen. Iya mengamen, dia membawa ukulele yang di pinjamnya dari anak jalanan, sementara aku menegadahkan bucket hat warna cream polos pada setiap pengguna kendaraan. Kalau tidak memakai masker, habis ini aku bakal melakukan operasi plastik, itupun kalau ada biayanya. Aku nggak habis pikir sama Reksa, dengan suara yang lumayan bisa dibilang enak di dengarkan, dia terlihat senang sekali menyanyikan lagu-lagu dari Hindia. Kau datang saat gelapku merekah Seluruh hatiku untukmu Meidiana Reksa menatapku dengan senyuman, aku balas tersenyum. Walaupun tidak kentara karena terhalangi masker. Kau pantas dapatkan yang baik di dunia Semoga kita bertahan lama .... Dalam hati aku mengaminkan. Beberapa pengendara terpaku pada suara Reksa, apalagi kaum hawa. Ada yang diam-diam merekamnya dengan binar mata penuh kekagum
Last Updated: 2022-01-21
Chapter: 9. Yang Selalu AdaBolpoin di sela-sela jari telunjuk dan ibu jariku masih aku ayun-ayunkan naik turun. Isi kepalaku begitu penasaran tentang apa yang terjadi di dalam rumah tangga Mbak Tari dan suaminya. Bukannya aku mau ngegosip ya, tapi ini sekadar informasi yang aku tahu saja. Mereka menikah karena perjodohan dua keluarga yang sudah lama bersahabat. Sewaktu aku datang ke pernikahannya Mbak Tari sekitar satu tahun lalu, hanya senyum paksa yang coba ditampilkan olehnya. Apalagi Mas Angkasa, wajahnya yang selalu tampil datar dengan mata setajam Mbak Tari itu hanya mengulas senyum tipis. Dua orang dengan kepribadian yang hampir sama, lalu disatukan dalam satu atap, kira-kira menjalani rumah tangganya seperti apa.Bibirku mendesis saat ada yang menyentil dahiku kuat. Nggak Mbak Tari, Reksa, apalagi Tanti kenapa sih mereka kayak punya dendam kesumat setiap melihatku sedang meditasi."Nggak pulang?" tanyanya sebelum melangkah ke bagian loker karyawan.Aku melihat jam tangan yang terp
Last Updated: 2022-01-20
Chapter: 8.CoverKetika membuka pintu kos, aku mendapati sebuah kantong kresek hitam di atas meja. Tanganku terjulur untuk meraih, lalu mengintip isinya. Ada sekotak streoform dengan selembar kertas kecil yang di lipat satu sisi di atasnya. Sambil berlalu masuk ke dalam, aku membaca isi kertas itu. Soal tadi malam aku minta maaf, di makan ya, walaupun cuman aku pungut dari pinggir jalan. Nggak bisa ngantar kerja hari ini, aku harus ke kampus sebelum kena tendang. Aku terkekeh setelah membaca tulisannya yang selalu rapi untuk ukuran cowok. Kotak streofrom itu isinya bubur ayam yang masih hangat. Berarti Reksa tadi belum lama dari sini, kenapa nggak ketuk pintu saja. *** Setelah selesai sarapan aku baru menjalankan ritual mandi. Sampai tahap dalam memilih baju, aku dibuat berhenti sejenak. Perlahan tanganku meraih dan membuka paper bag pemberian Mas Dhika. Ada baju blouse warna kuning kunyit dengan aksen tali di bagian pinggangnya. Terlihat manis dengan lengan pen
Last Updated: 2022-01-18
Chapter: 7. Pertemuan dan PerpisahanSania sudah datang terlebih dahulu dengan segelas milshake strawberry yang sudah tandas setengah gelas. Aku menghampiri perempuan itu yang selalu sibuk sendiri dengan ponselnya."Hay Senja!" sapanya dengan mata berbinar ketika melihatku yang sudah berdiri di hadapanya. Aku hanya mengulas senyum tipis, kemudian duduk setelah dipersilahkan."Mau minum apa, atau makan apa gitu?" tawarnya dengan tangan terangkat sedikit di balik meja siap memanggil waitress."Nggak. Nggak usah.""Tapi kata Panji kalau ngajak kamu jalan jangan lupa dikasih makan," adunya dengan bibir mengerucut yang malah menambah kesan imut di wajahnya.Aku terkekeh. "Nggak usah didengerin," sahutku sambil mengibaskan tangan pelan.Sania ikutan terkekeh, wajahnya masih muram seperti punya banyak beban pikiran. Dia hanya memutar-mutar sedotan milshake-Nya."Kenapa?" tanyaku pelan."Kamu sama Panji saling suka kan ya?" tanyanya yang membuatku sediki
Last Updated: 2022-01-15
Chapter: 6. Bermain Peran"Pagi."Aku balas tersenyum ketika sudah mendapatinya dengan pakaian cukup casual berdiri menjulang tinggi di depan pintu kosku. Hari ini Reksa hanya memakai hoodie hitam yang dipadukan dengan celana cinos coksu selutut, dan sandal jepit."Udah sarapan?""Belum," sahutku sambil menyengir kala dia mendengkus."Ya udah, jalan sekarang aja." Reksa segera meraih tanganku, menyatukan jari-jari kami hingga menjadi sebuah tautan hangat."Cuman hampiri motor lo, ngapain pakai gini." Aku mengangkat tangan kami yang tertaut, Reksa hanya berdecak pelan.Saat di perjalanan ragaku emang di sini, tapi pikiranku berkeliaran liar tanpa bisa aku kendalikan pada kejadian semalam. Saat aku yang baru turun dari motor Tama, dikejutkan dengan tarikan Mas Dhika yang lumayan kuat. Dia membawaku ke belakang, dengan napas memburu menyudutkanku ke tembok, mengurung tubuhku sambil menatapku lekat. Aku cuman diam karena merasa sedang diintimidasi. Lalu tanpa mengu
Last Updated: 2022-01-15
Chapter: 5. PenggangguTahu apa yang dilakukan oleh orang yang baru saja menghubungiku lima belas menit yang lalu. Mas Dhika sekarang sudah berada di hadapanku yang baru saja selesai menunaikan ibadah lima waktu. Dengan tatapan matanya yang tajam, dia terkesan dapat mengeluarkan laser dari sorot matanya itu."Susah banget itu tangan buat ngetik," sindirnya."Mas kok tahu aku di sini, Mas nguntit aku?" tanyaku nyolot."Balik." Tanpa menjawab pertanyaanku barusan, dia sudah menyeretku seperti seekor kambing."Aku bisa jalan sendiri!" ucapku ngegas menarik pergelangan tanganku yang selalu dicengkeramnya dengan kuat. Untung di sekitar kami sepi, setidaknya aku bisa berbuat lebih dari ini jika Mas Dhika masih memaksaku.Mas Dhika terdengar mengembuskan napas kasar. Dia menaiki motor beatnya sembari menyodorkan helm bogo ke arahku. Setelah aku duduk di jok motor favorit kaum sejuta umat ini, dia mulai melajukan mtornya dengan kecepatan sedang. Jangan bayangkan aku akan memeluk
Last Updated: 2022-01-05