ISTRIKU GILA?
"Ayah!" teriak Zainab sambil menutup kedua telinga. Napasnya mulai terengah dan air matanya mulai mengalir.
"Tenang, Za! Kita pulang dulu." Aku mencoba mendekat.
"Gak! Gak! Bapak sudah membunuh ayah saya! Bapak pembunuh! Bapak pembunuh!" racaunya dengan tangan mendorong tubuhku.
Kuraih kedua bahunya dan mengguncangnya pelan. "Maafkan aku, Za! Maaf!"
Ketidaksengajaanku telah membuat nyawa ayah Zainab melayang. Sebelum laki-laki itu mengembuskan napas terakhir, aku diminta menikahi Zainab. Padahal, ada satu hati yang menungguku di tempat lain.
Bagaimanakah aku harus menjalani hidup yang dipelintir oleh takdir?
1018.5K DibacaCompleted