Hanya karena makeup flawless yang dipilihnya, Yasmin dituduh tak lagi perawan oleh suami dan ibu mertuanya. Dia bahkan langsung diceraikan saat itu juga dan harus pulang ke Jakarta sendirian! Namun, tanpa sengaja, Yasmin bertemu dengan seorang dokter yang ternyata adalah tetangga mantan suaminya. Pertemuan tak terduga itu ternyata membawa Yasmin untuk kembali tinggal di kampung Radit. Hal itu pun membuat mantan suami dan mantan mertuanya panas! Bagaimana kisah Yasmin, Dokter Radit, dan si mantan yang menalaknya karena hanya makeup?
View More“Pucat amat istrimu. Katanya pake tukang rias yang mahaal.” Walaupun berbisik, aku masih bisa mendengarnya dengan jelas apa yang dikatakan oleh wanita yang baru saja resmi menjadi ibu mertuaku. Sesekali dia mendelik. Matanya seperti bola pingpong yang ditangkis. Mendelik sana-sini.
Kupingnya pun kayaknya dia pertajam untuk mendengar omongan para tamu yang datang.
“Pengantinnya pucet. Biasanya kalo pengantin itu lipennya merah. Ini mah apaan.”
“Kayaknya sih, lagi tek dung. Makanya gak bercahaya sama sekali.”
Duh, nyesel juga dengerin kata Mas Agus yang minta ngerayain pesta pernikahan kami di kapung halamannya. Begini jadinya.
Orang-orang yang nggak ngerti tentang trend make up, mikirnya malah salah.
Tamu mulai berdatangan lagi. Aku dan Mas Agus bangkit untuk bersalaman. Sepertinya ini dari keluarga jauhnya Mas Agus. Dia tersenyum ramah sebelum akhirnya mengatakan sesuatu yang membuat aku down.
“Neng, pucet sekali. Nggak ada cahayanya. Lagi hamil?” Dia mendekatkan bibirnya ke telingaku.
Deg!
Pikiran macam apa itu? Dari mana asalnya mitos itu, kalau make up pucet menandakan pengantin lagi hamil?
“Dik, Kamu ganti lipstick-nya sana. Ibu nggak suka make up kamu yang pake lipstick warna itu.” Mas Agus berbisik.
Aku diam. Ini adalah hari bahagiaku. Aku ingin memakai make up yang seperti ini, terlihat sangat elegan. Ketimbang harus pakai make up dengan warna-warna mencolok.
“Dik.” Sekali lagi Mas Agus menyenggol lenganku.
“Aku nggak mau, Mas. sebentar lagi teman-temanku datang. Aku ingin terlihat cantik di foto nanti. Aku nggak mau kayak abis ditonjokin,” elakku dan Mas Agus malah mendengkus kesal.
Ternyata masalah ini tidak hanya sampai di situ. Setelah acara resepsi selesai, ibu mertua memanggil Mas Agus ke kamarnya. Aku hanya bisa diam menunggu di ruang keluarga.
Meski sayup, aku bisa mendengarnya karena ibu mertua berbicara cukup keras.
“Coba bilang sama ibu, apa kalian sudah melakukannya sebelum akad nikah?” itu suara ibu mertua yang sedang menginterogasi Mas Agus.
“Nggak, Bu. Sumpah demi Allah kami belum melakukannya.”
“Bener?!” ibu mertua seperti tak percaya. “Kalau begitu, pasti si Yasmin itu lagi hamil.”
“Ibu!” sentak Mas Agus.
“Tidak mungkin Yasmin hamil, orang belum pernah kuapa-apain.”
“Ya, sama kamu belum diapa-apain. Nggak tau di belakang kamu dia main sama siapa, lalu minta kamu yang tanggungjawab,” cecar ibu merua yang membuat hatiku teramat sakit.
Aku bergegas meninggalkan ruang keluarga dan masuk ke kamar. Hatiku rasanya hancur ketika mendengar fitnahan macam itu. Tak ingin lagi mendengar tuduhan-tuduhan lain dari ibu mertua.
Tak lama berselang, Mas Agus masuk ke kamar dengan wajah yang kuyu. Capek. Pastilah, karena seharian kami di pelaminan menerima tamu. Selain itu, semalam aku dan diaa susah tidur dan saling mengirim pesan untuk saling menenangkan.
“Mas,” sapaku berharap dia mendekat. Namun, dia malah duduk di kursi meja rias. Dari sana dia seperti ingin bertanya tapi ragu.
“Kamu … nggak lagi hamil, kan?”
Deg.
Pertanyaan macam apa itu? Kalau yang lain, aku masih bisa menerima jika menuduh seperti itu, tapi ini Mas Agus. Dia tau sendiri kalau dia tidak pernah menyentuhku.
“Kenapa kamu berpikiran seperti itu, Mas? kita, kan, belum pernah melakukannya. Bagaimana aku bisa hamil?”
“Entahlah. Aku jadi ragu sama kamu, Yasmin.”
“Maksud kamu?” aku menatapnya dengan perasaan sedih.
“Sementara kita tidak usah berhubungan dulu. sampai aku benar-benar yakin kalau tidak ada janin di perutmu,” katanya seperti orang bo doh.
“Ayo kita buktikan sekarang, Mas. Ayo kita lakukan! Agar kamu percaya,” cecarku. Tapi Mas Agus malah menggeleng dan mendorong tubuhku menjauh.
“Aku tidak mau, Yasmin. Jangan memaksa. Aku takut ini hanya akal-akalanmu saja. Kita melakukannya hanya agar aku percaya kalau nanti kamu hamil, anak itu adalah anakku.” Mas Agus beralasan.
Aku terbengong dengan pikiran picik yang ada di otaknya. Sudahlah sepertinya dia tidak akan percaya. Untuk apa aku melanjutkan pernikahan ini. pernikahan yang tidak dilandaskan saling percaya. Mas Agus lebih percaya pada mitos ibunya yang tidak masuk akal.
“Kalau begitu, aku pergi Mas. Ceraikan aku saat ini juga.” aku memohon agar dilepaskan. Tak ingin punya suami yang sama sekali tidak percaya padaku.
Hanya karena ide konyol ibunya itu, membuatku seperti orang yang tidak punya harga diri.
“Ya, aku jatuhkan talak padamu malam ini juga,” ucapnya dan membuat aku mematung.
“Tak perlu basa basi,” jawab ibunya Hanif terlihat emosi. Dia sangat kesal karena melihat Maria yang terlihat mewah. Sementara dirinya justru terlihat kumal.“Baiklah kalau tidak boleh berbasa basi. Sepertinya kalian tetap saja sial walaupun sudah mengusir Maria.” Denis tersenyum miring.Mata Hanif langsung melotot, begitu juga dengan ibunya.“Enak aja kamu bilang kami sial. Hanif ini sekarang bekerja di perusahaan bonafid. Dia ini jadi manager,” balas ibunya Hanif dengan mata melotot.Denis tersenyum miring. “Oh ya? Benarkah? Anak Ibu bilang jadi manager?” tanyanya dengan nada mencibir.“Ya, tentu saja. Bukan begitu, Hanif?” ujar wanita paruh baya itu dengan dagu yang mendongak.“I-iya, tentu saja,” jawab Hanif tergagap.“Oh begitu. Baguslah kalau memang dia sudah jadi manager. Permisi, kami mau mencari peralatan bayi,” pamit Denis yang lalu menuntun Maria untuk memasuki toko.Istrinya Hanif pun ikut mengekor sambil menarik Hanif untuk segera masuk ke dalam toko. Namun, lelaki itu me
Maria tersipu malu saat bangun keesokan harinya. Dia merasa berbunga-bunga karena telah menjadi seorang istri yang utuh bagi Denis. Dia menutupi tubuhnya yang polos dengan handuk yang terserak di lantai.“Mbak, Mbak Maria.” Terdengar panggilang dari Bi Noneng.“I-iya, Bi?” Maria gegas membuka pintu itu sedikit. Ternyata wanita itu tengah menggendong Amanda yang habis menangis.“Astagfirullah, Sayang maafin Mama,” ujar Maria yang langsung membuka pintu dan mengambil Amanda dari tangan Bi Noneng.Wanita paruh baya itu tak sengaja melihat ke dalam kamar di mana ada Denis yang masih terlelap di atas kasur milik Maria.“Eh.” Maria tampak malu karena kepergok telah sekamar.Bi Noneng malah tersenyum dan mengelus pundak Maria. “Sudah sewajarnya, toh? Pak Denis itu suamimu, Mbak. Dia seperti orang gila sewaktu Mbak Maria pergi dari rumah. Dia sering melamun dan gelisah,” ucapnya.“Kalian berhak bahagia. Saya ikut senang, Mbak,” pungkasnya sebelum beranjak pergi.Maria masih terpaku setelah me
Maria gegas menyilangkan kedua tangan pada dua area sensitifnya. Dia begitu malu dengan perlakuan Denis padanya. Maria hendak jongkok untuk mengambil lagi handuknya, tetapi tangan Denis lekas menahannya.Maria mendongak melihat pada lelaki yang menggelengkan kepalanya. Denis lalu menarik Maria agar kembali tegak berdiri.“Ba-pak, saya ….” Wajah Maria sudah merah saking malunya.“Ini bukan pertama kali kamu melakukannya, bukan? Seharusnya aku yang mesti malu, karena ini adalah hal yang pertama buatku,” ucap Denis yang semakin membuat Maria tersipu malu. Wanita itu menunduk dalam.“Saya … rasanya tidak pantas untuk Bapak. Saya ini hanya perempuan miskin pembawa sial,” ucap Maria dengan suara tercekat. Namun, Denis justru menarik dagu Maria agar kembali menatapnya.“Aku akan buktikan jika kamu adalah wanita yang penuh keberuntungan,” balas Denis dengan tatapan lekat. Dia berusaha memupuk cinta itu agar semakin subur. Maria bukan wanita yang sulit untuk dicintai. Wanita itu begitu tulus
Maria hanya diam selama perjalanan. Dengan hati terpaksa Maria ikut pulang dengan Denis. Mau bagaimana lagi, Amanda tak bisa lepas darinya. Anak itu menangis keras saat Maria menyerahkan pada Denis.Entah apa yang akan terjadi nanti, mungkin Maria akan minta Denis untuk mencarikan baby sitter baru, lalu dirinya akan meminta cerai dan pergi.Denis sesekali melirik ke samping kirinya dan melihat Maria yang memangku Amanda yang tertidur lelap.“Kamu sudah makan?” tanya Denis yang merasa kasihan sekali melihat istrinya itu begitu kurus.Maria mengangguk pelan.“Makan apa?” telisik Denis penasaran.Maria terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Aku makan bubur sisa Amanda tadi.”Denis memejamkan matanyanya sejenak dan menggeleng. Pantas saja wanita itu begitu kurus, karena hanya makan makanan sisa anaknya. Lelaki itu beristigfar dalam hatinya.Benar kata Amanda, jika Maria adalah wanita terbaik yang bisa menggantikannya.“Kita makan dulu,” ujar Denis lalu membelokan mobilnya menuju sebu
Fery segera membuat pengumuman orang hilang dan menyebarnya di berbagai media sosial. Dia yakin cara itu akan jauh lebih mudah dilihat orang-orang saat ini.Dia juga menjanjikan akan memberi imbalan yang besar bagi yang memberikan kabar tentang keberadaan Maria seperti dulu.Fery sangat khawatir dengan nasib Amanda juga pengasuhnya itu.Maria hanya wanita lemah yang membawa seorang bayi. Dia yakin akan susah untuk mendapatkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan.Saat ini Maria sedang menyetrika di sebuah rumah. Sementara Amanda duduk sambil memainkan boneka usang yang ditemukan Maria di tempat sampah. Boneka monyet yang dia ambil dan dicuci sampai bersih, lalu dia berikan untuk mainannya Amanda.Beruntung anak itu sangat baik dan tak banyak rewel. Asal sudah kenyang maka tak akan ada lagi rengekan.Setiap hari Maria mengutamakan perutnya Amanda sebelum dia yang makan. Asalkan Amanda sudah kenyang, maka dia akan memakan sisanya, walaupun itu hanya bubur nasi.Tubuh Maria semakin kurus
Mobil Denis meluncur cepat menuju kontrakan Fany. Dia merasa yakin jika Maria akan pergi dan menginap di sana.Denis memukuli handel stirnya saking tak sabar. Jalanan dipadati kendaraan, sehingga macet.“Sial! Kenapa malah macet segala!” rutuk Denis sangat kesal. Berulang kali dia melirik pada jam yang melingkar di tangannya, sudah hampir jam 9 malam.“Mudah-mudahan saja Maria benar ke rumahnya Fany. Kalau tidak ….” Denis bahkan tak mampu melanjutkan kalimatnya sendiri. Dia khawatir jika terjadi apa-apa pada Maria juga Amanda.Mobilnya perlahan melaju, hingga akhirnya menemukan persimpangan, Denis memilih jalan lain yang tidak macet walaupun lebih jauh.“Huuft!” Dia mengembus napas kasar. Kemacetan telah membuatnya hampir kehilangan akal sehat.“Jakarta semakin hari semakin macet aja. Mengerikan!” umpatnya kesal. Namun, sekarang mobil itu sudah melaju kencang menuju kontrakan Fany yang jaraknya tak jauh lagi.Denis memarkir mobil sembarangan. Dia membanting pintu dan melangkah cepat
“Bagaimana kamu bisa ada di sini?” tanya Denis terperanjat turun dari tempat tidurnya.“Aahh, semalam, kan, aku anter kamu pulang ke sini. kenapa kamu lupa?” Irene malah menguap.“Sial!’ umpat Denis yang langsung pergi ke kamar mandi.“Kamu cepat pakai baju dan pulang!” usir Denis sambil membanting pintu kamar mandinya.Irene justru semakin berleha-leha di atas tempat tidur. Namun, rasa haus menyiksa tenggorokannya. Dia lalu bangkit dan turun. Sambil celingak-celinguk dia mencari dapur. Lalu, matanya menangkap sosok Maria yang sedang menyiapkan sarapan.“Hei, kamu pembantu di sini?” tanya Irene sambil memainkan rambutnya. Maria meliriknya dengan hati yang teramat sakit. Irene hanya mengenakan pakaian seadanya.“Iya, Mbak. Mau sesuatu?” tanya Maria dengan sopan.“Aku haus,” jawab Irene yang kemudian duduk di kursi makan.“Tunggu sebentar, saya ambilkan air,” kata Maria yang berbalik menuju dapur dan tak lama kembali dengan segelas air putih.“Silakan diminum, Mbak,” ucap Maria sambil m
Meski tahu jika Denis sama sekali tak menganggapnya seorang istri, tetapi bagi Maria sikap Denis yang seperti itu tetap saja keterlaluan dan melukai harga dirinya sebagai istri. Apalagi sekarang Denis sudah berani membawa wanita lain ke rumah mereka.Maria tak bisa memejamkan matanya. Hatinya gelisah memikirkan apa yang tengah dilakukan dua insan berlainan jenis itu di kamar suaminya.Amanda sudah tidur sejak tadi setelah kenyang menyusu, tetapi Maria tak bisa ikut terlelap padahal badannya sangat lelah.Maria menatap sendu pada Amanda. Jika bukan karena rasa sayangnya pada anak itu, mungkin dia sudah memilih untuk kembali melarikan diri dan menghilang saja.Maria keluar dari kamarnya dan mengendap mendekat ke kamar Denis. Ingin rasanya mendobrak pintu kamar itu dan menyuruh wanita yang datang bersama Denis itu untuk pergi. Namun, hatinya masih tak berani melakukannya.Rasa pedih dan tak berdaya membuatnya luruh dan bersimpuh di lantai dingin itu dengan air mata yang berderai.Kemudia
Pagi-pagi Denis seperti biasanya hendak sarapan setelah bersiap dengan setelan kerjanya. Maria sengaja menyiapkan sendiri sarapan untuk lelaki yang kini menjadi suaminya. Walaupun dia tahu jika Denis tak akan pernah menganggapnya sebagai seorang istri, tetapi bagi Maria kewajiban tetaplah kewajiban.“Ke mana Bibi? Kenapa kamu yang nyiapin sarapan?” tanya Denis sambil menarik kursi.“Mmh, ada. Bibi lagi beresin perabotan bekas masak,” jawab Maria ragu-ragu.“Lain kali biar si Bibi aja yang nyiapin sarapan. Kamu urus Amanda saja,” kata Denis.Maria mengangguk pelan tak bisa mendebat.“Ingat, pernikahan ini hanya status saja, Maria. Jangan kamu anggap serius. Tidak perlu kamu melayani aku seperti seorang istri. Mengerti?” Denis kembali mengingatkan.“Iya, pak. Saya mengerti. Tapi maaf, saya di sini hanya sebagai pelayan, karena itu saya juga berkewajiban melakukan apapun sebagai pelayan,” sahut Maria dengan suara yang parau.“Hmm, baiklah. Tapi … saya harap kamu tidak melalaikan tugas
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments