Home / Romansa / Menjadi Tawanan CEO Dingin / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Menjadi Tawanan CEO Dingin: Chapter 71 - Chapter 80

100 Chapters

Bab 71

"Kamu ngapain ke sini?" tanya Daffa.Ghea menjawab, "Aku ... aku cuma dengar kamu ngerayain ulang tahun di sini, jadi aku mau datang lihat kamu."Suasana di luar kamar sempat hening beberapa detik, lalu suara Ghea kembali terdengar. "Kak Daffa, maaf ya ... aku ganggu kamu sama Kak Aura, ya? Andai aku tahu, aku nggak akan datang."Aura mendengus dalam hati. Dia benar-benar muak dengan trik gadis polos ala Ghea yang pura-pura tidak tahu apa-apa.Masalahnya, Daffa justru selalu termakan akting semacam itu. Wajahnya yang tadi muram pun sedikit melunak. Dengan suara pelan dia berkata, "Ini bukan salahmu."Aura merasa belum cukup puas. Dia pun menoleh dan mengintip dari lubang pintu.Tepat saat itu, dia melihat Ghea berjalan mendekati Daffa dan menatapnya dari bawah dengan pandangan lembut. "Kak Aura memang orangnya agak emosional, jangan marah sama dia ya."Wajah Ghea mungkin biasa saja, tapi matanya memang senjata pemungkas. Setiap kali menatap orang, selalu terkesan lemah dan mengundang s
Read more

Bab 72

Sialnya, kepalanya juga terbentur. Rasa sakit itu langsung menyapu sisa kantuk di kepala Aura dan membuat pikirannya jadi jauh lebih jernih."Aduh ..." Dia mengusap pelan pelipisnya yang nyut-nyutan, lalu refleks menoleh ke arah Jose yang duduk tenang di sofa. Pria itu masih dengan ekspresi yang sama seperti tadi. Bahkan ketika melihat Aura terjatuh, matanya tidak menunjukkan kepedulian sedikit pun.Entah cuma perasaannya saja atau bukan, Aura merasa dia bahkan sempat melihat pria itu menyunggingkan sudut bibirnya sedikit seolah-olah senang melihat orang celaka.Aura mengepalkan bibir, lalu bangkit dan berjalan masuk ke kamar mandi. Begitu menatap cermin, dia melihat pelipisnya tampak memerah akibat benturan tadi. Sepertinya, pakai riasan pun tidak akan bisa menutupi bekas itu sepenuhnya.Aura mengernyit, lalu mencuci muka seadanya. Setelah itu, dia mengenakan pakaian dan keluar dari kamar mandi.Jose tidak berkata apa-apa. Aura pun seolah tidak melihatnya. Dia mengambil tasnya dan ber
Read more

Bab 73

"Aura, akhirnya pihak Alatas Heir menyetujui proyeknya. Urusan kita ini akhirnya beres juga. Selanjutnya tinggal eksekusi langsung," ujar Lulu sambil bersandar di meja kerja Aura dengan lega.Aura bahkan belum sempat duduk. Mendengar hal itu, dia pun tertegun sejenak."Kapan itu dikonfirmasi?""Tadi pagi," jawab Lulu sambil menyerahkan berkas ke arahnya. "Nih, ini versi finalnya. Kalau nggak ada masalah, aku suruh tim langsung lanjut ke tahap pelaksanaan, ya?"Aura diam sebentar, lalu tersenyum sambil berkata, "Oke."Sejak kejadian malam itu di klub, sudah sekitar sepuluh hari berlalu. Jose benar-benar menghilang dari hidupnya. Dia tidak lagi muncul atau menghubunginya, seolah-olah tak pernah ada apa-apa di antara mereka.Jose memang orang yang benar-benar bisa melepas sesuatu tanpa beban.Aura menggigit pelan bibir bawahnya. Padahal ini kabar baik, tapi entah kenapa, ada perasaan aneh di hatinya.Lulu yang tidak mengetahui isi pikiran atasannya, langsung mendekat dan bertanya, "Bu Aur
Read more

Bab 74

Aura menenggak lagi satu tegukan besar. "Nggak ada komentar."Akhirnya, saat mabuk mulai menyerang dan kepalanya terasa melayang-layang, Efendi pun mengantarnya pulang.Begitu sampai di gerbang vila, Aura sempat goyah dan hampir terjatuh. Efendi dengan sigap langsung menahan tubuhnya.Setelah berdiri tegak kembali, dia mendorong Efendi pelan dan mengucapkan terima kasih, "Sudah, aku bisa naik sendiri. Sudah malam, kamu pulang aja."Efendi mendecakkan lidahnya dan menggoda sambil bercanda, "Wah, habis dipakai langsung dibuang? Nggak diajak naik buat duduk sebentar?" Efendi memang selalu suka bercanda. Namun, karena Aura sudah mabuk berat, dia pun masuk ke rumah tanpa menoleh dan menutup pintu dengan suara keras.Efendi pun akhirnya kembali ke mobil dan pergi.Yang tidak mereka ketahui adalah, dari kejauhan, sebuah kamera diam-diam merekam momen ketika Efendi memegangi Aura.Keesokan paginya, tepat di hari Sabtu.Aura bangun kesiangan. Namun bukan karena alarm, melainkan karena satu embe
Read more

Bab 75

Menatap punggung Anrez yang menjauh, Aura mendecakkan lidahnya perlahan.Sudah menjual anak demi kehormatan, sekarang sikapnya malah sok benar? Kalau ada kompetisi untuk muka tembok, Anrez pasti juara satu. Dia bahkan ingin bertepuk tangan untuk ketebalan muka ayahnya itu.Setelah diam sejenak di tempat tidur, Aura akhirnya bangkit perlahan. Sambil melirik ke arah pembantu, dia berkata, "Ganti semua seprai dan perlengkapan tempat tidur ini."Sang pembantu mengangguk cepat dan segera berlalu. Sementara itu, Aura masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan bersih-bersih. Setelah mengeringkan rambut dan mengenakan pakaian kasual seadanya, dia turun ke lantai bawah.Begitu sampai di ruang tamu, dia langsung melihat Daffa duduk di sofa dengan ekspresi dingin. Sementara itu, Anrez berdiri di sampingnya sambil tersenyum menyanjung. Ekspresinya bahkan lebih rendah hati daripada masa-masa saat dulu Aura masih mengagung-agungkan Daffa.Aura hanya bisa berpikir dalam hati. Mungkin akhir-akhir ini
Read more

Bab 76

Aura tersenyum padanya. "Satu-satunya penjelasan dariku adalah aku dan Efendi nggak punya hubungan apa-apa."Kalau dengan pria lain, ya ... belum tentu.Dia berpikir sejenak, lalu meneruskan, "Coba pikir baik-baik dulu, mungkin belakangan ini kamu menyinggung seseorang?""Kamu manfaatin aku dan Efendi buat bikin isu, bukankah itu malah membuatmu malu sendiri?" Aura tersenyum lagi, berusaha terlihat polos saat menatap Daffa. "Jangan-jangan ini ulah pesaing kalian?""Masalahnya sih nggak besar, tapi kok bisa viral banget? Jelas-jelas ada yang main belakang."Padahal tanpa berpikir panjang pun, Aura tahu ini pasti ada hubungannya dengan Ghea. Wanita ini hanya ingin menyingkirkannya supaya bisa naik posisi.Ya sudah, biar Daffa saja yang mencari tahu. Nanti setelah ketahuan pelakunya adalah Ghea, Aura ingin melihat seseru apa drama yang ada.Bagaimanapun, tindakan Ghea ini tidak ada bedanya dengan menginjak-injak martabat Daffa dan Keluarga Santosa. Setelah memikirkan itu, suasana hati Aur
Read more

Bab 77

Hari ini adalah hari ibunya Lulu menjalani operasi, jadi dia harus hadir.Di jalan, Aura membeli satu keranjang buah dan satu keranjang bunga. Saat tiba di rumah sakit, Lulu tampak berdiri sendirian di depan ruang operasi, wajahnya terlihat panik dan cemas.Begitu melihat Aura, Lulu seperti menemukan pegangan hidupnya."Aura, aku takut," kata Lulu yang menggenggam tangan Aura erat-erat. Ini adalah momen penentu segalanya.Aura mencoba menenangkan, "Tenang, ibumu orang baik, Tuhan pasti melindunginya. Operasinya pasti berhasil, jangan khawatir."Walaupun berkata seperti itu, Aura tahu bahwa operasi ini bukan operasi kecil. Untuk mengalihkan perhatian Lulu, dia mengajak Lulu duduk dan mulai mengobrol soal pekerjaan.Untungnya tidak lama kemudian, pintu ruang operasi terbuka dan dokter pun keluar. "Operasinya berjalan sangat baik. Tapi, kondisi pasien harus sangat diperhatikan. Jangan sampai kecapekan lagi."Lulu langsung menghela napas lega. Dengan mata memerah, dia terus mengucapkan ter
Read more

Bab 78

Saat Aura pulang ke rumah, Anrez sedang duduk di taman.Begitu melihatnya, alis Anrez langsung berkerut. "Kenapa pulang secepat ini? Nggak jalan-jalan lebih lama sama Daffa?"Aura ingin sekali membungkam mulutnya itu. Dia berhenti sejenak, lalu akhirnya tetap menyindir. "Ayah, akhir-akhir ini perusahaan lagi ada masalah ya?"Tangan Anrez yang memegang cangkir teh langsung membeku. Dia menoleh dan melotot pada Aura. "Kamu nggak bisa harapin yang lebih baik ya?"Aura hanya tersenyum tipis. "Bukan begitu, aku cuma lihat Ayah semangat banget dalam menjual anak demi kehormatan. Aku kira perusahaan kita sudah mau bangkrut."Mulutnya memang pedas dari dulu.Begitu ucapan itu dilontarkan, Anrez langsung marah besar dan melemparkan cangkir teh ke arah Aura.Namun, bagi Aura, tindakan itu seperti reaksi orang yang kepergok dan merasa malu. Dia pun tetap tenang, membungkuk untuk mengambil cangkir yang jatuh, lalu meletakkannya kembali di atas meja.Senyumannya sangat manis saat berujar, "Satu set
Read more

Bab 79

Begitu bicara sampai di situ, Aura tidak melanjutkan. Dia hanya mengangkat cangkir teh di depan dan meneguknya sampai habis.Dia bukan orang bodoh. Anrez sangat mementingkan harga diri. Dia ingin tampil sebagai ayah yang berwibawa dan berkuasa.Sekarang Anrez sudah minta tolong padanya, jadi atau tidak itu urusan belakangan. Yang jelas, Aura harus mendapat keuntungan dulu darinya.Benar saja, setelah mendengar perkataan Aura, wajah Anrez langsung terlihat penuh harapan. Dia buru-buru bertanya, "Hanya saja apa?"Gaya Anrez ini sama sekali tidak terlihat seperti pemimpin perusahaan besar. Pantas saja setelah kepergian ibunya, Grup Tanjung hampir hancur di tangan Anrez. Kalau bukan karena fondasi kuat yang ibunya bangun dulu, perusahaan itu mungkin sudah bangkrut sejak lama.Aura merasa agak sedih, tetapi juga geli. Ibunya jelas-jelas adalah wanita yang cerdas dan luar biasa. Dia benar-benar tak habis pikir, kenapa ibunya bisa jatuh ke tangan pria seperti Anrez, yang hanya tahu menghancur
Read more

Bab 80

"Kak Daffa, aku datang hari ini karena ingin kasih kamu hadiah." Ghea mengeluarkan sebuah kotak yang dibungkus dengan rapi, lalu menyerahkannya ke Daffa. "Buka dan lihatlah."Daffa sempat mengernyit, menatap kotak itu selama beberapa detik. Pada akhirnya, rasa penasaran mengalahkan rasa enggannya. Dia pun membuka kotak tersebut.Begitu melihat isi di dalamnya, wajah tampannya langsung berubah suram."Apa maksudnya ini?" Daffa mengangkat selembar hasil laporan dari dalam kotak itu dan menggoyangkannya di hadapan Ghea. Tak ada sedikit pun ekspresi terkejut atau bahagia di wajahnya.Ghea menggigit bibirnya. "Kak Daffa ... aku hamil. Ini anak kita. Lihat, sudah mulai terbentuk ....""Cukup!" Daffa langsung menyelanya dengan dahi berkerut. "Langsung saja, kamu mau berapa?"Ghea menatapnya dengan mata membelalak, tak percaya. "A ... apa?"Daffa mengeluarkan sebatang rokok, menyalakannya, lalu mengisapnya perlahan. Dengan nada malas, dia berkata, "Sebut saja angkanya, lalu lakukan aborsi."Gh
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status