All Chapters of Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun: Chapter 31 - Chapter 40

57 Chapters

Bab 31 - Ucapan Terimakasih

Zhu Long melirik sekilas ke arah Yin Hui. Tatapannya lembut, penuh rasa syukur. Dalam hati, ia menghela napas panjang. 'Wanita ini... jauh lebih baik dan peduli dibanding Qin Lan. Kenapa Zhu Long dulu begitu buta? Kenapa tak pernah meliriknya walau hanya sekali? Sialan.' batinnya seolah mengutuk Zhu Long yang asli. Ada penyesalan yang menyelinap diam-diam di balik senyumnya, penyesalan yang datang terlambat ketika luka telah kadung terbuka. Dengan gerakan penuh hormat, Zhu Long menangkupkan kedua tangan di depan dada, membungkuk sedikit. "Kakak senior, aku harus mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Jika bukan karena campur tanganmu, aku mungkin sudah dihukum oleh Dewan Tetua. Entah seperti apa nasibku sekarang jika kau tak bertindak." ucapnya sambil menunjukkan simpul senyumnya. Yin Hui menanggapi dengan senyum lembut yang seolah bisa mencairkan dinginnya es di kutub utara. "Tak perlu berterima kasih, adik junior. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan," uc
last updateLast Updated : 2025-04-19
Read more

Bab 32 - Menutup Tujuh Jalur Meridian

Tiga botol ramuan tergeletak rapi di hadapan Zhu Long, masing-masing mengeluarkan cahaya samar yang memantulkan energi spiritual ke sekeliling ruangan seperti cahaya lentera di tengah kabut. Ramuan Sheng Jing, Ling Si, dan Xing Lu—tiga nama ramuan obat yang dikenal di antara para alkemis sebagai ramuan berkualitas yang berguna untuk perkembangan kultivasi seseorang. Ketiga ramuan ini bukan ramuan obat biasa yang bisa diminum begitu saja. Ketiganya diramu dengan teknik khusus dan harus dikonsumsi secara terpisah agar tidak saling mengganggu efek satu sama lain. Namun kali ini, Zhu Long justru memilih langkah yang benar-benar berani—atau bisa dibilang nekat. Ia meneguk ketiganya sekaligus, tanpa ragu sedikit pun. Ramuan Sheng Jing (Esensi Ilahi) adalah ramuan yang mengandung energi spiritual langit dan bumi dalam jumlah melimpah. Namun kadar energi spiritual langit dan bumi yang tersimpan di dalamnya sangat kasar, tak semurni kandungan energi spiritual dalam batu roh. Jik
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Bab 33 - Teknik Terlarang

Di dunia kuktivasi ini, bakat memang di tentukan oleh warna akar roh, sementara akar roh itu sendiri mewakili jalur meridian yang dapat dibuka setiap orang. Jika mampu membangkitkan akar roh ungu, maka sudah dipastikan orang itu memiliki delapan jalur meridian yang terbuka sejak lahir, tanpa harus repot-repot melewati proses pembukaan yang cukup memakan waktu. Tapi selain itu akar roh hitam jauh lebih luar biasa dangan potensi tak terbatas. Dimana jalur meridian mereka sepenuhnya terbuka hingga meridian ke sepuluh, yang berarti ini adalah bakat langka yang mewarisi berkat Dewa sejak lahir. Dan akar roh emas, itu hanya ada dalam legenda, yang konon katanya jika memiliki bakat seperti itu, tak hanya dapat membangkitkan seluruh jalur meridian utama, tetapi juga mampu menerobos hingga beberapa ranah dalam sekali kultivasi. Namun di luar semua itu terdapat beberapa cara agar seseorang dengan bakat di bawah akar roh hitam mampu mencapai atau membuka meridian ke sembilan hingga ke beber
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Bab 34 - Terobosan Pesat

Waktu terus berlalu. Hingga mentari yang tadi hanya menggeliat di balik cakrawala kini telah mencapai titik tertingginya, menggantung tepat di atas langit biru cerah dengan sedikit sentuhan awan putih. Cahaya keemasan menyinari seluruh wilayah sekte Linjian, menyapu lembut puncak-puncak gunung dan paviliun yang berdiri megah. Di dalam sebuah ruangan kediamannya, Zhu Long masih duduk dengan tubuh basah oleh keringat. Zhu Long, tampak menggertakkan gigi seraya menahan rasa sakit yang menyalak dari dalam tubuhnya. Suaranya nyaris tak terdengar, namun napasnya berat dan terputus-putus, seolah bertarung dengan badai tak kasat mata yang menghancurkan tubuhnya dari dalam. Ia tahu proses membangkitkan meridian ke sembilan itu hampir selesai. Dan sekarang, saat yang paling genting tiba—membuka kembali tujuh jalur meridian yang sebelumnya ia segel secara paksa. Dengan segel tangan ia menotok kembali beberapa sisi di tubuhnya. Ketika semua meridiannya terbuka kembali, Zhu Long mulai meng
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Bab 35 - Hanya Satu Batu Roh?

Cao Cao menyeringai tipis, tatapannya menyapu Zhu Long dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan pandangan meremehkan yang tanpa malu ia tunjukkan. "Mengambil jatah bulanan, ya?" katanya santai, seolah tidak peduli. "Baiklah," lanjutnya sembari membuka laci di bawah meja konter yang sudah kusam dimakan waktu. Dari dalam laci itu, ia mengeluarkan sebuah kantong kecil berbahan linen lusuh yang tampak sudah lama digunakan. Gerakannya malas, seperti sedang melemparkan tulang sisa kepada seekor anjing liar. Kantong itu diletakkan di atas meja dengan suara lembut namun penuh sarat penghinaan dalam bentuk diam. Zhu Long menatap kantong itu tanpa bergerak. Dahinya mengernyit, dan matanya memicing curiga. Aura halus dari kantong itu nyaris tak terasa. Ia tak butuh lebih dari dua detik untuk menyadari isi di dalamnya. Hanya satu batu roh tergeletak di dalamnya. Itu saja. Tangannya bergerak perlahan, membuka tali penutup dan membalikkan isinya ke telapak tangan. Sebuah batu kecil berwar
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more

Bab 36 - Tak Jauh Berbeda

"Apa!? Lima batu roh katamu!?" raung Cao Cao, suaranya meledak di tengah paviliun kecil yang seharusnya tenang itu. Wajahnya memerah, urat di lehernya menonjol saat ia melangkah maju, mendekat ke arah Zhu Long dengan gerakan mengancam. "Sudah kubilang, kau bukan siapa-siapa sekarang! Hanya sampah tak berguna! Berani-beraninya meminta lebih!"Nada suara Cao Cao seperti cambuk yang menghantam udara. Beberapa murid yang tengah melintas di dekat paviliun Paviliun Tian Dao segera menghentikan langkah, menoleh penuh rasa ingin tahu. Mereka tahu, biasanya tempat itu sunyi, hanya ramai ketika para murid datang mengambil jatah bulanan untuk menambah sumber daya kultivasi. Tapi kali ini, suara teriakan membuat suasana berubah tegang.Zhu Long berdiri tenang di hadapan pria paruh baya itu. Jubahnya sederhana, berbeda jauh dari jubah megah yang pernah ia kenakan saat masih menjadi murid kebanggaan sekte. Tapi sorot matanya… tetap sama. Penuh keteguhan dan harga diri yang tak bisa diinjak begitu
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more

Bab 37 - Emosi Yun Ling

Zhu Long menatap pemuda di hadapannya dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat. Ia hanya menatap dengan tenang yang nampak dingin, menambah rasa tak nyaman di dada siapa pun yang melihatnya. "Tapi seingatku," ujarnya perlahan, suaranya seperti desir angin musim dingin yang menusuk tulang, "bahkan orang biasa pun tetap memiliki hak yang sama... selama status mereka sebagai murid sekte belum dicabut." Setelah ucapan itu suasana terasa hening sejenakk. Angin seolah berhenti bertiup. Kalimat itu sederhana, tapi bobotnya menghantam pikiran seperti palu. Zhu Long berdiri tegak di tempatnya, tak menunjukkan tanda-tanda kelemahan. Tatapannya berubah. Kini mata itu seperti dua bilah pedang es yang menancap langsung ke hati lawan bicaranya. "Kultivasiku memang menurun... hanya karena dantianku rusak dalam sebuah kecelakaan. Tapi itu tidak berarti dapat mengubah statusku sebagai murid luar Sekte Linjian. Maka dari itu," ujarnya sambil menatap lurus ke arah Cao Cao, "aku tetap berhak m
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more

Bab 38 - Keterkejutan Yun Ling

Di mata banyak orang, Yun Ling adalah murid senior yang tenang, angkuh, dan berwibawa—sosok panutan yang selalu terlihat menguasai keadaan. Tapi sesungguhnya, di balik wajah datar dan angkuhnya itu, nyatanya emosinya sangat mudah tersulut, bahkan oleh hinaan sekecil apapun. Dan sekarang, di hadapannya, berdiri Zhu Long—pemuda yang dia anggap telah jatuh, tapi tetap tersenyum seolah tak peduli dengan apapun. Senyum yang mengembang di wajah Zhu Long seolah menusuk harga diri Yun Ling seperti jarum-jarum kecil yang menyakitkan. "Dari tadi kau hanya tersenyum... dan tatapan matamu itu benar-benar membuatku muak!" geram Yun Ling. Suaranya tak lagi bisa disembunyikan dari kemarahan yang membara. Aura energi spiritual mulai merembes dari tubuhnya, bagai uap panas yang membubung dari tanah kering. Udara di sekelilingnya terasa menegang, membuat beberapa murid sekte yang menonton dari kejauhan menelan ludah dan mundur perlahan. Dengan satu hentakan kuat dari kaki kirinya, lantai kayu d
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more

Bab 39 - Kedatangan Tetua Yong Lu

Di tengah ruangan aula paviliun Tian Dao yang dipenuhi dengan tekanan energi spiritual yang menggetarkan, Yun Ling berdiri tegak seperti jendral perang yang tak tersentuh. Tangannya menyapu dari samping tubuhnya dan bersatu kembali di depan dada, membentuk sebuah mudra. Cahaya biru muda yang terang menyelimuti telapak taanga itu, berkilauan seperti petir dalam badai yang terkonsentrasi. Rambut panjangnya dan jubahnya berkibar, menari liar di udara, digerakkan oleh aliran energi spiritual yang deras mengelilinginya. Matanya bersinar, bukan dengan kelembutan, melainkan dengan kilatan dingin, tajam, dan ganas—seolah ia sudah memutuskan untuk mengakhiri lawannya dalam satu gebrakan. "Junior Zhu," desisnya, suaranya pelan namun menohok. "Kau terlalu sombong dan menilai dirimu sendiri terlalu tinggi. Hari ini, jika aku tidak menghajarmu, kau tak akan pernah tahu di mana tempatmu berada." Nada suaranya kencang, tapi rahangnya yang mengeras dan otot-otot wajahnya yang menegang m
last updateLast Updated : 2025-04-23
Read more

Bab 40 - Kebijakan Seorang Tetua

Mendengar bantahan tenang itu, ekspresi Yun Ling mengeras. Tatapannya berubah dingin, mengandung tekanan samar, seolah mengisyaratkan bahwa ia tidak akan tinggal diam jika Zhu Long tetap bersikeras dengan ucapannya. Tetua Yong Lu, yang berdiri tak jauh dari mereka, mengangkat alis sedikit. Pandangannya tajam dan dalam, seperti hendak menembus ke dalam tatapan mata tenang Zhu Long, mencari jejak kebohongan di dalam matanya. "Hmm..." gumamnya pelan, lalu berkata dengan nada yang tenang tapi mengandung kewibawaan, "Sebagai murid dari Sekte Linjian, kalian seharusnya saling menopang dan menjaga keharmonisan, bukan saling bertikai seperti ini. Jikapun ada masalah pribadi, kalian bisa menyelesaikannya di atas arena yang adil." Ia melangkah maju, jubahnya bergoyang ringan mengikuti gerakan tubuhnya. Suara langkah kakinya menggema di aula kecil paviliun Tian Dao yang kini sunyi. "Katakan dengan jujur, apa yang sebenarnya terjadi. Jika tidak, kalian berdua akan menerima sanksi disiplin
last updateLast Updated : 2025-04-23
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status