Lampu-lampu di restoran Italia itu berpendar lembut, memantulkan senyum gugup Hazelt menunggu setiap kata yang hendak diucapkan oleh Charlie."Hazelt," suara Charlie menyadarkan kegugupannya. Sejenak pria di seberangnya menarik nafas panjang. "Aku... aku harus mengakui sesuatu padamu." Dia juga kelihatan sedikit gugup.Hazelt menelan ludah. "Ya, Charlie?" kata Hazelt, menyela pikiran berkecamuknya.Charlie menarik napas dalam-dalam, lalu menatapnya dengan lembut. "Sejak di hari Tuan Rich Trover menceritakan tentang dirimu, aku langsung menyukaimu, padahal kita belum pernah bertemu." Charlie tertawa kecil, terlalu basa-basi. "Ketika disaat rapat umum itu, aku benar-benar terpesona dengan kecantikan dan kecakapan kamu. Sejujurnya, aku begitu menyukaimu."Hazelt menelan ludah. Di bawah meja, tangannya meremas angin dengan erat.“Charlie, itu sangat manis,” jawab Hazelt, suaranya terdengar sedikit bergetar. Berusaha menahan senyumnya agar tidak terlihat dipaksakan. “Tapi, aku rasa kamu
Last Updated : 2025-04-11 Read more