“Bukan setan. Masih napak di tanah kakinya.”Tania menjambak adiknya kesal. Tapi berkat candaan adiknya itu, kedua matanya sudah terbuka lebar sekarang. “Ya udah, suruh tunggu!” Ia menutup pintu kamarnya dan bersiap. Tania segera berjalan ke ruang tamu setelahnya. Dari samping, Tania sudah mengenali siluet “tamu” itu. “Ck!” Ia melengos dan memilih untuk memutar arah. Sayang sekali, Anggi sudah melihatnya. “Ke sini, Tania!” Perintah sang ibu tak bisa ia abaikan. Apalagi ayahnya juga sudah ada di sana. Berat langkah Tania untuk melangkah mendekat. Pelototan Anggi yang membuat ia menyeret kedua kakinya. “Kenapa sih, Bu?” Tania memandang tamu di depannya jengkel. “Aku kan udah bilang enggak mau bicara lagi sama dia!” Gilang yang ada di samping Tania malah menunduk. Pria itu membuat ekspresi memelas–lengkap dengan puppy eyes andalannya. Sayang sekali, bukannya tersentuh, Tania malah ingin mencolok kedua mata Gilang. “Maaf, Bu.” Gilang mulai bicara. “Harusnya Ibu tidak perlu mema
Terakhir Diperbarui : 2025-04-06 Baca selengkapnya