Semua Bab Malam Penuh Gairah Bersamamu: Bab 11 - Bab 20

33 Bab

Bab 11

“Bapak mencari saya?” Tanya Tania saat ia masuk ke dalam ruang direktur. Entah kenapa Tania jadi sering sekali masuk ke ruangan ini. “Duduk,” ucap Rafael tanpa melihat wajah Tania.Rafael masih sibuk di kursi kebesarannya. Kedua netranya fokus pada dokumen yang ada di tangan. Jarinya sesekali menekan tombol keyboard laptop yang ada di atas meja direktur.Tania melirik ke kanan kiri. Rafael menyuruhnya duduk, dan tempat duduk terdekat adalah sofa di depan Tania. “Baik, Pak,” jawab Tania dengan suara pelan. Tania tak ingin mengganggu. Ia sendiri heran kenapa Rafael memintanya menghadap jika pria itu sendiri sedang sibuk. Entah waktu berjalan berapa lama, tapi Rafael hanya mendiamkannya di sana. Membuat Tania merasa tercekik dalam keheningan. Apa harusnya ia pura-pura pingsan saja agar bisa keluar cepat dari ruangan ini?“Maaf, Pak Direktur,” ucap Tania pada akhirnya. Ia tidak bisa bersabar lagi.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

Bab 12

“Ini manis,” ucap Tania seraya mengangkat tinggi gelas yang kini sudah kosong. Rafael memicing. Tania menghabiskan isi gelas itu dalam sekali teguk. “Aku harus coba yang lain juga.”Tak butuh waktu lama sampai Tania mencapai batasnya. Rafael jadi harus beranjak dari kursi, menghampiri Tania yang sekarang sudah menutup mata karena terlalu mabuk. “Kenapa kamu tidak belajar dari kesalahan yang lalu?” Rafael mengambil tempat duduk di sebelah Tania. Ia membiarkan Tania bergerak dan bersandar di sisinya. Tidak beda seperti saat mereka bertemu di bar malam itu. “Mau tidur?” Tanya Rafael lembut. Tangannya menyusuri rambut panjang Tania, membelainya pelan. Saat itu, Tania tidak menyahut, hanya menggumam dengan kata-kata yang tidak jelas. Kedua mata Tania tertutup, tapi kesadarannya belum pergi sepenuhnya. “Mau,” sahut Tania. “Aku mau tidur sama Pak Rafael sejuta kali.”Rafael mengusap wajahnya kasar. Kenapa Tania bisa memberikan jawaban seperti itu?“Kenapa?” Rafael berbisik pelan. “Ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

Bab 13

“Aku penasaran setengah mati.” Tania sudah menahan rasa ingin tahunya sejak kemarin. Ia sempat ingin bertanya pada Rachel yang mengantarnya.Namun, di saat terakhir, Tania urung melakukannya. Rachel saja mengira dirinya sudah pulang duluan, pasti manajernya itu tidak tahu apa-apa. “Aku lebih baik bertanya sendiri.”Tania sudah sampai di Grand Velora. Tugas pertamanya adalah mengantarkan sarapan untuk Rafael seperti perintah direktur itu kemarin. Kedua kaki Tania melangkah tegas di lorong Grand Velora. Ia berhenti tepat di depan kamar Rafael. Tangannya menyentuh bel layanan kamar sebelum mengetuk pintu pelan. Klik.Tania menahan napas saat melihat sosok Rafael di depannya. Seperti kemarin, direktur barunya itu hanya mengenakan jubah mandi saja. ‘Apa dia sedang memamerkan tubuhnya padaku lagi?’ ejek Tania dalam hati. Padahal harusnya hal itu tidak perlu dilakukan, mengingat Tania pernah melihatnya s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

Bab 14

“Tidak,” sahut Tania dingin. “Kita bertemu karena bekerja di tempat yang sama,” sambungnya. Tania sengaja berpaling. Ia tak berniat untuk menatap wajah sang mantan. Jijiknya belum hilang meski sudah mencuci muka berkali-kali. “Kalau begitu, kenapa kamu ke lobby?” Tanya Gilang curiga. “Yang pasti bukan untuk bertemu denganmu!” Ketus Tania. Ia kemudian menekan tombol untuk menahan pintu lift agar tetap terbuka. Jika Gilang ingin masuk ke dalam lift, maka Tania memilih untuk keluar saja. Tania melangkah pergi seolah ia memiliki tujuan pasti. Padahal ia hanya berdiri diam di balik pilar. Tania menunggu sampai pintu lift tertutup.“Dia sudah pergi, kan?” Tania mengintip sejenak sebelum keluar dari persembunyiannya. Ia menyempatkan diri menghela, lalu bersyukur saat mendapati lift itu benar-benar pergi bersama Gilang di dalamnya. “Aku bisa kena rabies kalau dekat dengannya,” gerutu Tania di depan lif
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

Bab 15

‘Lagi?!’ Tania memekik dalam hati. Apa Rafael tidak bosan mengganggu Tania? Karena Tania sendiri jengah mendengar nama Rafael. “Baik, Bu Rachel. Akan saya selesaikan secepatnya,” jawab Tania tanpa bantahan. Ia mengambil berkas yang ditunjuk oleh Rachel. Kakinya melangkah menuju ke meja yang ada di ruangan room service. Tania memilih tempat yang nyaman untuk menyelesaikan tugasnya. Ia mau semuanya cepat selesai jadi tak perlu membuat drama dengan berkunjung ke ruangan direktur setiap hari. “Aku kan bukan sekretaris!” Keluhnya kemudian. Lia yang baru kembali setelah mengantarkan pesanan jadi melirik ke arah Tania. “Tugasmu banyak?” Tanyanya kemudian. “Mau makan siang dulu, enggak?”“Mau aku ambilkan?” Sambung Lia. Teman Tania itu menatapnya dengan pandangan kasihan, membuat Tania akhirnya mengangguk. “Kalau tidak merepotkan.” Tania mengangkat kertas di tangannya. “Aku mau mengantarkan ini dulu.”Tania beranjak dari kursi. Ia gegas melangkah menuju lift, menekan tombol menuju ru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Bab 16

“Menurutmu aku punya waktu?” Ekspresi datar Rafael membuat ucapan pria itu jadi semakin menyebalkan. Tania menghela napas. Ia memasang senyum untuk menutupi kesalnya. “Selamat bekerja, Pak Rafael,” ucap Tania ramah. Tania menunggu sampai pintu lift tertutup sebelum berbalik ke ruang room service. Akhirnya ia bisa istirahat. “Tania!” Belum juga Tania duduk, ia sudah dipanggil lagi. Lia berdiri di depannya dengan membawa kotak makanan. “Cepat kamu makan. Ada banyak pekerjaan.”Tania ingin menolak. Perutnya masih kenyang. Namun, Lia terus memaksa. “Apa kamu marah karena aku sudah makan duluan?” Tanya Lia dengan wajah memelas. Terpaksa Tania menghabiskan makanan yang dibawa Lia meski perutnya terasa kenyang. Ia tidak mau membuat Lia kecewa, juga tak mau mengaku jika dirinya sudah makan di ruang direktur.“Ayo kerja lagi,” ucap Tania setelah menghabiskan makanan yang dibawa sang te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 17

“Bukan setan. Masih napak di tanah kakinya.”Tania menjambak adiknya kesal. Tapi berkat candaan adiknya itu, kedua matanya sudah terbuka lebar sekarang. “Ya udah, suruh tunggu!” Ia menutup pintu kamarnya dan bersiap. Tania segera berjalan ke ruang tamu setelahnya. Dari samping, Tania sudah mengenali siluet “tamu” itu. “Ck!” Ia melengos dan memilih untuk memutar arah. Sayang sekali, Anggi sudah melihatnya. “Ke sini, Tania!” Perintah sang ibu tak bisa ia abaikan. Apalagi ayahnya juga sudah ada di sana. Berat langkah Tania untuk melangkah mendekat. Pelototan Anggi yang membuat ia menyeret kedua kakinya. “Kenapa sih, Bu?” Tania memandang tamu di depannya jengkel. “Aku kan udah bilang enggak mau bicara lagi sama dia!” Gilang yang ada di samping Tania malah menunduk. Pria itu membuat ekspresi memelas–lengkap dengan puppy eyes andalannya. Sayang sekali, bukannya tersentuh, Tania malah ingin mencolok kedua mata Gilang. “Maaf, Bu.” Gilang mulai bicara. “Harusnya Ibu tidak perlu mema
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 18

“Ada pesanan wine untuk kamar suite.” Tania langsung berjalan menghampiri Lia. Ia sudah menunggu pesanan seperti ini sejak seminggu yang lalu. Seminggu lalu, Tania harus bersabar melayani sarapan Rafael pada shift paginya. Hari ini, saat ia mendapat shift malam, momen yang ia tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. “Aku saja,” ucap Tania sambil merebut kertas catatan dari Lia.“Aku yang akan mengantar,” sambung Tania. Tania merasa pesanan kali ini adalah pesanan dari Marcella. Tentu saja banyak pesanan wine untuk kamar suite yang masuk, tapi yang kali ini, sama persis seperti malam itu. “Kamu yakin?” Tanya Lia sekali lagi. “Kamu belum istirahat dari tadi.”“Aman,” jawab Tania cepat. Ia pun mengambil alih trolley makanan yang akan diantarkan. Tania melangkah cepat menuju ke dalam lift. Malam ini akhirnya tiba juga. “Aku enggak boleh ngelewatin kesempatan ini.” Tangan Tania dengan lihai menyelipkan handphone miliknya ke dalam trolley. Kameranya dalam posisi merekam video dan ia men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

Bab 19

“Kamu enggak mau pulang, Tania?” Lia sudah siap dengan tasnya. Shift malam mereka sudah berakhir. Pegawai shift pagi sudah datang dan bertugas. “Nanti. Aku mau mampir ke tempat lain dulu,” sahut Tania dengan senyum mengembang. “Kamu duluan aja.” Tania melambai pada Lia yang berpamitan. Senyumnya semakin lama semakin mengembang.Ia sudah mengecek hasil video semalam. Gambarnya bagus. Semua adegan, juga wajah pasangan perselingkuhan itu terlihat jelas. “Aku akan menunggu Pak Romi datang dan langsung memberikannya.”Tania menunggu di lobi hotel. Namun, sampai jam kerja dimulai, Romi tidak juga terlihat. “Apa aku melewatkannya? Apa Pak Romi masuk lewat pintu lain?” Tania bertanya-tanya. Ia jadi bimbang sendiri. “Aku langsung ke ruangannya saja kalau begitu.” Tania beranjak dari sofa di ruang tunggu lobi. Ia hendak melangkah sebelum tangannya ditarik oleh seseorang. “Kok pergi?” Gilang berdi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

Bab 20

“Aku tidak memiliki kesempatan sama sekali!” Tania mengeluh tak senang. Minggu sudah berganti, tapi ia tidak sekali pun melihat keberadaan Romi di Grand Velora. “Kesempatan apa? Kamu mau istirahat?” Tanya Keisha. Kali ini Keisha yang menjadi teman kerja Tania di shift sore. “Enggak,” elak Tania. “Aku belum lelah. Kamu mau istirahat duluan?”Keisha menggerakkan kakinya yang terasa kram. “Kayaknya. Aku perlu istirahat sebentar.”Tania mengangguk tidak keberatan. “Istirahat aja. Biar aku yang stand by.” Tak lama kemudian, masuk sebuah pesanan. “Makanan untuk anak-anak,” gumam Tania pelan. Memang sudah masuk jam makan malam, tapi masih awal. Mungkin karena makanan yang dipesan untuk anak-anak, jadi jam makannya berbeda. “Biar aku saja yang antarkan.”Tania mendorong trolley makanan menuju lift. Setelah lift berhenti, dia segera turun dan berjalan ke kamar suite. Lantai u
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status