Semua Bab Malam Pertama dengan Dosenku: Bab 31 - Bab 40

56 Bab

Pengakuan Mama

Setelah berkata begitu, dia kemudian membuka lemari. Mengambil beberapa lembar pakaian miliknya dan milikku lalu memasukkannya ke dalam koper. Dia kemudian membuka lemari kecil milik Rayyan, mengambil pakaian mungil secara keseluruhan dan memasukkan ke dalam tas yang lain. Aku hanya berdiam diri, tak bergerak sedikit pun. Lebih tepatnya aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi? Pintu kamar diketuk dua kali, aku beranjak membuka pintu. Sementara pria itu masih sibuk membereskan isi koper. "Kai." Suara itu penuh getar hebat. Aku terpaku, melihat mama mertua melangkah setengah berlari mendekati sang putra. "Tolong, Kai. Maafkan Mama kali ini. Mama punya alasan melakukan itu semua." Mama berusaha meraih tangan pria itu yang masih sibuk. "Kai, kamu dengar Mama, Nak?" Mama kembali bersuara karena tidak ada resposn dari putranya. Pria yang berstatus suamiku itu, menghentikan aktifitasnya. "Kapan saya nggak dengarin Mama. Tolong kasih tahu Kai, k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-09
Baca selengkapnya

Kecewa

PoV KaivanHari ini Mama telepon minta dijemput di Bandara. Karena tak sabar ingin mengkonfirmasi Mama tentang hubungannya dengan Arga, aku tak menunda waktu saat Mama mengirim pesan.Tanpa sadar aku mengabaikan Alya yang tak kutahu tadi mengatakan apa saat terakhir kali sebelum aku meninggalkan rumah."Kamu kenapa sih, Kai? Dari tadi diem aja. Kamu marah sama Mama?" tanya Mama karena aku memang sejak tadi aku tak membuka suara. Aku bergeming. Tetap menatap ke depan seolah sedang benar-benar fokus mengemudi."Kai!" Mama sedikit membentak karena tak mendapatkan tanggapan dariku. "Mama kenapa bebasin Arga?" ucapku tanpa basa-basi.Kulirik sekilas pada Mama. Dia mengerutkan dahi."Maksud kamu?" tanyanya seolah tidak paham apa yang kukatakan. Namun, aku yakin Mama hanya pura-pura tidak paham."Mama paham maksudku," jawabku kemudian."Mama menatapku lekat, aku bisa memastikan itu hanya dengan lirikan kecil aja." Kamu mata-matain Mama?" tanya kemudian. Bagiku pertanyaannya sekaligus sek
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

Janji

POV ALYA"Maaf, Nak. Mama tidak berniat untuk merusak mimpi dan kehidupanmu, Sayang."Setelah mendengar kalimat itu bulu kudukku serasa meremang. "Maksud Mama apa?" tanyaku pelan tapi cepat."Mama ... Mama yang merencanakan semua. Pertemuanmu dengan Kaivan, semua Mama yang atur. Kejadian di hotel antara kamu dan Kai,... itu semua ...." Mama menghela napas dalam, kemudian melanjutkan bicara. "Itu semua Mama yang atur."Aku melepaskannya genggaman tangan Mama. Aku mencoba mencerna kata demi kata yang terucap dari bibir wanita paruh baya itu. Aku berdiri. Apa dia bilang tadi? Apakah itu artinya Mama yang ada di balik kesalahan yang terjadi di antara kami. Mama yang berada di belakang Pak Arga? Jadi, persaingan antara Pak Arga dan Pak ... ah maksudku Mas Kaivan itu hanya kamuflase. Yang sebenarnya ada adalah ambisius Mama yang ingin memiliki cucu?"Kenapa Alya, Ma?" tanyaku pelan, "Apa Alya pernah melakukan kesalahan?"Mama menggeleng."Karena kamu punya kualitas menantu yang Mama ingin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

Jangan Bawa Mereka Pergi (PoV Kaivan)

PoV Kaivan.Dengan langkah berat aku meninggalkan Alya yang masih terpaku dalam diam. Sekali lagi aku menoleh, berharap dia mengurungkan niat untuk mengusirku."Tidak apa-apa, Kai. Dia hanya mengusirmu dari kamar, bukan dari kehidupannya." Aku mencoba menghibur hati sendiri.Mama berdiri di depan pintu saat aku sampai di luar. Aku melengos, melewati wanita yang talah melahirkanku itu tanpa berkata apa pun. "Kai, gimana Alya?" tanya Mama menyejajarkan langkah denganku. Aku bergeming tak ingin mencipta sepatah kata pun. "Kai, kamu dengar Mama gak sih?“ desaknya kemudian.Akan tetapi, aku masih setia bergeming. Hanya terus melangkah tanpa tujuan. Akhirnya aku pun sampai di pintu samping rumah yang langsung menghadap pada koleksi tanaman hias milik Mama. Malam ini tampak cerah dengan taburan bintang mewarnai langit. Berbanding terbalik dengan hatiku sekarang."Kai." Sentuhan lembut mendarat di bahuku. Aku tak ingin menyahut atau menanggapi. "Alya maafin Mama kan, Kai?" tanyanya lirih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

Yang Tak Biasa

Pov KaivanKamar sudah gelap saat aku sampai di sana. Hanya menyisakan lampu tidur, hanya cahaya remang-remang. Aku menyingkirkan dua koper yang tadi sudah kuisi pakaian kami. Kemudian meletakkannya di sisi kiri lemari. Kulihat Alya tengah berbaring miring, menghadap pada bayi Rayyan yang tengah menyerap nutrisi dari tubuhnya. Perlahan aku duduk di tepi ranjang. Ragu, aku menyentuh bahunya pelan. Berharap tidak ada lagi penolakan.Saat tak ada respons penolakan, aku melanjutkan dengan pijatan kecil di bahunya. Dia masih bergeming. Aku pun juga. Tidak tahu bahasa apa yang harus kucipta. Sampai akhirnya Rayyan melepas tautannya dan kembali tertidur, kami masih dikuasai kesunyian.Aku berinisiatif untuk mengambil Rayyan dari sana, kemudian memindahkan box khusus untuknya. Rayyan biasanya akana tidur lebih nyenyak bila di sana. Aku kembali pada Alya yang masih berada di posisi yang sama. Aku menghela napas dalam."Al." Pelan suara menyerukan namanya. Dia tak beringsut sedikit pun.Ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

Kepergok Mesra

Pov AlyaAku sedikit mendorong tubuhnya ketika serangan itu datang tiba-tiba. Serangan random yang sebenarnya mengubah perasaan yang tadi tak nyaman menjadi lebih sejuk, hingga mudah ditumbuhi bunga-bunga. Serangan itu membuatku lupa pada beban pikiran yang sejak tadi mengekang. Maka lima detik berikutnya aku tak melakukan gerakan penolakan lagi. Apa lagi dia melakukannya dengan manis dan lembut.Dia mengusap wajahku yang masih sedikit lembab. Mata kami yang sangat dekat tak mampu untuk tidak saling bertaut dalam tatapan. Sampai akhirnya kami sama-sama memejam. Merasakan kedekatan yang sebelumnya tak pernah terjadi. Kejadian beberapa menit itu sukses membuat pipiku terus terasa menghangat sampai pagi. ***Dia—pria itu tengah memeluk Rayyan dalam gendongan saat aku keluar dari kamar mandi. Dia menoleh sesaat padaku kemudian melangkah menuju box tidur si bayi dan meletakkan putranya di sana.Dia kemudian menghampiriku yang duduk di depan meja rias. Tanpa diduga, dia meraih hair dryer
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya

Sikap Aneh

Pov Alya"Astaghfirullah, maaf, harusnya Mama ketuk dulu." Itu suara Mama. Aku jelas tak berani menatapnya. Malu seakan baru saja tertangkap basah mencuri sesuatu."Oke, silakan lanjutkan. Mama ... nanti saja." Wanita paruh baya itu memutar tubuh kemudian menghilang di balik daun pintu. Pria itu setengah tertawa geli. Bisa-bisanya dia tertawa di saat aku malu setengah mati. Aku melepaskan diri darinya kemudian segera menuju pintu keluar dan menyusul Mama. Ternyata ibu mertuaku itu masih berdiri diam sambil membelakangi pintu. Aku mendekat dan berdiri di sampingnya. Dari sini aku bisa membaca gelisah yang tak mampu ia sembunyikan dari wajahnya. Kedua tangannya saling meremas. Ini kali kedua kulihat seorang Shelamitha memperlihatkan kelemahannya. Tunggu, wajahnya juga begitu pucat."Ma," tegurku pelan. Ia terlihat terkejut dan menoleh padaku. Kemudian serta merta meraih tubuhku dalam pelukannya. Aku menyambut dalam keheningan. Belum saatnya untuk bertanya. Setelah beberapa saat baru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya

Pilihan

Pov AlyaAku yang tadi ingin mengejar Mbak Shanti akhirnya urung karena tangis Rayyan terdengar lagi. Aku pun bergegas menuju kamar. Rayyan menangis karena memang sudah waktunya ngASI. Sementara papanya pamit untuk sarapan karena tadi dia belum sempat menyantap sarapan.Baiklah, terpaksa aku menunda kesempatan untuk bicara tentang sikapnya pada Mama. Setidaknya emosinya sudah lebih baik ketimbang kemarin yang tiba-tiba mengajakku pergi meninggalkan Mama. "Mas, ke Jakarta-nya emangnya gak bisa ditunda?" tanyaku begitu dia menghampiri yang duduk ayunan rotan yang ada di teras samping sambil berjemur bersama Rayyan.“Memang kenapa? Kalau kamu mau ikut, aku bisa tunda beberapa hari," tawarnya kemudian, “kalau enggak, aku gak mau masalah ini berlarut-larut aja." "Bukan gitu juga. Setidaknya Mas jangan bersikap seperti itu sama Mama kalau mau pergi." Aku langsung pada pembahasan. Dia yang duduk tak jauh dariku menatap datar."Mama itu sedih banget lihat kamu seperti itu, Mas. Gimana kala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya

Sosok Mirip Arga di Pemakaman Mama

Pov AlyaSaat pintu terbuka, Mama terlihat tergeletak di lantai. Wanita paruh baya itu sudah tak sadarkan diri. Entah sejak kapan. "Alya, tetap di rumah jaga Rayyan. Aku bawa Mama ke rumah sakit," ucap Mas Kaivan cepat, kemudian segera mengangkat tubuh Mama. Gurat kecemasan jelas terlihat di sana. Aku tak pernah melihat dia secemas ini. Bahkan ketika mendapati kami terjebak di kamar hotel setahun lalu. Aku tak mampu menjawab dengan suara. Hanya anggukan kecil yang mampu kulakukan. Namun, aku masih ikut berlari mengikuti suamiku yang tergopoh-gopoh membawa Mama ke mobil. Setelah Mama berhasil dimasukkan ke mobil. Mbak Shanti ikut duduk di belakang menjaga Mama. Sementara Mas Kaivan segera menuju belakang kemudi, setelah menyentuh bahuku sesaat. Tanpa kata, tetapi mata itu seakan mengatakan banyak bahasa.***Matanya menggambarkan sebuah penyesalan mendalam yang tak pernah bisa diungkapkan. Layu dan kelabu, seakan tak memiliki daya dan warna. Itu yang kulihat ketika Mas Kaivan pulan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya

Perempuan yang Memeluk Suamiku

Tanpa rasa ragu dan takut, aku mendekat. Berdiri dalam jarak sekitar tiga meter. Memastikan jika orang yang kulihat adalah orang yang ada di pikiranku saat ini."Pak Arga? Ngapain di makam Mama? Ada hubungan apa Pak Arga dengan mertua saya?"Pria itu menoleh seketika. Dia mengerutkan dahi dan menatapku datar, kemudian memicing. Ekspresi yang sangat kubenci dan mengingatku pada satu hari."Anak kecil tak perlu tahu urusan orang dewasa." Dia berkata dengan nada mengejek. "Apalagi yang ingin kamu cari, bukannya kamu sudah bahagia dengan pecundang itu karena saya?"Aku speechless mendengar kalimatnya. Dia jauh-jauh dari Jakarta untuk menghadiri pemakaman Mama kupikir sudah berubah. Meski dari samping, aku tadinbisa melihat wajahnya yang menyiratkan sebuah rasa kehilangan yang sama. Namun, sepertinya aku salah, dia masih saja sombong.Daripada menanggapinya, aku memilih memutar tubuh untuk pulang. Setidaknya rasa penasaranku sudah terjawab jika aku tadi bukan sedang berkhayal melihat pria
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status