Lahat ng Kabanata ng Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku: Kabanata 41 - Kabanata 50

59 Kabanata

41. Fitnah Keji dan Obsesi Mantan Suami

Langit pagi tampak cerah, dan udara masih membawa sisa embun semalam. Aroma wangi bunga melati dan mawar putih menyambut setiap tamu yang datang ke sebuah rumah besar di bilangan selatan kota—tempat diadakannya pesta pernikahan teman SMA Mariana, Ulfa.Suasana halaman luas yang ditata dengan dekorasi sederhana tapi elegan itu terasa hangat. Bukan hanya karena matahari yang mulai naik, tapi juga karena banyak wajah lama yang kembali berkumpul.Mariana berdiri di dekat taman kecil, berbincang dengan dua orang temannya yang dulu juga satu angkatan. Sesekali ia tertawa pelan, mengangguk sopan ketika menyambut teman-teman lain yang menyapanya.“Ulfa cantik banget hari ini, ya,” ucap Ratri, salah satu teman lama Mariana.“Cantik. Kayak nggak kelihatan ini adalah pernikahan keduanya setelah cerai tahun lalu.” Mariana ikut tersenyum kecil.“Iya. Kadang hidup tuh kayak gitu, ya. Jalan muter dulu baru nemu yang pas,” sahut Niken. “Kalau kamu gimana, Na? Udah ada kandidat baru?”Pertanyaan itu m
last updateHuling Na-update : 2025-04-08
Magbasa pa

42. Arisan Keluarga

Setelah menempuh beberapa jarak, Mariana akhirnya tiba di kediaman Nate. Dengan langkah gontai, Mariana masuk ke rumah itu. Baru saja ia melepas sepatu di foyer, Mariana mendapati Nate berdiri di ruang tengah.Pria itu masih mengenakan kaos olahraga abu dan celana training hitam. Handuk kecil tergantung di lehernya, rambutnya sedikit basah karena keringat. Tatapannya langsung jatuh pada Mariana.“Mariana?” Nate langsung menghampiri. Alisnya bertaut khawatir. “Kamu kenapa? Wajahmu terlihat shock.”Mariana cepat-cepat menggeleng. “Enggak. Nggak ada apa-apa.”Nate menatapnya lebih dalam. “Kamu yakin?” Kamu kelihatan baik-baik saja saat berangkat, sekarang pulang malah seperti habis melihat hantu.”Mariana menghindari tatapan itu sekilas. Ia menarik napas lalu memaksakan senyum. “Hari ini jadi ‘kan ke arisan keluarga? Aku ganti pakaian dulu dan bersiap-siap,” ucapnya mengalihkan topik pembicaraan.Tanpa memberi Nate kesempatan bertanya lebih lanjut, Mariana langsung berjalan menuju kamarn
last updateHuling Na-update : 2025-04-08
Magbasa pa

43. Musik, Dansa, dan Anggrek

Hening terasa makin canggung. Beberapa orang saling melirik, sebagian lagi pura-pura sibuk dengan teh atau kudapan di tangan. Tak ada yang bicara, tapi Mariana bisa merasakan ketidaksetujuan yang terselip di balik senyum tipis dan tatapan sekilas.Arsita masih berdiri di sampingnya, genggamannya masih tak terlepas dari tangan Mariana. Ia menatap satu per satu wajah yang memandang mereka, lalu tersenyum kecil.“Aku hanya menyampaikan keinginanku,” ucap Arsita. “Saat ini, baik Nate ataupun Mariana sendiri tidak terpikir ke arah sana. Maaf sudah membuat suasana jadi canggung.”Arsita melirik sekilas ke arah Mariana, lalu ke Nate yang berdiri tak jauh dari mereka. “Maaf, Mama tidak bermaksud mendahului siapa-siapa atau bersikap lancang,” katanya pelan.Arsita melepas genggaman tangannya perlahan dan tersenyum hangat pada Mariana.Perlahan, suara-suara mulai terdengar kembali. Seseorang tertawa pelan di sudut ruangan. Seorang wanita paruh baya mulai memuji kue lapis legit yang tersaji di m
last updateHuling Na-update : 2025-04-08
Magbasa pa

44. Rencana Licik di Tengah Duka

Nate setengah berlari saat Mariana tiba-tiba ambruk ke lantai. Wajah Mariana yang semula berseri kini mendadak pucat. Dan matanya digenangi air mata.“Ada apa, Na?” tanya Nate.Mariana mendongak perlahan. Air mata jatuh bersamaan dengan pandangannya yang bertemu dengan mata pria itu. Bibirnya bergetar, dan butuh waktu beberapa detik sebelum akhirnya suara lirih keluar dari mulutnya.“Nenek … meninggal.”Nate terpaku. Matanya membelalak sejenak.“Aku harus ke kampung,” ucap Mariana lemah. Ia mencoba berdiri, tapi tubuhnya langsung limbung.Nate sigap menangkap lengan Mariana sebelum ia jatuh lagi. “Aku antar kamu.”Mariana ingin menolak, tapi lidahnya kelu.Nate menatap lekat wajah sendu itu, lalu menggenggam lengan Mariana. “Kamu kuat jalan sendiri? Kalau tidak, aku gendong sampai mobil.”Mariana menggeleng pelan. “Aku ... aku bisa,” ucapnya lirih.Nate mengangguk dan perlahan memapah tubuh Mariana ke arah pintu keluar.Langkah Mariana berat, tapi Nate tak melepaskan pegangan tangannya
last updateHuling Na-update : 2025-04-09
Magbasa pa

45. Mulai Ceria

Sudah beberapa hari sejak Mariana kembali dari kampung. Seiring waktu, rona di wajahnya mulai pulih. Ia mulai tersenyum lagi.Siang itu, suasana kantor terasa seperti biasa. Sunyi. Profesional. Hanya terdengar bunyi lembut keyboard dan sesekali dering telepon.Nate berdiri di balik dinding kaca ruangannya. Tangannya disilangkan di depan dada, memperhatikan Mariana dari kejauhan. Wanita itu tengah mengetik sambil menyipitkan mata, lalu tiba-tiba mengerucutkan bibir—mungkin ada file yang hilang atau tabel yang tidak sesuai.Nate tak tersenyum, tapi ada jeda di napasnya. Dia tahu, Mariana sedang kembali jadi dirinya yang dulu.Ia menekan tombol interkom di mejanya. “Mariana, masuk sebentar.”Tak lama kemudian, suara ketukan lembut terdengar di pintu. Mariana melangkah masuk dengan tablet di tangan dan senyum profesional.“Ya, Pak?” ujarnya sopan, pandangannya langsung tertuju pada pria di balik meja kerja.“Bawa notulensi rapat kemarin,” kata Nate tanpa basa-basi. “Aku ingin pastikan bag
last updateHuling Na-update : 2025-04-09
Magbasa pa

46. Tumbang

Sudah lewat seminggu sejak makan malam itu. Mariana mengira semuanya akan kembali seperti biasa.Tapi pagi ini, ia menerima email dengan subject:‘Kunjungan Proyek – Zona Surya 2 (Site Banyu Arta)’Pengirim: Nathaniel Adikara.Isi pesannya singkat.[Siapkan dokumen lapangan dan ringkasan progres. Kita berangkat besok pagi.]Mariana menatap layar monitornya beberapa detik tanpa berkedip. Bahkan belum sempat menarik napas panjang, otaknya langsung memutar ulang satu kalimat tertentu.‘Kalau tiba-tiba kamu disuruh ikut kunjungan kerja ke proyek energi surya minggu depan, jangan kaget, ya.’Ucapan Rani, dengan senyum nakalnya itu, seolah tiba-tiba relevan.Keesokan harinya ….Sekitar pukul sembilan pagi, mobil yang mereka tumpangi akhirnya keluar dari jalan utama dan masuk ke area proyek. Tanah terbuka membentang luas, dihiasi panel-panel surya yang berbaris rapi. Di kejauhan, tampak beberapa pekerja dengan rompi oranye sibuk memeriksa sambungan kabel.Mobil berhenti di dekat pos semi perm
last updateHuling Na-update : 2025-04-09
Magbasa pa

47. Disangka Penjahat

Keesokan harinya ….Pagi datang dengan kabut tipis yang menyelimuti area sekitar penginapan. Udara masih dingin saat Mariana membuka pintu kamar, berniat ke ruang makan untuk mencari teh hangat.Namun langkahnya terhenti.Di depan pintunya, ada termos kecil dengan sticky note menempel di permukaannya.[Minum ini sebelum turun. Teh jahe dan madu. – Nate.]Mariana terpaku. Hanya beberapa baris kalimat, tapi cukup untuk membuat jantungnya berdetak tidak karuan.Ia mengangkat termos itu dengan dua tangan. Uapnya mengepul dan aroma jahe menyusup ke hidungnya.Setelah meneguk satu kali, Mariana menatap keluar lorong. Kosong. Tidak ada siapa pun.Ia tidak bisa menebak niat di balik Nate melakukan ini untuknya.Mariana ingin berpikir bahwa tindakan Nate hanyalah bentuk perhatian seorang atasan terhadap bawahannya. Tapi, ayolah! Mariana tidak cukup lugu untuk berpikir demikian.Lagi pula, sejak kapan seorang CEO mau repot-repot melakukan hal semacam ini untuk sekretarisnya?Tapi jika ia harus b
last updateHuling Na-update : 2025-04-09
Magbasa pa

48. Pria yang Sulit Ditebak

Setelah kejadian itu, Mariana kehilangan minat untuk melanjutkan jalan-jalan. Suasana hatinya mendadak buruk, dan langkahnya terasa berat saat ia memutar arah kembali ke penginapan.Sesampainya di kamar, ia langsung mengunci pintu dan merebahkan diri di tempat tidur.Dalam diam, pikirannya tiba-tiba melayang ke Elhan.Mariana bergegas duduk dan meraih ponsel, membuka kontak Nadia, lalu menekan ikon video call. Butuh beberapa detik sebelum wajah Nadia muncul di layar, wanita itu tersenyum cerah seperti biasa.“Hallo, Bu Mariana!” sapa Nadia sopan sekaligus antusias.Mariana tersenyum. “Hallo, Nad. Elhan bangun?”“Iya, Bu. Lagi main. Mau lihat?” tanyanya, dan Mariana langsung mengangguk.Nadia memiringkan kamera, memperlihatkan Elhan yang sedang duduk di karpet dengan boneka gajah kecil di tangannya. Bayi lucu itu tertawa kecil dengan mata berbinar.Seketika, mood Mariana kembali.“Elhan …,” panggilnya pelan.Bayi lucu itu menoleh, lalu tersenyum lebar begitu melihat wajah Mariana di lay
last updateHuling Na-update : 2025-04-10
Magbasa pa

49. Di Bawah Hujan

Hari ketiga seharusnya menjadi hari terakhir mereka di kota ini. Namun pagi itu, saat Mariana baru selesai mengemas barang-barangnya, Nate mengetuk pintu kamarnya.Mariana membuka pintu dengan dahi berkerut. “Sudah siap ke bandara?”Nate menggeleng sambil menyelipkan tangan ke saku celananya. “Kita tidak jadi pulang hari ini.”Mariana memiringkan kepala, bingung. “Kenapa?”“Aku extend satu hari. Ada tempat-tempat yang ingin aku kunjungi,” ujar Nate santai.Mariana terdiam. “Tempat apa?” tanyanya akhirnya.Nate hanya tersenyum misterius. “Ganti baju yang santai. Aku tunggu di bawah.”***Perjalanan hari itu dimulai dari wisata kuliner. Mereka mencicipi rawon khas, tahu petis, hingga menikmati kopi lokal di kedai kecil tersembunyi yang terkenal karena cita rasa khasnya.Setelah makan siang, Nate mengajak Mariana ke sebuah kebun teh di dataran tinggi. Tempat itu sepi, hanya ada beberapa wisatawan lain yang tampak berjalan-jalan santai. Udara sejuk menggigit kulit, tapi pemandangan hijaun
last updateHuling Na-update : 2025-04-10
Magbasa pa

50. Kecupan dalam Igauan

Lebih dari tiga puluh menit kemudian, hujan akhirnya benar-benar reda. Baik rambut maupun pakaian Mariana sudah tidak basah lagi. Begitu pula dengan Nate.Setelah pria itu tiba-tiba memeluknya tadi, Mariana membiarkannya selama beberapa saat. Meski sempat hampir terlena karena terasa hangat dan nyaman, ia buru-buru menarik diri sebelum dirinya merasa enggan untuk dilepaskan.Perjalanan kembali ke mobil berlangsung tanpa banyak kata. Nate kembali menggendong Mariana di punggungnya seperti sebelumnya.Sesampainya di mobil, ia dengan sabar membukakan pintu, membantu Mariana masuk, lalu menyelimuti tubuhnya dengan jaket yang tadi sempat disimpan di jok belakang.“Kita kembali ke hotel dulu,” kata Nate sambil menyalakan mesin. “Kakimu harus dikompres sebelum makin bengkak.”Mariana hanya mengangguk kecil. Kepalanya terasa sedikit berat, dan suhu tubuhnya mulai terasa aneh—panas dari dalam, tapi dingin di permukaan kulit.***Setelah menempuh penerbangan sekitar satu jam tiga puluh menit, p
last updateHuling Na-update : 2025-04-11
Magbasa pa
PREV
123456
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status