Semua Bab Malam Membara Bersama Pamanmu : Bab 11 - Bab 20

39 Bab

11. Perjanjian Pernikahan Kontrak

Setelah menghabiskan malam yang tak terlalu dingin di dalam tahanan sebab Liora menggunakan selimut pemberian Freya sebagai alas tidur, pagi hari ini ia diminta untuk keluar dari sel. Keadaannya sedikit berbeda sebab tangannya tidak diborgol seperti sebelumnya. Di dalam ruang kunjung tahanan itu, ia menjumpai seorang pemuda yang dikenalnya sebagai Evan Lee, sekretaris Kayden. Pemuda itu tidak datang sendirian, melainkan bersama dengan seorang pengacara yang Liora tahu ia adalah pengacara terkenal, dan mahal—Pengacara Hans. Liora duduk berseberangan meja dengan mereka berdua setelah menundukkan kepalanya sebagai sapaan. “Tuan Kayden meminta saya untuk menangani kasus ini,” ucap Pengacara Hans pada Liora yang beberapa detik seperti menahan napas, menyadari Kayden benar-benar menepati apa yang ia katakan kemarin saat di telepon bahwa ia akan meminta Evan menjemputnya pagi ini. “Terima kasih,” jawab Liora dengan gugup. “Penahanan Anda ditangguhkan dengan jaminan dari Tuan Kayden seh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

12. Menjadi Istri Kayden

“Pergi ke sana? Untuk apa?” tanya Liora yang seketika membuat kedua bahu Kayden jatuh penuh rasa kesal. “Aku benci mengulangi kalimatku,” desis pria itu. “Tapi—” “Cepatlah!” potong Kayden tak peduli dengan apa hendak dikatakan oleh Liora. Liora menghela dalam napasnya saat batinnya memprotes, ‘Apa memang dia selalu bicara kasar seperti itu? Arogan sekali!’ Liora tak memiliki pilihan lain, sebelum tuan arogan itu kembali bicara dan membuatnya kembali sakit hati, ia segera mengambil cincin dari tangannya. Ia mengenakannya di jari manisnya dan pergi bersama dengan Kayden untuk menuju ke rumah orang tuanya. Sedan yang dikemudikan oleh Evan membelah sibuknya jalan raya pada jam kerja. Tidak ada yang berbicara selama itu hingga mereka memasuki sebuah halaman yang dilindungi oleh gerbangnya yang cukup tinggi. Kaki Liora terasa lemas, langkahnya gamang saat ia keluar dari mobil dan mengikuti ke mana Kayden membawanya. Masuk ke dalam rumah, menapaki setiap lantai marmernya, melewati r
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

13. Alat Balas Dendam

“Kayden?!” seru Ibunya Kayden—Nyonya Rose—saat memanggil anak lelakinya itu. Beliau bangun dari duduknya dan menatap Kayden dengan pupilnya yang bergetar. “Omong kosong apa yang sedang kamu katakan ini, Kayden?!” tanya beliau masih sama menggebunya. “Ini bukan omong kosong, Ma,” jawab Kayden dengan tenang. “Aku memang sudah menikah dengan Liora. Jadi mulai hari ini aku dan Julia tidak memiliki hubungan lagi.” Tangan Liora yang ada di dalam genggaman Kayden terasa kebas, ia berdiri membeku kala menyadari situasi di dalam sana berubah menjadi tidak kondusif. Ibunya Julia terlihat menangis, meremas dadanya dan berusaha ditenangkan oleh sang suami tepat setelah Kayden mengatakan hubungannya dengan Julia telah berakhir. Liora bergeming, merasakan raganya yang seakan mengecil, terhimpit di antara sengketa keluarga yang tak ia ketahui duduk perkaranya—selain Kayden yang tiba-tiba membatalkan pernikahannya dengan Julia. Ia terkejut saat Julia menarik lengannya. Wajah gadis itu beruraian
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

14. Kayden Otoriter!

Bibir Liora terpasung bisu untuk beberapa saat. Maniknya yang terkunci pandang dengan Kayden semakin terasa perih. Ia mengusap pipinya yang basah oleh air mata, mencoba untuk menata kata agar bisa menjawab pria di hadapannya ini. “Saya hanya ingin pergi sebentar untuk—” “Sebaiknya kamu mendengarku! Kamu tidak akan pergi ke manapun!” Liora mengepalkan kedua tangannya. Kayden benar-benar otoriter! Liora mengetahuinya sekarang. Apapun yang keluar dari bibir pria itu harus ditaatinya tanpa banyak pertanyaan. Ia tidak menerima alasan, apalagi dibantah. “Jangan berkeliaran atau wajahmu itu dilihat oleh orang lain dan menimbulkan berita buruk lainnya, Liora!” tekan Kayden, rahangnya yang mengetat seolah menegaskan bahwa peringatannya ini tidak main-main. “Saya tidak peduli orang-orang mengatakan hal buruk tentang saya.” “Tapi aku peduli,” sahut Kayden. “Orang di luar sana tahu kamu adalah model dari agensiku. Kamu tidak tahu berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk meredam skan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

15. Merangkak Ke Ranjang Presdir

Kayden tak menanggapi ujaran sang Ibu dan memilih untuk mempersilakan mereka agar duduk di ruang keluarga. “Kita duduk di ruang keluarga saja,” katanya. “Minta perempuan itu untuk ikut karena Mama ingin bicara dengannya, Kayden!” tunjuk Nyonya Rose pada Liora yang masih berdiri dan membawa mangkuk mie-nya dengan erat. Kayden menoleh kepadanya, gerakan kepalanya yang miring beberapa derajat ke kiri itu mengisyaratkan agar sebaiknya Liora meletakkan mangkuk tersebut dan ikut dengannya sekarang juga. Meski tahu ini akan menjadi percakapan yang menguras hati, Liora tidak memiliki pilihan lain untuk menolak. Ia mengikuti Kayden menuju ke ruang keluarga, duduk di samping Kayden dengan punggung yang terasa kaku sebab mata kedua orang tua pria itu memperhatikan tangannya dan tangan Kayden yang memiliki cincin pernikahan. “Apakah benar kalian sudah menikah?” tanya Tuan Owen membuka percakapan setelah salah seorang pelayan membawa keluar empat cangkir teh yang diletakkannya di atas m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

16. Iblis Bernama Kayden

“Lepas!” kata Liora. “Bisakah Anda tidak bersikap seolah-olah memiliki hidup saya seperti ini?!” tanyanya seraya menarik tangannya dengan kasar dari Kayden. Pria itu bangun dari duduknya, berdiri hanya beberapa jengkal dari Liora berada. Tawa lirihnya singgah di indera pendengar sebelum membalas, “Kalau kamu lupa, bukan aku yang masuk atau mengganggu hidupmu, tapi sebaliknya,” katanya, terkesan datar tetapi telah mengoyak hati Liora dengan luka susulan setelah ucapan dari Nyonya Rose. Ah—atau jangan-jangan … sifat Kayden yang arogan dan kasar ini menurun dari Ibunya? Bukankah itu sangat kentara? Kayden sama sekali tidak memiliki sikap Tuan Owen yang baik dan bijak. Pria di hadapannya ini adalah iblis! “Kamulah yang lebih dulu masuk ke hidupku. Kamulah yang memintaku menidurimu!” Kalimat itu menyentak Liora dan membuatnya semakin muak, “Seandainya saya bisa mengulang waktu, saya tidak akan pernah meminta bantuan pada Anda!” balas Liora, entah setinggi apa nada bicaranya sekarang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

17. Perjanjian Memuakkan!

‘Perjanjian, perjanjian … itu saja terus yang dia katakan,’ batin Liora tak bisa membendung rasa kesalnya. Liora tak ingin berdebat lebih panjang dengan Kayden. Mempertimbangkan Freya mungkin saja sudah menunggunya membuat ia mengiyakannya saja. “Baik saya akan pergi dengan Anda nanti malam,” katanya, ia sekali lagi melangkah mundur, menundukkan kepalanya di hadapan Kayden dan segera pergi dari sana. Ia menghirup udara luar yang segar dan kental akan kebebasan saat ia melangkah meninggalkan pintu gerbang di rumah Kayden yang angkuh sama seperti pemiliknya. Di gate depan perumahan yang dijaga oleh security itu, Liora melihat mobil Freya yang berhenti di tepi jalan. Liora mengetuk jendelanya saat tiba di sampingnya dan manajernya itu membukakan pintunya. “Kamu baik-baik saja, Ra?” tanya Freya setibanya Liora di dalam, duduk dan memasang seat belt. “Kenapa matamu bengkak begitu?” Pandangannya menelisik, alisnya berkerut saat ia menatap Liora tanpa berpaling. “Aku baik-baik saja,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

18. Istri Presdir Evermore

Sebuah pertanyaan sederhana yang membuat hati Liora luluh lantak. Ia tak bisa membendung air matanya dan memaksakan dirinya untuk tersenyum saat mengangguk dan menjawab, “Iya, Ma … aku bahagia.” Jemari ibunya menghapus air mata Liora sebelum ia meraih tangannya dan memandangi cincin yang ada di jari manisnya. “Ada cincin di jari manismu, apakah kamu sudah menikah?” “Iya,” akunya. “Aku sudah menikah.” “Apakah suamimu adalah pria yang baik?” “Iya dia adalah pria yang baik, Ma,” jawabnya dengan lisan yang tersenyum tetapi hatinya menepis kalimat itu dengan frontal. “Sudah … Mama jangan memikirkan aku,” kata Liora saat menggenggam tangan sang Ibu semakin erat. “Tolong janji baik-baik di sini dan semangat untuk sembuh, biar kita bisa hidup bersama nanti.” Untuk pertama kalinya setelah sangat lama, Liora melihat beliau tersenyum meski itu tak selaras dengan matanya yang penuh dengan luka. Liora menghabiskan waktunya di sana untuk mengajak Nyonya Marry berbincang. Pembicaraan yang ring
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

19. Alasan Menikahiku

‘Meminta cerai dari Kayden?’ ulang Liora dalam hati. Ia meremas clutch-nya semakin erat saat menyadari bahwa hal itu tak bisa ia lakukan. Diamnya Liora sepertinya disalahpahami oleh Julia sebagai sesuatu yang lain—mungkin sebuah penghinaan—karena gadis itu memperdengarkan tawa lirihnya sebelum bertanya, “Kenapa? Kamu tidak mau? Kamu harusnya sadar bahwa kamu itu hanya sebatas alat balas dendam Kayden padaku dan untuk mendapat warisan dari ayahnya saja!” ‘Warisan?’ batin Liora seraya menatap manik Julia yang diselimuti oleh kebencian. “Kayden buru-buru menikah karena kekayaan Paman Owen terutama Evermore akan diwariskan padanya kalau dia memiliki istri,” imbuh Julia. “Agar bukan ayahnya Adrian yang mengambil alih!” Julia sekali lagi menyeringai, kedua tangannya yang mulus bersedekap di samping Liora yang bergerak tidak nyaman kala menjumpai kebenaran lain dari motif pria itu. “Sekarang Kayden sudah mendapatkan apa yang dia mau, Evermore. Lalu apa lagi?” tanyanya. “Sebagai wanita y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

20. Mantan, Atau Suami Iblis?

“Kenapa? Kamu masih tertarik dengan hidupku?” tanya Liora balik alih-alih menanggapi Adrian. “Apa Irina kurang menarik di matamu sampai-sampai kamu ingin tahu tentangku?” “Apa kamu bilang?!” sahut Irina seraya menarik tangan Liora. “Kurang menarik?” ulangnya. Liora menepis tangan Irina yang ada di lengannya dan bergantian menatap pasangan kekasih itu. Setelah apa yang mereka lakukan, ditambah dengan bagaimana mereka memandang rendah dirinya padahal mereka jauh lebih buruk darinya membuat Liora tak mau lagi disudutkan. “Apa kalian pikir kalian lebih baik sekarang ini?” ujarnya. “Tidak sama sekali. Nyatanya kalian juga muncul di hadapan semua orang dan menunjukkan pada mereka kalau kalian bersama-sama. Artinya perselingkuhan yang kalian lakukan itu benar, ‘kan?” “Liora—” “Terima kasih sudah mengakui dan membuktikan bahwa apa yang aku unggah hari itu bukan sebuah berita bohong!” potong Liora sebab ia memang belum selesai bicara. Namun, kalimat itu bukannya membuat adik tirinya itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status