Home / Romansa / Malam Membara Bersama Pamanmu / 17. Perjanjian Memuakkan!

Share

17. Perjanjian Memuakkan!

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2025-04-01 07:51:33
‘Perjanjian, perjanjian … itu saja terus yang dia katakan,’ batin Liora tak bisa membendung rasa kesalnya.

Liora tak ingin berdebat lebih panjang dengan Kayden. Mempertimbangkan Freya mungkin saja sudah menunggunya membuat ia mengiyakannya saja.

“Baik saya akan pergi dengan Anda nanti malam,” katanya, ia sekali lagi melangkah mundur, menundukkan kepalanya di hadapan Kayden dan segera pergi dari sana.

Ia menghirup udara luar yang segar dan kental akan kebebasan saat ia melangkah meninggalkan pintu gerbang di rumah Kayden yang angkuh sama seperti pemiliknya.

Di gate depan perumahan yang dijaga oleh security itu, Liora melihat mobil Freya yang berhenti di tepi jalan.

Liora mengetuk jendelanya saat tiba di sampingnya dan manajernya itu membukakan pintunya.

“Kamu baik-baik saja, Ra?” tanya Freya setibanya Liora di dalam, duduk dan memasang seat belt. “Kenapa matamu bengkak begitu?”

Pandangannya menelisik, alisnya berkerut saat ia menatap Liora tanpa berpaling.

“Aku baik-baik saja,
Almiftiafay

Mama Marry 😭💔 Liora 🥹 terima kasih sudah membaca 🤗 jangan lupa tinggalkan komentar dan ulasan vote 🔥

| 7
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Eva
Sedih bangt ..liora yang kuat ya
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
mana nya ingat sama liora. penasaran apa yg terjadi sama mama nya sampai masuk rumah sakit jiwa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    18. Istri Presdir Evermore

    Sebuah pertanyaan sederhana yang membuat hati Liora luluh lantak. Ia tak bisa membendung air matanya dan memaksakan dirinya untuk tersenyum saat mengangguk dan menjawab, “Iya, Ma … aku bahagia.” Jemari ibunya menghapus air mata Liora sebelum ia meraih tangannya dan memandangi cincin yang ada di jari manisnya. “Ada cincin di jari manismu, apakah kamu sudah menikah?” “Iya,” akunya. “Aku sudah menikah.” “Apakah suamimu adalah pria yang baik?” “Iya dia adalah pria yang baik, Ma,” jawabnya dengan lisan yang tersenyum tetapi hatinya menepis kalimat itu dengan frontal. “Sudah … Mama jangan memikirkan aku,” kata Liora saat menggenggam tangan sang Ibu semakin erat. “Tolong janji baik-baik di sini dan semangat untuk sembuh, biar kita bisa hidup bersama nanti.” Untuk pertama kalinya setelah sangat lama, Liora melihat beliau tersenyum meski itu tak selaras dengan matanya yang penuh dengan luka. Liora menghabiskan waktunya di sana untuk mengajak Nyonya Marry berbincang. Pembicaraan yang ring

    Last Updated : 2025-04-02
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    19. Alasan Menikahiku

    ‘Meminta cerai dari Kayden?’ ulang Liora dalam hati. Ia meremas clutch-nya semakin erat saat menyadari bahwa hal itu tak bisa ia lakukan. Diamnya Liora sepertinya disalahpahami oleh Julia sebagai sesuatu yang lain—mungkin sebuah penghinaan—karena gadis itu memperdengarkan tawa lirihnya sebelum bertanya, “Kenapa? Kamu tidak mau? Kamu harusnya sadar bahwa kamu itu hanya sebatas alat balas dendam Kayden padaku dan untuk mendapat warisan dari ayahnya saja!” ‘Warisan?’ batin Liora seraya menatap manik Julia yang diselimuti oleh kebencian. “Kayden buru-buru menikah karena kekayaan Paman Owen terutama Evermore akan diwariskan padanya kalau dia memiliki istri,” imbuh Julia. “Agar bukan ayahnya Adrian yang mengambil alih!” Julia sekali lagi menyeringai, kedua tangannya yang mulus bersedekap di samping Liora yang bergerak tidak nyaman kala menjumpai kebenaran lain dari motif pria itu. “Sekarang Kayden sudah mendapatkan apa yang dia mau, Evermore. Lalu apa lagi?” tanyanya. “Sebagai wanita y

    Last Updated : 2025-04-03
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    20. Mantan, Atau Suami Iblis?

    “Kenapa? Kamu masih tertarik dengan hidupku?” tanya Liora balik alih-alih menanggapi Adrian. “Apa Irina kurang menarik di matamu sampai-sampai kamu ingin tahu tentangku?” “Apa kamu bilang?!” sahut Irina seraya menarik tangan Liora. “Kurang menarik?” ulangnya. Liora menepis tangan Irina yang ada di lengannya dan bergantian menatap pasangan kekasih itu. Setelah apa yang mereka lakukan, ditambah dengan bagaimana mereka memandang rendah dirinya padahal mereka jauh lebih buruk darinya membuat Liora tak mau lagi disudutkan. “Apa kalian pikir kalian lebih baik sekarang ini?” ujarnya. “Tidak sama sekali. Nyatanya kalian juga muncul di hadapan semua orang dan menunjukkan pada mereka kalau kalian bersama-sama. Artinya perselingkuhan yang kalian lakukan itu benar, ‘kan?” “Liora—” “Terima kasih sudah mengakui dan membuktikan bahwa apa yang aku unggah hari itu bukan sebuah berita bohong!” potong Liora sebab ia memang belum selesai bicara. Namun, kalimat itu bukannya membuat adik tirinya itu

    Last Updated : 2025-04-04
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    21. Berciuman?

    Liora benar-benar terpaku di sana, tidak bisa bergerak. Bingung dengan apa yang dilakukan oleh Kayden kepadanya. Pria itu memandangnya dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Jarak mereka terlampau dekat, hanya kurang beberapa sentimeter saja agar hidung mereka saling bersentuhan. “T-Tuan Kayden,” sebut Liora memberanikan diri dengan terbata. Jika tidak ada suara Evan yang datang dari samping kanan Liora, mungkin Kayden akan terus membuat Liora tersudut seperti ini. “Apakah Anda berdua akan pulang—ah, maaf,” katanya kemudian memutar tubuhnya sehingga kini punggungnya yang terlihat. Liora melirik melalui sudut matanya, Evan sempat terkejut dengan apa yang mereka lakukan. Pemuda itu pasti mengira Liora dan Kayden sedang berciuman. Bukan hanya Evan, siapapun yang melihatnya pasti mengira mereka memang sedang berciuman karena posisi mereka yang membingungkan. “Kenapa, Evan?” tanya Kayden akhirnya, membuat Liora lega sebab pria itu menarik dirinya dan membuat mereka sedikit memiliki

    Last Updated : 2025-04-05
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    22. Apa Aku Hanya Barang Bagimu?

    Hangat napas Kayden membuat Liora samar menghidu wangi wine yang membuat jantungnya berdebar kencang. Manik Kayden yang menguncinya menyulut detak-detak di dadanya menjadi bergemuruh. Rahang tegasnya yang berada persis di depan wajah Liora membuatnya semakin membenci pria ini! ‘Kenapa?’ batinnya. ‘Kenapa dia selalu bersikap seperti ini? Apa aku ini hanya barang baginya?’ “Tidak!” jawab Liora, menahan pergelangan tangannya yang terasa sakit. Entah berapa kali Kayden mencengkeram tangannya seharian ini. “Lepaskan saya, Tuan Kayden!” Liora memberontak, tapi tentu Kayden tidak begitu saja mau melepasnya. Ia mencoba menarik tangannya dari cengkeraman Kayden, tetapi semakin hal itu ia lakukan, maka ia semakin tersakiti. Kayden hanya menatapnya, tanpa menjawab hingga Liora kehabisan akal. “Apakah menyakiti saya sesuka hati Anda juga ada di dalam perjanjian yang kita tandatangani?” tanya Liora, ia harap pria itu akan memberikan sedikit belas kasihnya dan berhenti mencengkeram tangannya s

    Last Updated : 2025-04-06
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    23. Wanita Di Pelukan Suamiku

    Untuk beberapa saat Liora bergeming. Ia berdiri membeku di tempatnya, merasa menjadi orang ketiga yang mengganggu apa yang Kayden dan Julia lakukan. Ia lalu berlari melewati ruang tamu setelah mendengar Kayden yang meminta agar Julia melepasnya. Tadinya Liora tidak ingin peduli dengan apa yang dua orang itu lakukan, tetapi suara Julia yang mengiba membuat langkah kakinya melambat dan ia memutuskan untuk menyembunyikan dirinya di balik dinding, mencuri dengar percakapan mereka. “Maafkan aku, Kayden,” sebut Julia dengan suaranya yang serak. “Akan aku tebus kesalahanku, tapi tolong jangan memperlakukan aku seperti ini. Bukankah semua yang aku lakukan itu terjadi jauh sebelum hari ini?” Tak terdengar suara Kayden menjawab kalimat Julia yang penuh sesal. Dan keheningan yang disuguhkan pria itu sepertinya membuat Julia frustrasi. “Kita sudah berbaikan, Kayden,” ucap Julia kembali. “Aku sungguh-sungguh saat mengatakan akan aku tebus kesalahanku di masa lalu. Bisakah kamu menceraikan

    Last Updated : 2025-04-07
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    24. Satu Demi Satu Pergi

    Liora mengangkat wajahnya, mencuri pandang pada Kayden yang tampak mendorong napasnya dengan penuh kebencian. Rahangnya yang mengetat itu menunjukkan betapa pria itu tidak suka dengan apa yang tengah dilakukannya. Seolah Liora baru saja melemparkan kotoran ke wajahnya dan membuatnya muak. Tapi Liora tidak peduli, ia tetap berjongkok memunguti uang recehan itu. Dari koin hingga beberapa lembar kertasnya yang lusuh. “Mau diletakkan di mana wajahku kalau orang lain melihat apa yang kamu lakukan ini?” tanya Kayden, suaranya tenang tetapi menusuk hati Liora dengan kejam. Liora tak begitu saja menjawabnya. Ia melanjutkan mengambil uangnya yang berhamburan di lantai. “Aku bicara denganmu,” ucap Kayden sekali lagi karena Liora tak menanggapinya. Liora kemudian bangun setelah uang receh terakhirnya kembali tersimpan ke dalam dompet yang ia genggam dengan erat. “Mungkin uang kecil seperti ini tidak berarti bagi Anda,” jawab Liora akhirnya. “Tapi di mata orang yang kekurangan, hal

    Last Updated : 2025-04-07
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    25. Menyentuh Dinginnya Hatimu

    Liora mengangkat wajahnya, kebingungan menata kata. ‘Harus bagaimana aku menjelaskan ke Mama kalau yang aku lakukan dengan Kayden itu hanya sebatas pernikahan kontrak?’ batinnya dirundung keresahan. “Kamu dan suamimu baik-baik saja, ‘kan?” tanya Nyonya Marry dengan suara yang menyiratkan kekhawatiran. “Kalian tidak bertengkar, ‘kan?” Liora mengangguk seraya menunjukkan senyum palsunya. Ia tak ingin menambah beban di bahu ibunya. Suaranya yang serak itu masih menunjukkan betapa berat traumanya. “Tidak, Ma. Kami tidak bertengkar,” jawab Liora. “Mama hanya tidak ingin kamu menjalani pernikahan seperti Mama.” Mendengarnya, Liora tahu bahwa ibunya mulai dalam tahap perlahan menerima. Karena sebelumnya beliau tak pernah mengatakan itu. Netranya tak bisa menyembunyikan bahwa ada luka-luka yang tertinggal dan belum bisa terobati. “Mama ingin bertemu dengan suamimu, Liora,” ucap sang Ibu. Sebuah permintaan sederhana yang membuat Liora merasakan jari-jarinya berubah kebas sebab itu adala

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    41. Diabaikan Seperti Orang Bodoh

    Setelah semalam tak dianggap oleh Kayden, Liora menyerah untuk meminta bantuan dari pria itu. Hening yang disuguhkannya semalam seperti masih sangat membekas hingga pagi ini saat ia berjalan dengan lesu meninggalkan rumah. Berulang kali benaknya menggerutu, ‘Kalau tidak mau kenapa tidak mengatakannya saja dengan jelas?’ batinnya. ‘Kenapa diam dan membiarkan aku menunggunya seperti orang bodoh?’ Semalam itu sangat memalukan, ia bahkan masih ingat betapa panas wajahnya saat Kayden mengabaikannya. ‘Lupakan saja,’ batin Liora sekali lagi. ‘Tidak ada gunanya memikirkan Kayden iblis itu.’ Di depan gerbang rumah Kayden, ia menunggu taksi online yang telah dipesannya. Sebenarnya, sopir milik Kayden yang ada di rumah itu mengatakan agar ia mengantar ke mana Liora pergi, tapi ia menolak. Taksi itu akhirnya datang dan membawanya meninggalkan gerbang angkuh rumah Kayden. Lajunya cepat namun hati-hati mengikuti ke mana Liora memesannya, ke rumah sakit jiwa. Beberapa menit berlalu, Liora tiba

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    40. Kau Milikku

    ‘Miliknya,’ ulang Liora dalam hati. ‘Dia menganggap aku seperti barang.’ Tidak ada yang istimewa dengan sebutan itu. Kayden menganggapnya tak lebih dari wanita mata duitan yang ‘menjual jasa’ sebagai ‘istri kontrak’. Lalu Kayden menggunakannya sebagai alat balas dendam. Liora tak bisa menahan air mata, buliran bening jatuh bermuara di pipinya sebelum ia menarik napasnya dan memilih untuk tak memperpanjang semua ini. Menahan diri untuk tak melawan ego Kayden. “Kamu tahu di mana posisimu sekarang?” tanya Kayden dengan iris gelapnya yang masih tak berpaling. Liora mengangguk, samar tapi tatapannya berusaha meyakinkan. “Maaf,” katanya lirih. Baru setelah itulah Kayden melepasnya. Pria itu menarik tangan besarnya dari dagu kecil LIora, membuat gadis itu seketika mundur, memastikan jarak mereka cukup jauh agar Kayden tak kembali menyentuhnya. Kayden akhirnya berpaling, membuang wajah dan mengayunkan kakinya meninggalkan Liora. Tidak untuk masuk ke dalam rumah, tetapi utuk keluar.

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    39. Kayden, Aku Membencimu!

    Kayden tidak bergerak untuk lebih dari tiga puluh detik. Hanya matanya yang bertambah gelap sebelum akhirnya bibirnya terbuka. “Coba saja,” kata Kayden dengan nada bicara yang sama tenangnya. Jawaban yang membuat sepasang alis Leo berkerut mendengarnya, meraba mencari maksud dari kata ‘coba saja’ yang diucapkan dengan kearoganan itu. Kayden lalu beranjak, tetapi saat tubuhnya baru saja berpaling dari Leo, ia kembali menatap pemuda itu. “Kalau pun kamu bisa mengambil Liora dariku, belum tentu dia mau.” Setelah itu, Kayden benar-benar pergi. Ia meninggalkan gedung lokasi syuting The Flavor Lab, melewati lobi dan melihat sedan miliknya yang terparkir tak jauh dari sana. Kedatangannya dapat dilihat oleh Liora yang sedetik kemudian lalu berpaling, membiarkan pria itu masuk ke dalam mobil dan duduk di sampingnya sebelum meminta Evan yang menyusulnya masuk dan kini ada di balik kemudi untuk segera pergi. Tak ada percakapan yang terjadi di dalam sana. Liora bahkan enggan untuk menoleh

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    38. Suami Kejamku Yang Tak Bisa Dibantah

    Kayden seperti mengabaikan pandangan orang-orang yang menyaksikannya menyeret Liora meninggalkan set syuting The Flavor Lab. Pria itu menghardiknya dengan menyebut Liora tak tahu malu setibanya di luar. Tangan besarnya yang semula melingkari lengan Liora terlepas teriring kalimat yang dilontarkannya dengan penuh amarah itu. “Tidak tahu malu?” ulang Liora atas ucapan Kayden. “Tidak tahu malu bagaimana maksudnya? Apa yang saya lakukan memangnya?” desak Liora tak ingin berdiam diri dengan disebut ‘memalukan’. “Masih bertanya?” balas Kayden setelah pria itu mendorong napasnya. “Apakah yang kamu lakukan di dalam tadi tidak membuatmu sadar kamu baru saja melakukan hal yang memalukan?!” “Tuan Kay—“ “Aku menahan diri sejak tadi untuk tidak begitu saja menyeretmu saat acaranya masih berlangsung,” potong Kayden. “Harusnya kamu berterima kasih ketimbang bersikap seperti ini!” Alis Liora berkerut penuh rasa bingung. Ia menatap Kayden cukup lama, meraba-raba kesalahan apa yang ia laku

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    37. Cantik Seperti Musim Semi

    “A-apa Anda melihat kami?” tanya Liora memastikan. Namun, Kayden tak menjawab. Hanya seulas seringai samar di salah satu sudut bibirnya yang terlihat dan itu membuat Liora tidak nyaman. “D-dia itu teman saya, Tuan Kayden. Dulu sebelum Anda menjadi presdir—“ “Tidak bisa,” potong Kayden yang membuat Liora urung menjelaskan apapun. “Apa yang tidak bisa?” “Datang ke acara Leo Nathan.” Kalimat itu menandakan dengan jelas bahwa Kayden sedang menolak mentah-mentah permohonannya. Liora memalingkan tatapannya dari Kayden. Kedua maniknya sedikit terangkat ke atas, bertanya dalam hati, ‘Bagaimana ini? Aku terlanjur menyanggupi Leo.’ “Kenapa saya tidak boleh datang?” tanya Liora, menatap Kayden kembali—setidaknya ia ingin tahu apa yang membuat Kayden melarangnya datang ke The Flavor Lab. “Hanya karena aku memperbolehkanmu melakukan pemotretan dengan majalah Hazed bukan berarti kamu bebas berkeliaran sesuka hatimu,” jawab Kayden. “Apalagi menjadi bintang tamu di acara orang lain.”

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    36. Rupawan, Tapi Iblis!

    Setelah meninggalkan kafe yang ia datangi, Liora kembali ke rumah Kayden. Tadinya Leo hendak mengantarnya tetapi Liora menolaknya dan lebih memilih untuk menggunakan taksi online. Di halaman rumah Kayden, Liora melihat pria itu ada di sana. Sedang menuruni undakan tangga di teras, tampak menawan dalam balutan kaos berkerah dan celana panjangnya yang bersih serta melihat kedatangan Liora dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Sadar dirinya melakukan sesuatu tanpa mendapatkan izin dari Kayden, Liora memilih untuk jujur ke mana ia pergi sebelum kembali ke rumah. “Tuan Kayden,” sebutnya dengan ragu-ragu saat pria itu mendekat. “Maaf saya tadi tidak langsung pulang karena mampir dulu ke—“ Belum sempat Liora menyelesaikan kalimatnya, Kayden berlalu pergi melewatinya begitu saja, mengabaikannya tanpa peduli akan apa yang akan dikatakan olehnya. Punggungnya menjauh, meninggalkan Liora yang meremas jari-jarinya, menelan kembali semua kalimat yang hampir saja keluar dari bibirnya.

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    35. Perjumpaan Dengan Pria Tampan

    “Iya ini aku Leo. Lama tidak bertemu, Liora,” ucap pemuda itu saat Liora masih bergeming dan meremas coffee cup miliknya. “Bagaimana kabarmu?” Baru setelah tanya itu terdengar, Liora sadar. Ia membalas senyum pemuda itu. Seorang pria yang sangat ia kenal dengan baik, Leo Nathan Henley. Dulu, Leo adalah kakak kelas Liora semasa di Sekolah Menengah Atas hingga kuliah. Ia, Freya dan Leo dulu bersahabat sebelum karir pemuda itu yang paling melejit sebagai seorang celebrity chef. Di bawah naungan satu agensi yang sama, di Evermore. Sekitar dua tahun belakangan Leo berkegiatan di luar negeri sembari melanjutkan study-nya. “B-baik,” jawab Liora akhirnya, mengikuti pandang ke mana Leo beranjak, duduk di sampingnya dengan membawa satu cup berisikan kopi seperti dirinya. “Senang bisa melihatmu lagi, Liora.” “Sejak kapan kamu pulang?” “Kemarin,” jawabnya. “Padahal aku masih berpikir bagaimana caranya aku bisa menemuimu, Liora. Tapi rasanya takdir sangat baik dengan membuat kita

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    34. Orang Ketiga Antara Kau Dan Dia

    “Julia? Apa yang kamu lakukan di sini?” balas Kayden setelah pria itu menghentikan langkah kakinya begitu juga dengan Liora yang berdiri di sampingnya. Julia tak serta-merta menjawabnya, gadis itu lebih dulu memindai Liora sebelum pandangannya berhenti pada Kayden. “Apa kamu dan Liora baru menginap di hotel?” tanya Julia balik alih-alih menjawab mantan pacarnya itu. “Ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” jawabnya singkat. “Dengan Liora juga?” Kayden mengangguk sebagai sebuah pembenaran. “Aku juga sedang ada pekerjaan,” ujar Julia— menanggapi tanya dari Kayden perihal apa yang dilakukannya di sini. “Ada meeting dengan salah satu partner bisnis Papa. Beliau yang meminta. Kamu tahu ‘kan … aku bertanggung jawab atas beberapa proyek besar milik DN Construction.” DN Construction yang dikatakan oleh Julia itu adalah bisnis milik keluarganya. Sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang konstruksi. Cantik, elegan dan seorang wanita karir. Setidaknya seperti itu yang dipiki

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    33. Mustahil Dia Yang Meminta

    “Tuan Kayden yang memintanya?” ulang Liora memastikan. Kedua matanya melebar penuh ketidakpercayaan menatap Annie yang justru tak menjawab setelahnya. Apakah ia salah dengar? Ataukah Annie yang barangkali salah berucap? Wanita paruh baya itu hanya tersenyum sebelum mengatakan, “Sebaiknya Nona menghabiskan makanannya. Obat yang Nona Liora minta tadi pagi juga sudah saya siapkan,” tuturnya seraya sekilas menunjuk ke atas nampan. “Dokter yang meresepkannya secara langsung.” “Apa Bu Annie mengatakan pada Tuan Kayden apa yang terjadi dengan punggungku?” balas Liora penuh selidik. Melihat senyum Annie yang tampak ganjil membuat Liora berpikir bahwa dugaannya itu benar. Mana mungkin Annie menyembunyikan apa yang dilihatnya? Bukankah sebagai orang yang bertanggung jawab atas keberlangsungan di rumah ini Annie tentu akan melaporkan segala sesuatu yang terjadi kepada si pemilik rumah? Lagi pula ... siapa yang bisa diam dan terbungkam dihadapkan pada mata mengintimidasi Kayden? Liora meng

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status