Lahat ng Kabanata ng Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya: Kabanata 21 - Kabanata 30

38 Kabanata

Di Balik Dindind Keheningan

SUV mereka akhirnya berhenti di sebuah rumah bertingkat bergaya modern di pinggiran kota—bukan mansion megah, tapi aman, tersembunyi, dan dilengkapi teknologi keamanan mutakhir. Gerbang terbuka otomatis, kamera tersembunyi bergerak mengikuti setiap langkah mereka, dan para penjaga berpakaian sipil tapi bersenjata lengkap segera mengambil alih perimeter.Elera melangkah keluar lebih dulu, diam dan dingin. Bajunya masih elegan dari pesta, tapi tatapannya sudah berubah menjadi seorang pejuang—bukan tunangan seorang pengusaha.Leon turun tepat di belakangnya, dan meski luka di dada yang sempat dijahit oleh Elera beberapa hari lalu masih terasa, dia tetap tegap. Satu hal tidak berubah: tangannya tetap menggenggam jemari Elera.Dante dan Kai turun lebih dulu dari SUV belakang, langsung berkoordinasi dengan tim pengamanan baru yang sudah menunggu di dalam.Maya melangkah lebih lambat, menatap rumah itu sambil berkomentar, “Rumah ini... seperti bunker digital dengan sentuhan desain skandinavia
last updateHuling Na-update : 2025-03-10
Magbasa pa

Sebelum Fajar Menyingsing

Elera tertidur dalam pelukan Leon, napasnya mulai teratur, tenang. Wajahnya yang tadi diliputi tangis kini terlihat damai, meski ada sisa-sisa kelelahan yang masih terlihat jelas di sudut matanya. Rambutnya tergerai di bahu Leon, dan untuk pertama kalinya malam itu, suasana terasa begitu… tenang.Leon menatap wajah wanita itu beberapa saat, seolah ingin mengabadikan ketenangan langka yang jarang ia lihat dari sosok sekuat Elera.Perlahan, sangat hati-hati, ia meletakkan Elera di atas ranjang, menyelimutinya, lalu menyentuh pipi lembut itu sekali lagi sebelum beranjak. Suara derit pelan dari lantai kayu nyaris tak terdengar saat ia melangkah ke luar kamar.Di ruang tengah safe house, Dante dan Kai sudah menunggu. Peta digital dan data keamanan terpampang di layar besar di dinding. Aura ketegangan kembali mengisi udara.Leon berdiri di tengah ruangan, menghela napas pendek. "Dia sudah tidur. Lelah sekali."Kai hanya mengangguk sambil menyilangkan tangan. "Wajar. Dia manusia, meski ka
last updateHuling Na-update : 2025-03-10
Magbasa pa

Perempuan yang Menolak Tunduk

Pagi itu terasa berbeda. Hangat, tenang, tapi juga menyimpan desiran ketegangan yang tak terlihat. Rumah aman tempat mereka bersembunyi kini perlahan terasa seperti tempat nyata—rumah, bukan sekadar pelarian.Setelah sarapan penuh godaan, candaan, dan sindiran halus yang hanya bisa dilakukan oleh Leon Santiago tanpa membuat Elera kabur dengan pisau bedah di tangan, suasana berubah perlahan. Leon memanggil beberapa orang ke ruang tengah, dan Elera mengikuti dari belakang, penasaran.Di sana, sudah ada Dante, Kai, dan beberapa wajah baru—orang-orang Sergio. Elera bisa langsung mengenali pola tubuh dan gerak mereka. Orang-orang militer. Orang-orang yang terlatih.Dan di tengah mereka, Diego, sang ayah Maya, yang kini berdiri dengan map di tangan dan tatapan yang tak bisa ditawar."Ada informasi terbaru," ujar Diego dengan tenang namun tegas. "Pihak yang menyerang kita sebelumnya belum berhenti. Mereka bergerak… lebih cepat dari yang kita duga."Leon menyilangkan tangan, rahangnya mengeras
last updateHuling Na-update : 2025-03-11
Magbasa pa

Di Antara Mawar dan Ancaman

Meski hatinya masih dipenuhi keraguan dan sisa amarah yang tak sepenuhnya padam, Elera akhirnya mengangguk juga. “Baiklah… kita percepat pernikahannya.”Leon tak langsung menjawab saat itu, hanya menatap wajahnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Tapi ia tersenyum—senyum kecil yang seperti kemenangan… atau kelegaan.Kini, dua hari setelah pernyataan itu, Elera berjalan berdampingan dengan Maya di tengah deretan butik elegan di mall paling mewah di kota. Tangannya memegang beberapa contoh undangan yang ia petik dari rak-rak cantik yang berhiaskan bunga kertas dan ukiran emas.“Kau yakin mau yang ini?” tanya Maya sambil mengangkat salah satu undangan dengan desain minimalis tapi elegan. “Menurutku sih, ini terlalu ‘tenang’ untuk pernikahan dua orang keras kepala.”Elera menghela napas. “Kau tahu aku nggak suka yang terlalu rame, May.”Maya meringis. “Tapi kau menikahi Leon Santiago. Aku rasa dunia berharap kalian terbang dengan helikopter yang menjatuhkan undangan dari langit dan bari
last updateHuling Na-update : 2025-03-11
Magbasa pa

Cincin, Kanebo, dan Tragedi Bernama Maya

Sepuluh menit kemudian, pintu butik terbuka dengan bunyi lonceng lembut.Seseorang masuk. Langkah kakinya mantap, jasnya berpotongan sempurna, dan tatapannya langsung tertuju pada satu titik—Elera.Leon Santiago telah tiba.Elera yang tadinya duduk santai langsung menegakkan punggung. Sementara Maya? Maya menoleh, dan ekspresinya seketika berubah seperti anak kecil yang baru saja melihat mainan mahal... yang juga musuh bebuyutannya.“Oh tidak,” gumam Maya dengan nada dramatis. “Kanebo datang.”Leon berhenti di depan mereka, matanya masih fokus pada Elera. Tapi sebelum dia bisa bicara, Maya sudah menyeberang lantai butik dengan senyum maut dan tangan yang terlipat.“Santiago. Kita bertemu lagi. Dunia belum kiamat, tapi kau datang juga.”Leon mengangkat alis. “Maya.”“Biasanya lelaki datang pilih cincin karena cinta. Kau datang karena Elera menyeretmu.”Leon tersenyum kecil, menoleh ke arah Elera sejenak. “Aku datang karena dia memintaku.”Maya mendecakkan lidah. “Romantis sekali. Aku n
last updateHuling Na-update : 2025-03-12
Magbasa pa

Gaun

Sinar matahari menyusup masuk dari celah tirai yang terbuka sebagian, membelai wajah Elera yang masih tertidur. Ia mengerjap pelan, tubuhnya menggeliat lemas sebelum akhirnya matanya terbuka sepenuhnya."Eh..." gumamnya pelan, matanya menyapu sekeliling ruangan.Kamar.Kamarnya di mansion.Elera duduk perlahan, mengusap wajahnya, lalu melihat pakaian yang masih sama seperti kemarin. Alisnya langsung berkerut. "Aku... nggak ingat masuk kamar. Apalagi jalan naik ke atas..."Lalu pikirannya mulai menyusun potongan-potongan samar: suara mobil, rasa nyaman di pelukan seseorang... dan aroma yang sangat khas.Matanya menyipit. “...jangan bilang aku digendong,” gumamnya curiga, dan wajahnya langsung merona sendiri.TEK. Pintu kamar terbuka.Leon muncul di ambang pintu dengan santai, mengenakan kemeja putih bersih yang lengannya digulung ke siku, rambutnya masih sedikit basah setelah mandi. Dan tentu saja, senyum menyebalkannya sudah siap siaga.“Pagi, galak,” sapanya ringan. “Kau bilang hari
last updateHuling Na-update : 2025-03-12
Magbasa pa

Malaikat dalam Jas dan Dewi dalam Gaun

Butik mewah itu terletak di lantai atas gedung bergaya modern klasik, dengan jendela besar yang membiarkan sinar matahari masuk dan menyinari ruangan seperti panggung catwalk pribadi. Tiap sudut ruangan dipenuhi kain terbaik dunia—sutra, tulle, satin, renda Perancis, dan detail payet yang dijahit dengan tangan. Aroma lembut bunga peony bercampur kayu manis menyambut setiap langkah Leon dan Elera saat mereka memasuki butik khusus yang hanya melayani satu pasangan per hari.Leon sudah mencoba beberapa setelan sebelumnya, tetapi tidak ada yang memuaskan sampai akhirnya salah satu desainer datang membawa setelan terakhir—jas hitam arang dengan potongan klasik, kerah satin, dan rompi abu-abu lembut yang kontras. Saat Leon mengenakannya dan berjalan keluar dari ruang ganti, seluruh ruangan langsung terdiam.Elera, yang semula sedang memeriksa potongan kain, tanpa sadar membeku. Matanya membesar, mulutnya sedikit menganga—seolah waktu berhenti.Leon berdiri di sana dengan senyum kecil, postur
last updateHuling Na-update : 2025-03-13
Magbasa pa

Janji yang Terucap, Ciuman yang Tak Terlepas

Langit sore yang memerah seolah ikut merestui bersatunya dua insan yang selama ini hidup dalam badai. Di altar megah yang dikelilingi bunga putih dan cahaya keemasan, berdiri dua sosok yang membuat seluruh tamu terpaku dalam haru dan kagum—Leon Santiago dan Elera Vasquez.Leon menatap Elera dengan mata yang dalam, seakan dunia menghilang dan hanya mereka berdua yang tersisa."Elera Vasquez," suaranya tenang namun penuh perasaan, "di tengah badai, kau adalah satu-satunya yang membuatku ingin bertahan. Aku tak pernah percaya pada takdir, tapi bertemu denganmu membuatku ingin menjalaninya. Hari ini, aku bersumpah—dalam dunia sekelam apa pun yang mungkin kita hadapi—aku akan tetap menjadi tempatmu berpulang."Elera menggenggam tangan Leon, matanya berembun tapi penuh keteguhan. Suaranya sedikit bergetar, namun tak goyah."Leon Santiago… kau gila, keras kepala, menyebalkan, dan membuat jantungku berdetak terlalu keras setiap hari. Tapi entah sejak kapan, semua itu membuatku merasa… hidup. A
last updateHuling Na-update : 2025-03-13
Magbasa pa

Honeymoon

Bandara pagi itu agak ramai, tapi tidak ada yang bisa menandingi keramaian rombongan pengantar paling heboh sedunia: Maya, Dante, Kai, bahkan Diego ikut hadir.Di tengah deretan koper mahal dan paspor yang sudah disiapkan oleh staf Leon, Elera berdiri sambil merapikan jaket panjangnya, sementara Leon tampak santai di sampingnya, seperti biasa—cool, rapi, dan mematikan dalam balutan mantel hitam.“Oh tidak, dia lagi...” bisik Leon saat melihat Maya datang menghampiri dengan senyum penuh agenda.“Eleraaaaaa!” Maya melambaikan tangan dengan semangat, lalu langsung menarik tangan sahabatnya. “Kau yakin nggak mau aku ikut? Aku bersedia jadi lampu taman kok, asal bisa lihat Swedia!”“Maya.” Dante menghela napas, menarik kerah jaket Maya agar mundur. “Kau mau ikut honeymoon mereka? Gila.”“Biarin! Aku cuma mau pastikan Leon nggak macam-macam!” balas Maya dengan serius. “Ingat, Leon, aku bersumpah demi sahabatku, kalau kau buat dia menangis…”Leon menyilangkan tangan, tersenyum simpul. “Aku bi
last updateHuling Na-update : 2025-03-13
Magbasa pa

Hari Pertama Taruhan

Malam menyelimuti kota kecil di pinggiran Stockholm, salju turun perlahan di luar jendela, menambahkan suasana romantis dalam kamar hotel mewah yang mereka tinggali. Di dalamnya, suasana jauh dari hening—karena Leon, tentu saja, tidak bisa diam.Elera sedang duduk bersila di ranjang dengan kaus hangat dan celana tidur longgar, wajahnya fokus pada buku catatan kecil yang entah kenapa ia bawa bahkan saat honeymoon. Sementara Leon, dalam balutan piyama satin abu gelap, duduk santai di sofa dekat perapian, segelas wine di tangan, dan sorot matanya tak pernah lepas dari Elera."Apa kau benar-benar menulis catatan pasien sekarang, Dokter Vasquez?" Leon akhirnya bertanya, suaranya serak santai.Elera tidak mengalihkan pandangan. “Aku hanya mencatat hal-hal yang perlu kuingat. Kau pikir aku akan membiarkan otakku berkarat dua minggu tanpa kerja?”Leon bangkit, berjalan pelan ke arahnya, lalu duduk di tepi ranjang. “Kukira honeymoon itu waktunya untuk… menikmati hal lain. Kau tahu, selain tulis
last updateHuling Na-update : 2025-03-14
Magbasa pa
PREV
1234
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status