Home / Romansa / Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya / Cincin, Kanebo, dan Tragedi Bernama Maya

Share

Cincin, Kanebo, dan Tragedi Bernama Maya

Author: THANISA
last update Huling Na-update: 2025-03-12 21:48:45
Sepuluh menit kemudian, pintu butik terbuka dengan bunyi lonceng lembut.

Seseorang masuk. Langkah kakinya mantap, jasnya berpotongan sempurna, dan tatapannya langsung tertuju pada satu titik—Elera.

Leon Santiago telah tiba.

Elera yang tadinya duduk santai langsung menegakkan punggung. Sementara Maya? Maya menoleh, dan ekspresinya seketika berubah seperti anak kecil yang baru saja melihat mainan mahal... yang juga musuh bebuyutannya.

“Oh tidak,” gumam Maya dengan nada dramatis.

“Kanebo datang.”

Leon berhenti di depan mereka, matanya masih fokus pada Elera. Tapi sebelum dia bisa bicara, Maya sudah menyeberang lantai butik dengan senyum maut dan tangan yang terlipat.

“Santiago. Kita bertemu lagi. Dunia belum kiamat, tapi kau datang juga.”

Leon mengangkat alis. “Maya.”

“Biasanya lelaki datang pilih cincin karena cinta. Kau datang karena Elera menyeretmu.”

Leon tersenyum kecil, menoleh ke arah Elera sejenak. “Aku datang karena dia memintaku.”

Maya mendecakkan lidah. “Romantis sekali. Aku n
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Gaun

    Sinar matahari menyusup masuk dari celah tirai yang terbuka sebagian, membelai wajah Elera yang masih tertidur. Ia mengerjap pelan, tubuhnya menggeliat lemas sebelum akhirnya matanya terbuka sepenuhnya."Eh..." gumamnya pelan, matanya menyapu sekeliling ruangan.Kamar.Kamarnya di mansion.Elera duduk perlahan, mengusap wajahnya, lalu melihat pakaian yang masih sama seperti kemarin. Alisnya langsung berkerut. "Aku... nggak ingat masuk kamar. Apalagi jalan naik ke atas..."Lalu pikirannya mulai menyusun potongan-potongan samar: suara mobil, rasa nyaman di pelukan seseorang... dan aroma yang sangat khas.Matanya menyipit. “...jangan bilang aku digendong,” gumamnya curiga, dan wajahnya langsung merona sendiri.TEK. Pintu kamar terbuka.Leon muncul di ambang pintu dengan santai, mengenakan kemeja putih bersih yang lengannya digulung ke siku, rambutnya masih sedikit basah setelah mandi. Dan tentu saja, senyum menyebalkannya sudah siap siaga.“Pagi, galak,” sapanya ringan. “Kau bilang hari

    Huling Na-update : 2025-03-12
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Malaikat dalam Jas dan Dewi dalam Gaun

    Butik mewah itu terletak di lantai atas gedung bergaya modern klasik, dengan jendela besar yang membiarkan sinar matahari masuk dan menyinari ruangan seperti panggung catwalk pribadi. Tiap sudut ruangan dipenuhi kain terbaik dunia—sutra, tulle, satin, renda Perancis, dan detail payet yang dijahit dengan tangan. Aroma lembut bunga peony bercampur kayu manis menyambut setiap langkah Leon dan Elera saat mereka memasuki butik khusus yang hanya melayani satu pasangan per hari.Leon sudah mencoba beberapa setelan sebelumnya, tetapi tidak ada yang memuaskan sampai akhirnya salah satu desainer datang membawa setelan terakhir—jas hitam arang dengan potongan klasik, kerah satin, dan rompi abu-abu lembut yang kontras. Saat Leon mengenakannya dan berjalan keluar dari ruang ganti, seluruh ruangan langsung terdiam.Elera, yang semula sedang memeriksa potongan kain, tanpa sadar membeku. Matanya membesar, mulutnya sedikit menganga—seolah waktu berhenti.Leon berdiri di sana dengan senyum kecil, postur

    Huling Na-update : 2025-03-13
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Janji yang Terucap, Ciuman yang Tak Terlepas

    Langit sore yang memerah seolah ikut merestui bersatunya dua insan yang selama ini hidup dalam badai. Di altar megah yang dikelilingi bunga putih dan cahaya keemasan, berdiri dua sosok yang membuat seluruh tamu terpaku dalam haru dan kagum—Leon Santiago dan Elera Vasquez.Leon menatap Elera dengan mata yang dalam, seakan dunia menghilang dan hanya mereka berdua yang tersisa."Elera Vasquez," suaranya tenang namun penuh perasaan, "di tengah badai, kau adalah satu-satunya yang membuatku ingin bertahan. Aku tak pernah percaya pada takdir, tapi bertemu denganmu membuatku ingin menjalaninya. Hari ini, aku bersumpah—dalam dunia sekelam apa pun yang mungkin kita hadapi—aku akan tetap menjadi tempatmu berpulang."Elera menggenggam tangan Leon, matanya berembun tapi penuh keteguhan. Suaranya sedikit bergetar, namun tak goyah."Leon Santiago… kau gila, keras kepala, menyebalkan, dan membuat jantungku berdetak terlalu keras setiap hari. Tapi entah sejak kapan, semua itu membuatku merasa… hidup. A

    Huling Na-update : 2025-03-13
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Honeymoon

    Bandara pagi itu agak ramai, tapi tidak ada yang bisa menandingi keramaian rombongan pengantar paling heboh sedunia: Maya, Dante, Kai, bahkan Diego ikut hadir.Di tengah deretan koper mahal dan paspor yang sudah disiapkan oleh staf Leon, Elera berdiri sambil merapikan jaket panjangnya, sementara Leon tampak santai di sampingnya, seperti biasa—cool, rapi, dan mematikan dalam balutan mantel hitam.“Oh tidak, dia lagi...” bisik Leon saat melihat Maya datang menghampiri dengan senyum penuh agenda.“Eleraaaaaa!” Maya melambaikan tangan dengan semangat, lalu langsung menarik tangan sahabatnya. “Kau yakin nggak mau aku ikut? Aku bersedia jadi lampu taman kok, asal bisa lihat Swedia!”“Maya.” Dante menghela napas, menarik kerah jaket Maya agar mundur. “Kau mau ikut honeymoon mereka? Gila.”“Biarin! Aku cuma mau pastikan Leon nggak macam-macam!” balas Maya dengan serius. “Ingat, Leon, aku bersumpah demi sahabatku, kalau kau buat dia menangis…”Leon menyilangkan tangan, tersenyum simpul. “Aku bi

    Huling Na-update : 2025-03-13
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Hari Pertama Taruhan

    Malam menyelimuti kota kecil di pinggiran Stockholm, salju turun perlahan di luar jendela, menambahkan suasana romantis dalam kamar hotel mewah yang mereka tinggali. Di dalamnya, suasana jauh dari hening—karena Leon, tentu saja, tidak bisa diam.Elera sedang duduk bersila di ranjang dengan kaus hangat dan celana tidur longgar, wajahnya fokus pada buku catatan kecil yang entah kenapa ia bawa bahkan saat honeymoon. Sementara Leon, dalam balutan piyama satin abu gelap, duduk santai di sofa dekat perapian, segelas wine di tangan, dan sorot matanya tak pernah lepas dari Elera."Apa kau benar-benar menulis catatan pasien sekarang, Dokter Vasquez?" Leon akhirnya bertanya, suaranya serak santai.Elera tidak mengalihkan pandangan. “Aku hanya mencatat hal-hal yang perlu kuingat. Kau pikir aku akan membiarkan otakku berkarat dua minggu tanpa kerja?”Leon bangkit, berjalan pelan ke arahnya, lalu duduk di tepi ranjang. “Kukira honeymoon itu waktunya untuk… menikmati hal lain. Kau tahu, selain tulis

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Perang dimulai

    Pagi menyambut dengan lembut saat sinar matahari menerobos tirai tipis kamar hotel mewah itu. Elera mengusap wajahnya pelan, mencoba meredakan debar jantung yang belum juga normal sejak membuka mata tadi. Ia melirik ke sisi tempat tidur—kosong. Leon sudah tidak di sana. Mungkin sedang di ruang tengah, atau keluar sebentar.Ia menghela napas dan bangkit dari ranjang, berjalan pelan menuju kamar mandi. Setelah melepas pakaian tidurnya, ia melangkah masuk ke dalam shower dengan langkah ringan, membiarkan air hangat membasahi kulitnya dan menyapu sisa-sisa kantuk. Suasana tenang dan uap air yang mengepul membuat segalanya terasa lebih rileks. Ini seharusnya jadi waktu untuk dirinya sendiri.Sayangnya, ia lupa satu hal penting.Ia tidak mengunci pintu.Dengan santainya, pintu terbuka perlahan, dan suara langkah kaki pelan terdengar mendekat. Elera tak langsung menyadarinya, sampai suara rendah dan penuh godaan itu terdengar begitu dekat di belakang telinganya.“Pagi yang bagus untuk mandi,

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Tempat Baru, Rasa yang Sama

    Pagi yang seharusnya tenang berubah menjadi langkah-langkah cepat dan bisikan singkat di antara Leon dan tim keamanannya. Elera berdiri di balik dinding kamar hotel, mengenakan mantel tipis di atas gaun santainya, menatap Leon yang kini tengah berbicara melalui earphone kecil di telinganya dengan nada rendah namun tegas.Ia tahu, saat Leon berubah menjadi sosok itu—dingin, penuh perhitungan—maka ada sesuatu yang tidak baik sedang terjadi.“Leon,” panggilnya pelan saat pria itu selesai berbicara.Leon menoleh, matanya langsung melunak saat melihatnya. Dalam sekejap, ia berjalan mendekat dan menggenggam tangan Elera.“Kita harus pindah,” katanya tanpa basa-basi.Elera mengernyit. “Pindah? Ke mana?”“Hotel ini tidak lagi aman. Ada aktivitas mencurigakan di sekitar perimeter,” jawabnya, lalu meraih koper kecil milik Elera dan menariknya dengan satu tangan. “Kita akan pindah ke lokasi yang lebih aman, dan setelah itu, aku janji akan mengajakmu berkeliling. Seharian penuh. Tidak ada gangguan

    Huling Na-update : 2025-03-16
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Pagi yang Cerah

    Pagi itu terasa berbeda.Matahari Swedia menyapa perlahan dari balik tirai tipis, menyebarkan cahaya hangat ke seluruh ruangan yang masih sepi. Elera terbangun lebih dulu, matanya mengerjap perlahan saat menyadari tempat tidurnya terasa… terlalu nyaman.Lengan hangat Leon masih melingkar di pinggangnya, nafas pria itu teratur dan lembut, membelai tengkuknya seperti irama yang menenangkan. Ia tidak tahu kapan tepatnya Leon menariknya mendekat semalam. Yang pasti, tidak ada keraguan, tidak ada rasa canggung. Hanya ada kedekatan yang mendalam… dan menenangkan.Elera menatap wajah pria itu dalam diam. Garis rahangnya yang tegas, alis yang sedikit berkerut bahkan saat tidur, dan bibir yang semalam disentuhnya dengan penuh keberanian. Ia mengingat lagi ciuman itu. Lembut. Nyaman. Hangat.Ia, Elera Vasquez, benar-benar mencium Leon Santiago.Bukan karena tantangan. Bukan karena gertakan.Tapi karena perasaan yang perlahan, diam-diam… dan tak tertolak."Aku tahu kau menatapku," suara berat Leo

    Huling Na-update : 2025-03-16

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Ketenangan yang Menyimpan Ancaman

    Pagi itu, udara masih terasa sejuk di Santiago Mansion, namun rasa cemas yang tersembunyi semakin merasuk ke dalam setiap sudut rumah. Leon dan Diego berdiri di ruang kerja Leon yang megah, peta dan dokumen tersebar di atas meja kayu yang luas. Wajah keduanya serius, jauh dari kedamaian yang ingin mereka rasakan."Musuh kita lebih pintar dari yang kita kira," kata Diego dengan nada rendah. Matanya tertuju pada peta wilayah yang penuh dengan tanda dan markah yang menunjukkan pergerakan yang mencurigakan. "Mereka tahu cara menyembunyikan diri, tidak seperti biasanya. Sekarang mereka seakan menghilang."Leon mengangguk pelan. “Tapi itu hanya membuatku semakin curiga. Tidak mungkin mereka hanya menghilang begitu saja. Mereka pasti sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar.”Diego berjalan ke arah jendela besar yang menghadap ke taman luas. “Atau mungkin mereka tengah menunggu waktu yang tepat, dengan hati-hati mengatur langkah mereka, menunggu kesempatan untuk menyerang. Terlebih denga

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Pesta, Pewaris, dan Bayang-Bayang yang Diam

    Cahaya lampu gantung kristal memantul indah di lantai marmer ballroom. Musik klasik yang lembut mengalun, membungkus suasana pesta dalam elegansi yang tak bisa dibantah. Para tamu mengenakan busana terbaik mereka—gaun panjang berkilau, jas dengan potongan sempurna. Di tengah kemewahan ini, Elera berdiri di sisi Leon, menggenggam tangan suaminya dengan erat sambil menatap ke arah panggung yang telah dihiasi warna-warna keemasan dan biru malam.Bayi mereka, dibalut kain satin lembut berwarna putih gading, tertidur damai di gendongan Bibi Mara. Tatapan para tamu tertuju padanya, pewaris keluarga Santiago yang akhirnya diperkenalkan ke dunia.Leon berdiri gagah, mengenakan setelan gelap yang elegan, dasi hitam, dan pin keluarga Santiago yang berkilau di dadanya. Wajahnya tampak tenang, tapi di balik sorot mata tajamnya, ada sedikit ketegangan. Ia tahu betul, malam ini bukan hanya tentang pesta—ini adalah pernyataan kekuasaan, sebuah tantangan terbuka bagi mereka yang masih berani menyentu

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Persiapan Pesta

    Suasana di dalam mansion Santiago terasa lebih sibuk dari biasanya. Setiap sudut rumah besar itu dihias dengan elegan, menampilkan kemewahan yang mengesankan, namun tetap mencerminkan kehangatan keluarga. Pesta kelahiran anak Leon dan Elera semakin mendekat, dan persiapan pun berjalan dengan penuh ketelitian.Di ruang utama, Maya, Kai, dan beberapa staf dari perusahaan sedang memeriksa daftar tamu dan mengonfirmasi segala persiapan teknis. Namun, perhatian mereka tak terhindarkan dari satu sosok yang baru saja memasuki ruangan: Dante.Dengan jas hitam sempurna dan ekspresi wajah yang selalu terkendali, Dante berjalan di antara mereka, memastikan semuanya berjalan lancar. Tidak ada yang bisa menampik pesona dan karisma yang ia bawa—bahkan Maya dan Kai tak bisa menahan godaan.Maya, yang sedang mengatur beberapa undangan, melirik ke arah Dante dengan senyum nakal. “Dante, aku rasa kau perlu berhati-hati,” ujarnya sambil menatapnya dengan penuh canda. “Bisa-bisa, banyak wanita yang jatuh

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Kembali ke Dunia Nyata

    Sudah hampir tiga bulan sejak bayi mungil mereka lahir. Di balik dinding kokoh mansion Santiago yang seakan terpisah dari dunia luar, Elera menjalani hari-hari barunya sebagai seorang ibu—dan seorang istri dari pria paling berbahaya sekaligus paling menyebalkan yang pernah ia kenal. Namun, naluri dokternya mulai gatal.“Aku ingin kembali kerja,” ujar Elera pagi itu, saat mereka sarapan bersama di teras yang menghadap taman pribadi.Leon menoleh, seolah tak percaya apa yang baru ia dengar.“Kau baru tidur empat jam semalam. Ngapain nyari capek lagi?” suaranya tenang, tapi aura protektifnya langsung naik.“Karena aku rindu bekerja. Rindu rumah sakit. Rindu jadi dokter. Bukan cuma… istri, atau ibu. Aku mau jadi diriku lagi.”Nada Elera tegas, tapi penuh kasih.Leon menghela napas, menatap kopi di tangannya, lalu memandang istrinya. “Kalau begitu, aku punya satu syarat.”Elera mengangkat alis.“Kita pakai pengasuh. Tapi bukan pengasuh sembarangan. Harus dari dalam lingkaranku sendiri. Har

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Pelajaran Menjadi Orang Tua

    Pagi di mansion Santiago yang biasanya dipenuhi percakapan serius atau suara langkah cepat para penjaga, kini berganti dengan suara tangis bayi… dan teriakan panik Leon."Elera! Dia menangis lagi! Apa aku salah gendong?!"Elera, yang sedang duduk santai di sofa dengan rambut sedikit berantakan tapi senyum mengembang, hanya tertawa pelan. "Sayang, dia cuma lapar. Bukan karena kamu. Tapi gaya gendongmu itu... lebih mirip interogasi tahanan daripada pelukan ayah."Leon menatap bayi mungil di gendongannya, lalu menatap Elera. "Aku… aku coba meniru seperti kamu.""Jangan ditiru gaya gendongku, aku punya pelatihan medis, kamu punya pelatihan… menyiksa orang."Suasana di ruang tengah semakin hangat ketika Maya dan Kai datang. Maya membawa setumpuk dokumen dari rumah sakit, sedangkan Kai membawa satu set mainan stimulasi bayi yang katanya wajib untuk perkembangan kognitif.Begitu melihat Leon yang berkeringat sambil mencoba mengganti popok untuk pertama kalinya, mereka berdua tertawa."Kau li

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Lahirnya Pewaris Sang Raja

    Udara di ruang bersalin terasa panas, meski AC menyala dengan kekuatan penuh. Wajah Leon Santiago penuh peluh, rambutnya berantakan, dan jaketnya sudah dibuang entah ke mana. Tangan kirinya dicengkram erat oleh Elera, sementara tangan kanannya mengusap lembut kening wanita yang kini tengah berada di ambang batas kesadaran—dan kekuatan.“Push, Elera! Sedikit lagi!” teriak Maya, dengan suara yang tetap tegas meski mata ikut berkaca-kaca.Dari sudut ruangan, Dante berdiri dengan kamera khusus di tangan. “Leon bilang dia ingin merekam semua momen ini,” gumamnya pelan. “Tapi kayaknya dia gak nyangka dia bakal direkam sambil hampir pingsan.”Leon berteriak kecil ketika tangan Elera mencengkram lebih keras—“Aaaargh! Sayang… pelan—““KAU BILANG AKU NGGAK AKAN MERASA SAKIT KALAU KAU DI SAMPINGKU, LEON!” teriak Elera, matanya hampir menyala.Leon mencium keningnya. “Ya Tuhan, aku bohong. Maaf. Tapi kau luar biasa. Bertahan, Ratu-ku…”Tangis bayi pecah tiba-tiba, menggema di ruangan seolah mengh

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Kembali ke Jalur Rumah Sakit

    Setelah minggu-minggu yang penuh kekacauan, mansion Santiago perlahan tenang. Serangan telah mereda, beberapa pelaku sudah ditahan oleh tim khusus Dante, dan sistem keamanan di seluruh properti Santiago diperbarui lebih ketat dari sebelumnya.Dan pagi itu, Maya kembali mengenakan jas dokternya.“Gila sih, rasanya kayak balik ke peradaban,” gumamnya sambil menata rambut ke dalam cepol rapi, memandang pantulan dirinya di cermin.“Peradaban dengan minimal tiga bodyguard,” celetuk Dante dari sofa kamar tamu.Maya melirik sinis. “Aku dokter trauma. Kalau kamu kirim lebih dari tiga, pasien bisa trauma ngelihat rombongan bersenjata datang ke UGD.”Dante hanya tersenyum tipis, dan berkata, “Tiga? Aku kirim lima. Tapi dua di antaranya menyamar sebagai cleaning service.”Maya membelalak. “DANTE!”Sementara itu, di mansion utama, Kai sedang... merajuk.“Aku ini ahli bedah syaraf, bukan babysitter istri bos,” gerutunya.Leon, yang tengah mengenakan jasnya di ruang kerja, hanya menaikkan satu alis

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Di Balik Tirai Hujan

    Hujan turun semakin deras malam itu, menghiasi jendela besar mansion Santiago dengan gemericik tenang. Di dalam ruangan, setelah sesi drum yang luar biasa (dan sedikit memalukan bagi Kai), suasana mulai mereda. Para “korban ngidam” satu per satu mundur ke kamar masing-masing, memberi pasangan utama kita ruang yang akhirnya… hanya milik mereka berdua.Leon duduk di sofa panjang sambil memijat pelipisnya. “Aku sudah melewati banyak hal gila dalam hidupku, tapi disuruh nonton dokter pribadi main drum demi ngidam? Ini… definisi baru dari ‘ujian hidup’.”Elera tertawa kecil dari tempat duduknya, lalu bergeser pelan hingga bersandar di lengan Leon. “Tapi kau tetap duduk manis dan menikmati semuanya, kan? Bahkan senyum-senyum pas Kai mulai solo.”Leon meliriknya. “Jangan bilang kau cemburu?”“Cemburu? Justru aku bangga. Ngidamku berhasil merusak ego Kai,” jawab Elera santai.Leon menggeleng pelan, lalu meraih dagunya dan menatap dalam. “Kau ini… benar-benar gila. Tapi aku juga gila karena me

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Sisa-Sisa Malam dan Cahaya Pagi

    Pagi di Mansion Santiago Timur datang dengan lambat, matahari menyelinap lewat tirai tebal, menyinari lantai marmer dan jejak-jejak malam yang penuh ketegangan. Suasana mulai tenang, tapi tak seorang pun di dalam rumah benar-benar bisa tidur nyenyak.Di dapur luas bergaya modern klasik, Maya sedang membuka kulkas sambil menguap. Rambutnya masih acak-acakan, sweater kebesaran Leon dipinjam pakai semalam karena bajunya terkena darah saat membantu menangani luka. Ia membuka botol jus jeruk, lalu menyender ke meja, menyeruput sambil merasakan dinginnya pagi yang ganjil.Tiba-tiba suara langkah berat terdengar. “Kau bangun pagi juga.”Maya menoleh pelan. Dante berdiri di ambang pintu dapur, mengenakan kaus hitam dan celana olahraga. Rambutnya masih basah—mungkin baru mandi. Ia tampak... terlalu segar untuk orang yang semalam ikut dalam baku tembak.“Aku gak tidur,” gumam Maya. “Dan kau? Kelihatan seperti habis photoshoot.”Dante hanya mengangkat bahu. “Mungkin efek setelah disuruh jadi mod

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status