Semua Bab TERJEBAK DALAM DUNIA MAFIA: Bab 1 - Bab 10

41 Bab

Bab 1 : Malam Kelam yang Menyaksikan Tragedi

Malam itu, langit tampak begitu kelam, seolah-olah turut berkabung atas apa yang akan terjadi. Angin berhembus perlahan, menggoyangkan dedaunan di halaman rumah besar milik keluarga Torees. Rumah megah bergaya kolonial itu berdiri angkuh di atas bukit kecil, menyimpan banyak rahasia kelam yang tidak pernah diketahui siapa pun, kecuali orang-orang yang terlibat di dalamnya.Catarina Torees duduk di ruang tamu, jari-jarinya dengan lembut membalik halaman novel yang sedang dibacanya. Gadis berusia dua puluh tahun itu tampak begitu anggun dengan gaun putih yang membalut tubuh rampingnya. Rambut panjang berwarna pirang keemasan terurai sempurna, membuatnya tampak seperti boneka porselen hidup. Namun, di balik kecantikannya, jiwanya terasa hampa.Sejak kecil, Catarina tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam keluarganya. Ayahnya, Fernando Torees, selalu terlihat berwibawa di depan umum. Ia adalah wali kota yang disegani, dengan senyum ramah dan sikap penuh karisma. Namun, di balik semua it
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

Bab 2 : Tawanan dalam Kegelapan

Kepalanya terasa berat. Kelopak matanya bergetar sebelum perlahan-lahan terbuka. Cahaya temaram menyilaukan pandangannya, membuatnya memejamkan mata kembali. Aroma asap rokok dan alkohol menusuk hidung, memaksanya untuk sadar sepenuhnya.Catarina berusaha bangkit, namun kedua tangannya terikat di belakang kursi dengan tali kasar. Napasnya memburu, jantungnya berdegup kencang. Pikirannya masih berkecamuk pada peristiwa semalam — jeritan para pembantu, suara tembakan, dan wajah ibunya yang tertembak tepat di depan matanya."Ibu..." bisiknya dengan suara serak.Air matanya mengalir tanpa bisa ditahan. Namun, kesedihan itu harus disimpan rapat-rapat, karena kini hidupnya berada dalam ancaman.Catarina mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Ia berada di dalam sebuah gudang tua yang lembap, dengan dinding batu yang dingin dan penuh coretan. Lampu kuning buram tergantung di langit-langit, memberikan cahaya seadanya. Beberapa kotak kayu berserakan, sementara suara tetesan air terdengar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

Bab 4 : Permainan Berbahaya

Catarina duduk di sudut ruangan, menatap dinding batu lembap dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang, mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan Lorenzo. Tawaran pria itu masih terngiang di telinganya, bekerja sebagai mata-mata, atau menjadi barang permainan para mafia. Waktu terus berjalan, dan batas dua puluh empat jam semakin dekat. Hatinya berperang. Ia tahu, menerima tawaran itu berarti menyerahkan dirinya pada dunia yang penuh dosa dan kekejaman. Namun, menolak berarti kematian dan mungkin, kematian yang lebih buruk daripada sekadar mati. Catarina memejamkan mata, berusaha menenangkan dirinya. Ingatan akan ibunya yang terbunuh di depan matanya kembali menghantuinya. Luka itu masih terlalu segar. Namun di balik semua penderitaan, bara api kecil mulai menyala dalam dirinya, api balas dendam. Suara derit pintu besi membuyarkan lamunannya. Seorang pria bertubuh besar masuk, membawa sepotong roti dan segelas air. Ia meletakkannya di atas meja tanpa sepatah kata, lalu keluar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 3 : Perjanjian Berdarah

Cahaya matahari pagi menyelinap melalui celah kecil di dinding, menerangi sudut gudang yang pengap. Catarina membuka matanya perlahan, menyadari dirinya masih terikat di kursi yang sama sejak semalam. Tubuhnya terasa pegal, dan kelaparan mulai menyiksanya. Namun, rasa takut jauh lebih mendominasi dibandingkan rasa sakit yang ia rasakan.Suara langkah kaki terdengar mendekat. Pintu besi kembali terbuka, memperlihatkan sosok pria yang sudah tidak asing baginya, Lorenzo Vargas. Wajah tampannya tetap dengan ekspresi dingin, sementara setelan hitam yang dikenakannya tampak begitu sempurna, seolah-olah pria itu adalah raja dalam dunia gelap ini.Di belakangnya, dua pria bertubuh besar membawa nampan berisi roti dan segelas air. Mereka meletakkannya di atas meja kecil, lalu pergi tanpa berkata sepatah kata pun.Lorenzo melangkah pelan, tatapannya tajam menelusuri wajah pucat Catarina."Makanlah," katanya singkat.Catarina hanya menatap makanan itu dengan curiga."Apa kau takut aku meracunimu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 5 : Jejak dalam Bayangan

Malam di El Diablo semakin larut, namun denyut kehidupan di dalam bar itu seolah tak pernah padam. Musik berdentum, percakapan bercampur tawa keras, dan aroma alkohol memenuhi udara yang pengap. Catarina berdiri di balik meja bar, menyiapkan minuman dengan tangan yang sedikit gemetar.Tatapan mata para pria yang duduk di sepanjang meja bar membuatnya merasa terancam, namun ia berusaha menyembunyikan ketakutannya di balik wajah yang dingin."Kau baru di sini, ya?"Catarina menoleh, menemukan seorang pria paruh baya dalam balutan jas mahal menatapnya. Wajah pria itu penuh kerutan, namun matanya tajam, seperti seseorang yang telah lama hidup dalam dunia gelap."Iya, Tuan. Saya baru mulai bekerja malam ini," jawab Catarina, berusaha menjaga suaranya tetap tenang.Pria itu menyeringai tipis."El Diablo tidak pernah mempekerjakan gadis biasa... Apa kau hadiah baru dari Lorenzo?"Catarina merasakan jantungnya berdegup lebih kencang, namun ia tetap berusaha tenang."Saya hanya bekerja di bar.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 6 : Rencana Kabur Gagal

Catarina duduk di sudut kamar sempitnya, matanya menatap dinding retak dengan pikiran yang berputar-putar. Malam semakin larut, namun rasa kantuk seolah menjauh dari dirinya. Hatinya bergejolak di antara ketakutan dan tekad. Sudah beberapa hari dia terjebak di dunia kelam ini, bekerja di bar El Diablo di bawah pengawasan Lorenzo. Setiap malam, tatapan mata pria-pria kotor menusuk dirinya. Setiap langkah kaki di lorong membuat jantungnya berdebar. Namun, dalam ketakutan itu, sebuah rencana mulai berakar di benaknya. Aku harus kabur. Aku tidak akan menjadi milik mereka. Catarina menatap jendela kecil yang dipasangi jeruji besi. Jalan keluar tampak begitu jauh, namun dia tahu hanya ada dua pilihan…melarikan diri atau mati di sini. Isabel menjadi satu-satunya orang yang sedikit bersikap ramah padanya. Namun, Catarina tak sepenuhnya percaya pada siapa pun di tempat ini. Lorenzo bisa memanfaatkan siapa saja sebagai mata-mata. Dalam diam, Catarina mulai menyusun rencana. Dia memper
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 7 : Permainan Menggoda

Keesokan paginya, sinar mentari menyelinap masuk melalui celah langsir jendela, membangunkan Catarina dari tidurnya yang tidak lena. Tubuhnya terasa sakit dan perih, terutama di bahagian bawahnya. Air mata bergenang di pelupuk matanya saat mengingat apa yang telah terjadi malam tadi.Dia menoleh perlahan, melihat Lorenzo tidur nyenyak di sebelahnya dengan wajah tenang, seolah-olah tiada apa yang berlaku. Hatinya memberontak, perasaan benci bercampur takut menghantui dirinya.Dengan berhati-hati, Catarina menarik selimut menutupi tubuhnya yang lemah. Dia menahan rasa sakit sambil bangkit perlahan-lahan dari tempat tidur. Dia mengambil handuk yang terletak di atas sofa, lalu mengenakannya. Setiap langkah terasa begitu berat, tetapi dia tahu ini adalah satu-satunya kesempatan untuk melarikan diri.Nafasnya tertahan ketika kakinya menyentuh lantai marmar yang dingin. Dia menoleh sekali lagi ke arah Lorenzo, memastikan lelaki itu masih terlelap. Hatinya berdeg
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 8 : Malam yang memuaskan

Sedang Catarina asyik menari dengan gerakan gemetar, tiba-tiba Lorenzo menarik tangannya dengan kasar. Gadis itu terkejut, tubuhnya yang lemah terjatuh ke atas ranjang empuk. "A-apa yang kau lakukan? Tolong... lepaskan aku!" suara Catarina bergetar, air matanya mulai jatuh lagi. Namun, Lorenzo tidak menghiraukan rintihan itu. Lelaki itu langsung menindih tubuh mungil Catarina, menatap wajah gadis itu dengan senyum penuh nafsu. "Kau terlalu cantik untuk hanya sekadar menari, Catarina..." bisiknya di telinga gadis itu, membuat bulu roma Catarina meremang. Catarina berusaha meronta, tetapi kekuatannya tidak sebanding dengan lelaki kejam itu. Tangannya ditahan di atas kepala, sementara tubuhnya terperangkap di bawah tubuh sasa Lorenzo. "Lepaskan aku... Tolong... aku mohon..." suara Catarina hampir tenggelam dengan isak tangis. Namun, Lorenzo hanya tertawa kecil, jemarinya yang kasar menyentuh wajah lembut gadis itu. "Kau milikku sekarang... semakin kau melawan, semakin aku menikmat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 9 : Rahasia kejahatan mafia terbongkar

Keesokan harinya, Catarina terbangun dari tidurnya dengan tubuh yang terasa sangat sakit. Setiap inci tubuhnya terasa lemah, seolah-olah seluruh tenaganya telah terkuras. Cahaya matahari pagi menembus celah tirai, menyilaukan matanya yang sembab kerana menangis semalaman. Dia menggigit bibir, menahan rasa sakit yang menusuk dari tubuhnya. Semalam, Lorenzo tidak membiarkannya beristirahat. Lelaki itu memperlakukannya seperti boneka, tanpa belas kasihan. Air matanya kembali menitis saat mengingat setiap detik menyakitkan yang dilaluinya. Catarina menggenggam selimut dengan erat, menutupi tubuhnya yang masih bergetar. Dia merasa hina, seolah-olah semua harga dirinya telah dirampas. Namun, dia tahu tidak ada gunanya menangis. Lorenzo adalah lelaki yang kejam, dan dia tidak akan berhenti sampai benar-benar memiliki dirinya sepenuhnya. Pintu kamar tiba-tiba terbuka, membuat Catarina tersentak. Seorang pembantu wanita masuk dengan membawa sarapan di atas nampan perak. "Sarapan untuk anda
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 10 : Hukuman

Catarina berjalan perlahan menuju kamar, tubuhnya masih gemetar. Pikirannya berkecamuk, mengingat kejadian mengerikan yang baru saja disaksikannya. Aroma darah masih terasa di hidungnya, membuat perutnya mual. Setiap langkah yang diambil terasa berat, seolah-olah bayangan Lorenzo terus mengekorinya.Setibanya di kamar, dia menutup pintu perlahan dan menguncinya dari dalam. Air matanya jatuh tanpa henti."Kenapa semua ini terjadi padaku?" bisiknya sambil memeluk tubuhnya sendiri.Dia menatap bayangannya di cermin besar di sudut kamar. Wajah cantiknya tampak pucat, dengan mata sembab akibat terlalu banyak menangis. Tubuhnya terasa sakit, bukan hanya karena perlakuan Lorenzo, tetapi juga karena ketakutan yang terus menghantuinya.Catarina berjalan menuju jendela besar yang tertutup tirai tebal. Dia membuka sedikit tirai itu, menatap ke luar.Hatinya semakin hancur, menyadari bahwa dunia di luar sana begitu dekat, tetapi kebebasan terasa begi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status