Home / Rumah Tangga / ANTARA AKU DAN RANIA / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of ANTARA AKU DAN RANIA : Chapter 41 - Chapter 50

55 Chapters

41

Pada pria yang telah kuberikan separuh jiwaku, aku kecewa karena telah begitu mencintai dan mendedikasikan diriku untuknya. Aku terbenam dalam lautan kekecewaan mendalam di mana tangis dan sesal tak lagi berguna untukku. Aku berdiri menahan bola mata berkaca-kaca serta sensasi menyesakkan dada sementara pria itu melanjutkan tidur tanpa dosa. Lalu apa ... Akhirnya aku tetap harus menyeret diriku ke pengadilan agama, memberanikan diri untuk bicara pada panitera bahwa aku tak sanggup lagi bertahan dalam tirani ini. Aku tak kuasa menerima penderitaan serta cambukan kecemburuan yang setiap hari mendera jiwaku. Mungkin aku berusaha untuk ikhlas, tapi setiap kali bayang senyum Dan tawa Rania terlintas di pelupuk mata, hatiku terbakar kecemburuan yang membara. Bayangkan... Selama lebih dari 3 tahun mereka diam-diam melakukan pertemuan, menikah secara diam diam lalu mengikrarkan akad secara rahasia. Bodohnya aku yang tidak menyadari semua itu, dan alangkah konyolnya diri ini yang telah mem
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

42

Aku sudah harus melipat perasaanku dari lembaran yang besar menjadi lipatan paling kecil, kemudian mengemasi dan menutup hatiku lalu menggenggamnya dan membawanya pergi. Luka-luka yang ikut bersama rasa yang telah kukemas, niscaya akan mewarnai kehidupan dan jadi pelajaranku di masa depan... Mungkin sebagian jadi trauma dan keraguan ketika aku akan jatuh cinta... Tapi ini jalan terakhir. Cukup sudah dihina, disakiti dan dikhianati. Telah kucoba untuk memahami sifat suamiku. Mencoba mengerti bahwa ia dalam keadaan bingung, terkejut dengan kemarahanku dan belum menata kata-katanya untuk menjelaskannya padaku. Aku mencoba memahami bahwa dia sedang dalam posisi mencoba untuk menyetarakan antara aku dan istri barunya, meski belum maksimal dan masih ada kekurangan di sana-sini. Aku mencoba untuk memahaminya. Aku tidak ingin dendam dan sakit hati tapi pertanyaan dan protes-protes atas ketidakadilannya memaksaku untuk bertanya. Aku tidak ingin mengintervensi atau menekannya tapi terkadang
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

43

Melihatku bersama Tuan Fadli, spontan kecemburuan suamiku terlihat dengan jelas di matanya, seakan ada api yang berkobar dengan cepat. Seakan ada arang yang disiram dengan bensin lalu menyembur menjadi lidah api yang sangat besar. "Kau mau kemana?" Jarak antara mobilku dan mobilnya tidak sampai 1 meter jauhnya. Melihatku bersama bosku suamiku langsung turun dari mobilnya dan mendekat dengan cepat. Melihatnya menghampiriku, aku panik mencari tuas untuk menaikkan kaca mobil namun aku gagal. "Kau mau kemana Alya!" Dia menurunkan badannya, membuat wajahnya tepat di depan wajahkum "Mau bekerja!" jawabku sekenanya. Mataku yang sembab, suaraku yang serak serta dia yang sudah terlanjur melihat koper jok belakang, langsung meradang."Kau mau kabur ya, kau mau meninggalkan suamimu ya?!" Dia tertaw, lalu berteriak yang sukses membuat pengguna jalan melihat kami. Hujan semakin deras, lelaki itu basah kuyup di luar mobil Ferrari Tuan Fadli. "Husein!! biarkan alya menenangkan diri!" Mendeng
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

44

Udara pagi berkabut dengan rintik hujan yang tak kunjung selesai, air mata ini tak berhenti tumpah meski mata menerawang memandangi jendela. Gedung dan pohon berlari seakan mengejar di belakangku sementara aku seperti kura-kura yang merangkak di posisi yang sama."Aku mohon jangan menangis, banyak konflik yang terjadi di antara suami dan istri, kuharap kau tegar menghadapi ini!""Aku sedih atas sikap suamiku dan bagaimana caranya mempermalukan kita. Juga khawatir tentang mobil Anda yang rusak, Mas." "Jangan khawatirkan mobil, aku bisa memperbaikinya. Aku lebih mengkhawatirkan tentang perasaan dan jiwamu. Seorang wanita sejatinya harus diperlakukan dengan baik dan lembut. Tapi kau mendapatkan perlakuan kasar tepat di depan mata semua orang.""Dia benar-benar emosi Mas," desahku dengan perasaan yang gamang. Ada rasa takut, khawatir dan cemas. Takut kalau dia akan mencari dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, takut dia menyebarkan berita-berita yang tidak sedap tentang aku dan
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

45

Mendengarnya mengatakan ucapan cinta aku hanya diam saja, aku tidak punya kata-kata untuk menanggapinya, sebab diperpanjang pun... obrolan terasa sakit dan hambar. "Kenapa kau diam saja Alya?""Aku hanya terkejut bahwa kau masih nyaman mengucapkan omong kosong, aku kaget tanpa malu kau mengatakan cinta pada wanita yang terus kau sakiti!""Dengar alya... Kadang kemarahan membuat seseorang gelap mata. Aku tahu persis aku mencintaimu tapi aku cemburuan telah membuatku merugi, aku menyakitimu dan aku menyakiti badanku sendiri. Tidak ada penyesalan yang lebih menyakitkan dibandingkan apa yang kurasakan sekarang. Tolong beri aku kesempatan dan beritahu aku di mana tempatmu agar aku bisa menjemputmu dan membawamu pulang.""Apa yang telah kau buat tidak akan kembali dalam bentuk yang sama. Kau telah mengusirku, merampas harta dan membuatku merasa tersisih di dalam rumahku sendiri. Kau mengambil perhiasan dan uangku juga menahan tabungan kita. Kekejaman macam apalagi yang harus kutahan?"Lu l
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

46

"keputusan Apa yang kau ambil tanpa berdiskusi lebih dahulu pada suamimu?" Seketika tangisan suamiku terhenti, matanya mendongak dan melihat padaku dengan lekat. "Aku tetap ingin berpisah. Ini jalan terbaik untuk kita.""Namun aku tetap ingin berusaha...""Tidak Mas sudah cukup! Mari kita selesaikan semua ini baik-baik dan kita bagi Apa yang harus kita bagi.""Tapi semuanya milikmu Alya, semua yang kuberikan adalah milikmu dan aku tidak akan mengambilnya kembali.""Kalau begitu aku bebas mempergunakan sesuka hatiku?""Iya.""Aku tetap memutuskan berpisah denganmu. Tentang rumah itu aku tidak tertarik lagi... Kau bisa menyimpannya untuk kau dan keluargamu, juga uang tabungan dan perhiasanku. Aku cuma minta agar kau mengembalikan surat-menyurat dan berkas-berkasku agar aku bisa menyelesaikan urusan kita.""Kenapa kau begitu keras hati Aliyah?""Dikhianati itu sakit, Mas. Daripada menyimpan luka itu terus-menerus lebih baik kita selesaikan saja."Aku bangun dari tempat duduk agar perdeb
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

47

"Bukannya tidak nyaman, saya sedikit canggung karena bos besar malah memilih duduk di meja karyawan biasa." di tengah alunan lagu dan keriuhan karyawan yang mengobrol dengan sesamanya. Suara kami timbul tenggelam tapi aku bisa mendengar dengan jelas ucapan Mas Fadli serta melihat bagaimana ia menatapku dengan binar mata yang sedikit berbeda. "Aku biasa membaur dengan semua orang jadi tenang saja," jawabnya sambil mengedipkan mata. Fiora melirik kami dan ia terlihat menahan tawa. Sepertinya gadis itu menyadari bahwa ada yang berbeda dengan sikap bosnya, pun aku pun memahami kalau dia memiliki kepedulian yang berbeda padaku tapi aku tidak segera menyimpulkannya sebagai perasaan cinta atau ketertarikan yang berlebihan.Anggap itu kebaikan dan kepedulian seorang bos pada bawahannya. "Sepertinya kau tidak betah di situasi yang ramai seperti ini!""Sebenarnya iya tapi Saya menghargai acara pestanya. Jadi saya akan baik-baik saja.""Mau ikut bicara di balkon denganku, kebetulan aku juga i
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

48

Jangan tanyakan bagaimana ekspresi Mas Husein, pria itu terintimidasi, di antara semua orang yang bergelar dan punya posisi hanya dia satu-satunya yang kini terlihat pucat dan ketakutan. Riuh pesta, lagu-lagu yang diputar dan suara tawa-tawa para karyawan tak serta merta membuatnya cukup membaur. Lelaki duduk di pojok acara sambil menatap nanar pada semua orang. Sepertinya dia mendapat pukulan syok yang sangat besar, sepertinya dia sudah menyadari sedang berurusan dengan orang yang salah, berani memukul, memprovokasi dan menghadang Mas Fadli. Tapi herannya, Mas Fadli sama sekali tidak menunjukkan Siapa dirinya yang sebenarnya saat dia menghadapi sikap jahat Mas Husein, kalau mau, dia bisa menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya dan menghukum Mas Husein dengan cara memecatnya, tapi Mas Fadli memilih bersikap elegan, memilih untuk tetap tenang dan biarkan waktu yang membuktikan segalanya. Aku masih duduk bersama Viora, dua orang rekan lain nya juga duduk bersamaku. Tiba-tiba Mas H
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

49

(jika kau tidak keberatan tolong hentikan mengirim pesan ke ponsel aku sebab aku bukan lagi istrimu!)(Kalau begitu, sejak kapan kita bercerai? Aku tidak berasa menandatangani persetujuan di pengadilan!)(Cukup, aku sedang berbincang dengan bosku dan aku tidak mau terlihat sibuk dan membuatnya tersinggung!) Aku sengaja mengirimkan pesan seperti itu untuk memberinya pelajaran, ketika dia terus menyiksa perasaanku dengan kecemburuan, kebahagiaannya bersama Rania, maka aku pun bisa memberikan pukulan yang lebih telak. (Dasar jalang!) Ungkapnya dengan emoji wajah merah padam.Pukul 04.00 sore aku kembali ke rumah, aku dorong pintu gerbang dan mendapati kedua orang tuaku sedang duduk di teras dan berbincang. Bunda terlihat khawatir dan segera menyongsongku sementara aku terheran-heran dengan ekspresinya yang cermat. "Kau Baik-baik saja kan Nak?""Iya aku baik-baik saja! Ada apa Bunda?""Beberapa saat yang lalu suamimu datang ke rumah dan memberitahu betapa kau benar-benar berselingkuh d
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

50

Lalu kami pun mengurus perceraianku, seminggu berlalu setelah pertemuan dengan keluarga Mas Husein Ayah membantuku untuk memasukkan berkas ke pengadilan agama. Mendampingiku mencatatkan gugatan serta membantuku membayar biayanya. Setiap kali dia menatapku dengan sedih meski aku sendiri berusaha tersenyum di hadapannya, Ayah selalu menguatkanku, menggenggam tanganku dan mengatakan bahwa semuanya akan berubah dan hari esok akan jadi baik-baik saja meski statusku sendiri."Kak, ayah akan selalu mendukungmu. Fokuslah pada impian dan kehidupanmu, bila kau sembuh kau harus bahagiakan dirimu sendiri. Berkarir dengan baik dan jadilah sukses.""Iya, ayah.""Ayah mau kau jadi lebih kuat.""Insya Allah."Sepulangnya dari pengadilan agama, aku dan ayah mampir di restoran seafood kesukaan kami, aku dan dia makan bersama dan menikmati hidangan favorit keluarga yang selalu kami beli sejak aku remaja. Kami berbincang sambil makan berdua, memikirkan rencana masa depan, apa yang akan aku lakukan den
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status