All Chapters of Runtuhnya Sebuah Kesetiaan: Chapter 11 - Chapter 20

38 Chapters

Boleh Bergabung?

“Nggak usah pakai tapi-tapian. Sekarang kamu harus lebih membuka pikiranmu. Jangan hanya cemburu tidak jelas seperti itu.”“Tidak jelas bagaimana, Mbak? Bahkan saat Mas Haris bercinta denganku, ia menyebut nama Indah.”Dewi tampak kaget dengan ucapan Esti.“Nggak usah mengada-ada kamu. Kenapa kamu ngotot sekali menuduh Haris selingkuh? Nggak usah aneh-aneh, pikirkan anak-anakmu.” Dewi berkata dengan tegas.Akhirnya Esti berpamitan pulang, ia sangat kecewa dengan tanggapan Dewi. Selama ini hubungan Dewi dan Esti memang dekat dan baik, karena itu mereka saling bertukar pikiran. Apalagi mereka sama-sama guru. Dewi sendiri seorang janda, dengan dua anak perempuan. Usman, mantan suami Dewi berselingkuh dengan kekasih yang dulu tidak direstui oleh orang tua Usman.Esti sengaja bercerita pada Dewi, dengan harapan Dewi bisa menasehati Haris. Bukannya malah menjatuhkan mental Esti dengan mengatakan Esti terlalu cemburu.Ketika mobil Esti keluar dari halaman rumah Dewi, tampak Erlin, adik bungs
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

Jangan Panggil Bunda

“Ya sudah, aku pulang saja, daripada kalian nggak jadi makan.” Esti beranjak dari duduknya, kemudian memotret mereka berdua. Haris dan Indah sangat kaget, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya Esti keluar dari rumah makan itu, tak lupa ia mengambil pesanannya.“Masukkan ke tagihan meja no 5 ya?” kata Esti sambil menunjuk ke arah Haris dan Indah.“Baik, Bu.” Sang kasir menjawab sambil tersenyum.Esti melangkah dengan gontai, tak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Esti sekarang. Semua menjadi satu. Apa yang ia takutkan selama ini benar-benar terjadi. Tapi ia tidak mau terpuruk, ada Mei dan Ais anak mereka yang perlu diperhatikan.Diperjalanan, Esti sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia pun menangis sesenggukan. Lebih baik ia menangis di mobil daripada menangis di rumah. Jangan sampai anak-anaknya tahu kalau ia menangis.Sampai di rumah, Esti langsung masuk ke kamar. Ia membuka lemari tempat dokumen dan surat-surat berharga. Ia menyimpan semua surat-surat berharga itu ke su
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Hamil

“Aku pikir Mas sudah berubah semenjak kasus dulu. Ternyata benar kata orang, sekali selingkuh, pasti akan melakukan selingkuh lagi. Bodohnya aku, kenapa aku dulu memaafkanmu.” Haris masih terdiam, semua yang dikatakan Esti benar. Kalau ia menyangkalnya, pasti Esti akan semakin emosi.“Kalau aku melakukan kesalahan, seharusnya Mas bilang padaku. Aku akan berusaha untuk memperbaikinya. Bukannya malah mencari kepuasan diluar.” Esti berhenti sejenak, menghela nafas dan melanjutkan berbicara.“Seperti kejadian menyebut nama Indah, aku sudah mau melayani semua keinginanmu. Kapanpun Mas mau aku selalu mengiyakan. Apa aku kurang memuaskan? Kenapa Mas tega melakukan semua ini? Mas nggak berkaca pada kejadian yang menimpa keluargamu. Mbak Dewi dan Erlin keluarganya berantakan karena pihak ketiga. Dulu Mas ngomongin Mas Usman nggak punya hati, karena menyakiti Mbak Dewi. Ternyata malah kamu juga yang nggak punya hati.” Esti berkata dengan air mata yang tidak bisa dibendung lagi.“Aku akan menca
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Ocehan Ais

Pulang dari kantor, Haris tampak biasa saja. Ia masih menyapa Mei dan Ais, tapi Mei tampak enggan bermanis-manis muka di depan ayahnya. Ais langsung memeluk ayahnya. Haris tampak heran dengan Mei yang seperti mengabaikannya. Biasanya Mei yang selalu menyambut kepulangan ayahnya dari kantor. Tapi suasana hari ini tampak berbeda.“Mei kenapa? Kamu sakit?’ tanya Haris.Mei hanya menggelengkan kepala. “Kamu mau minta apa? I phone terbaru?’Lagi-lagi Mei menggelengkan kepala. Haris hanya menghela nafas panjang, bingung mau bertanya apa lagi. “Ayah, tadi Bunda Indah eh Tante Indah kesini.” Ucapan Ais membuat Haris tampak kaget, wajahnya menjadi pucat. Perubahan ekspresi wajah Haris tak luput dari pandangan Mei. Mei menatap sinis ke arah Haris, Haris yang kebetulan menatap Mei, langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.“O ya, sama siapa kesininya? Sama om-om kru ya?” sahut Haris dengan wajah yang dibuat tersenyum sambil menatap Ais. Walaupun dalam hatinya ketar-ketir.“Sendirian, ngobr
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Sakit

“Hamil?” tanya Haris, ia syok mendengar kata-kata Indah.“Iya, Mas. Aku hamil, sudah tujuh Minggu.”“Kenapa kamu sampai hamil? Seharusnya kamu itu pakai KB, aku kan sudah mengingatkanmu.” Haris marah pada Indah. Ia sangat gusar, bingung mau melakukan apa setelah tahu Indah hamil.Indah hanya diam saja, ia kesal karena dimarahi oleh Haris.“Jangan-jangan kamu sengaja, supaya punya anak dariku,” sindir Haris.“Aku pikir Mas mau menikahiku, ternyata selama ini hanya memanfaatkanku saja. Hanya mencari kepuasan denganku.” Indah berkata dengan mata berkaca-kaca.“Aku tidak pernah menjanjikan pernikahan denganmu. Aku pernah bilang sama kamu, kalau aku akan mencukupi semua kebutuhanmu, tapi tidak bisa menikahimu. PNS tidak boleh memiliki dua istri!”“Ceraikan saja Mbak Esti!” Indah berkata dengan tegas.“Tidak semudah itu menceraikannya.”“Tadi Mbak Esti mempersilahkan Mas menikah denganku.” Indah berkata sambil tersenyum.“Kamu pikir semudah itu Esti mengizinkan? Kamu tahu apa yang terjadi k
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Kedatangan Indah

“Tumben kamu main kesini,” kata Dewi ketika melihat Indah berkunjung ke rumahnya.“Iya, Mbak.” Indah menjawab dengan pelan.“Sama siapa?”“Sendirian.”“Gimana kabar orang tuamu? Sehat?”“Alhamdulillah, Mbak.”“Anakmu, siapa namanya? Kelas berapa sekarang?”“Andre, Mbak. Sudah jelas enam. Fania baru lima tahun.”“Sebentar lagi mau SMP ya?” “Iya, Mbak.”“Kok diajak ngobrol terus, mau minum apa?” tanya Dewi.“Air putih saja, Mbak.” Dewi pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air putih. “Silahkan diminum, hanya air putih saja,” kata Dewi sambil menyodorkan gelas berisi air putih.“Nggak apa-apa, Mbak. Terima kasih.” Indah mengambil gelas itu dan meminumnya. Ia tampak deg-degan karena mau mengabarkan sesuatu.“Mbak, aku datang kesini ada tujuannya. Ada sesuatu yang mau aku sampaikan,” kata Indah membuka pembicaraan.“Oh, apakah ada sesuatu yang serius?” tanya Dewi.Indah mengangguk, kemudian matanya berkaca-kaca.“Mbak, aku hamil.”Dewi kaget mendengar u
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

Nggak Ikhlas

“Ibu?” Erlin tampak cemas dengan kondisi ibunya.“Minggir kamu!” bentak Erlin, karena Indah masih bersimpuh di kaki Siti. Dengan mengusap air mata, Indah pun menyingkir ke tempat lain.“Telepon dokter Fajar sekarang!” Perintah Dewi pada Erlin.Erlin segera mengambil ponselnya dan menelpon dokter Fajar. “Kebetulan dokter Fajar sedang di jalan, dan segera menuju ke sini,” kata Erlin setelah mengakhiri panggilan telepon.“Ibu, Ibu.” Erlin memanggil ibunya, sepertinya Siti pingsan.Indah masih termangu dengan kejadian ini, ia merasa bersalah. Tapi ia kesal dengan ucapan Siti tadi.“Kalau sampai terjadi apa-apa dengan ibunya Mas Haris, pasti mereka semua akan semakin membenciku. Apa yang harus aku lakukan?” kata Indah dalam hati.Tak berapa lama, dokter Fajar pun datang. Ia segera memeriksa Siti dengan teliti.“Di bawa ke rumah sakit saja, ya? Biar saya telpon ambulan,” kata dokter Fajar. Tanpa menunggu persetujuan dari keluarga, dokter Fajar langsung menelpon ambulan.Erlin tampak menang
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

Di Rumah Sakit

“Pas senang-senang sama selingkuhan, giliran sakit balik ke aku lagi! Tadi malam menemui Indah kan? Merencanakan sesuatu untuk masa depan kalian ya? Kalian berdua sangat kejam, menusukku dari belakang. Kenapa nggak minta Indah yang menemanimu disini? Kalau aku nggak mikir bakti seorang istri, aku nggak bakal nungguin kamu disini.”Emosi Esti sudah memuncak, gara-gara Haris menuduhnya menyembunyikan ponsel. Haris hanya terdiam, sepertinya ia merasa bersalah karena sudah membuat Esti emosi. Nafas Esti masih naik turun karena emosi. Esti pun keluar dari kamar Haris, ia ingin mencari udara segar untuk menenangkan emosinya. Esti duduk di taman depan kamar Haris. Ia hanya diam memikirkan semuanya, tanpa disadari, air mata menetes di pipinya. Dengan segera ia menghapus air mata itu.Ia tidak menyangka kalau kehidupan rumah tangganya akan seperti ini. Biasanya ia hanya menonton drama kehidupan orang lain, sekarang dia sendiri pemeran utamanya.“Bu,” panggil seseorang. Esti kaget dan ia pun
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Pelaku Pengkhianatan

Keluar dari kamar perawatan ibunya, dari kejauhan Erlin melihat seseorang yang sangat ia kenal.“Ah mungkin hanya mirip saja. Lagipula ngapain Mei ada disini,” kata Erlin dalam hati. Ia pun melanjutkan langkahnya keluar dari rumah sakit.“Apakah aku mampir ke rumah Mas Haris ya, untuk memberitahu mereka,” kata Erlin dalam hati. Ia pun memutuskan untuk mampir ke rumah Haris, ingin memberitahu kalau sang Ibu dirawat dirumah sakit. Sampai di depan rumah Haris, rumah tampak sepi. Berkali-kali ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam, tapi tidak ada jawaban dari dalam rumah. ia pun sempat mengintip melalui jendela, tapi ternyata tertutup oleh hordeng.“Apakah mungkin mereka pergi ya? Lampu-lampu luar juga sudah dihidupkan, berarti mereka sedang keluar rumah,” kata Erlin dalam hati. “Tapi kenapa Mas Haris dan Mbak Esti susah dihubungi ya? Apakah mereka pergi ke daerah yang tidak ada sinyalnya?” Pikiran Erlin dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Dengan hasil nihil, ia pun meninggalkan rumah
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Nekat

Kemudian meluncurlah kata demi kata dari mulut Erlin, yang terangkai dalam sebuah cerita. Cerita tentang kejadian kemarin, secara detail Erlin menceritakannya. Deni dan Umi syok mendengar cerita Erlin.“Dari kemarin Mas Haris dihubungi nggak bisa, Mbak Esti juga. Kemarin sebelum pulang aku mampir ke rumahnya, tapi nggak ada orang, sepertinya mereka sedang pergi,” kata Erlin.“Kamu tahu Haris kemana?” tanya Deni.Erlin menggelengkan kepalanya.“Dia dirawat di kamar sebelah, tadi malam Esti dan anak-anak menginap di rumah sakit.”“Kok Mas Deni tahu?”“Tadi pas kesini, aku melihat Mei dan Ais. Aku tanya mereka, dan mereka menjelaskannya.”“Kasihan Mbak Esti ya? Pasti dia lelah jiwa raga karena ulah Mas Haris.”“Ehem!” Semua yang di kamar itu kaget mendengar orang berdehem.“Aku sudah mendengarkan semuanya,” kata Esti, kemudian berjalan masuk ke dalam. Dari tadi Esti memang berdiri di depan pintu, kebetulan pintu tidak tertutup rapat. Jadi pembicaraan orang di dalam kamar bisa terdengar d
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status