Home / Rumah Tangga / Belenggu Cinta Tak Terbalas / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Belenggu Cinta Tak Terbalas: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Bab 31

Aku berkata seraya mengernyit, "Aku bukan marah karena kejadian semalam. Aku ...."Sebelum aku menyelesaikan perkataanku, Steven buru-buru pergi dengan alasan ingin mengurus pekerjaan. Dia selalu seperti ini. Saat kalah berdebat denganku dan tidak bisa mengubah kenyataan, Steven akan pergi untuk membiarkan aku menenangkan diri.Steven berharap aku bisa mencerna semua emosi negatif sendiri dan amarahku akan mereda seiring berjalannya waktu. Kemudian, aku akan memendam penderitaanku sebelumnya dan lanjut bersama Steven karena merasa tidak tega meninggalkannya.Akan tetapi, sekarang aku sudah berubah. Aku tidak akan terus mencintai Steven setelah diabaikan hanya karena tidak tega.Setelah Steven pergi, aku membuang semua barang yang dibawanya ke tong sampah. Aku membungkus sampah-sampah itu, lalu meletakkannya di luar. Aku juga membersihkan ruang tamu dengan disinfektan.Sesudah semuanya selesai, aku baru menghubungi pengacaraku untuk menanyakan seberapa besar kemungkinan aku menang jika
Read more

Bab 32

Steven tidak berbicara. Dia hanya mengambil botol anggur di samping dan meminumnya.Edgar melanjutkan, "Kak Steven, sejujurnya aku sama sekali nggak merasakan cintamu kepada Kakak Ipar. Kalau mencintai seseorang, kamu pasti nggak rela lihat dia terluka. Tapi, kamu cuma menyakiti Kakak Ipar."Edgar bertanya, "Masalahnya, kenapa kamu begitu menderita kalau nggak mencintai Kakak Ipar?"Edgar benar-benar tidak memahami Steven. Dia tidak tahu apakah Steven mencintai Luna atau tidak. Steven terus menyakiti Luna, mana mungkin Steven mencintai Luna? Hanya saja, Steven terlihat begitu menderita. Apa ini bukan cinta? Edgar tidak mengerti kenapa semua tindakan Steven sangat bertentangan.Steven tetap tidak melontarkan sepatah kata pun. Hal ini karena dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya.Tiba-tiba, ponsel Steven berdering. Sierra yang menelepon. Begitu Steven menjawab panggilan telepon, terdengar suara Sierra yang lemah. "Kak Steven, dadaku tiba-tiba sakit sekali. Aku nggak bisa tidur."Si
Read more

Bab 33

Teresia melirikku dan menegur, "Nggak usah berpura-pura kasihan, nggak ada gunanya! Aku nggak akan luluh!"Teresia benar-benar kecewa dengan aku yang bucin dulu. Sekarang dia sama sekali tidak memercayaiku. Begitu teringat hasil penyelidikanku, aku juga merasa diriku sangat bodoh hingga tidak pantas dimaafkan.Aku mendekati Teresia dan memelas, "Sayang, apa yang harus aku lakukan biar kamu mau memaafkanku?""Ikut aku ke suatu tempat. Nanti aku baru pertimbangkan untuk memaafkan kamu," sahut Teresia.Mendengar ucapan Teresia, mataku berbinar-binar. Aku menimpali, "Jangankan ke satu tempat, seratus tempat juga nggak masalah."Teresia mendengus dan membalas, "Nggak usah seratus tempat, cukup satu saja.""Tempat apa itu?" tanyaku. Aku sedikit penasaran dengan tempat yang dimaksud Teresia. Bisa-bisanya Teresia yang begitu marah mempertimbangkan untuk memaafkanku!"Nanti kamu juga tahu setelah sampai," balas Teresia.Di sepanjang perjalanan, aku memikirkan banyak tempat. Namun, aku tidak men
Read more

Bab 34

Orang yang benar-benar mencintaimu pasti langsung teringat dengan penderitaanmu dan merasa kasihan padamu. Aku merasa sedih melihat Teresia menangis. Aku ingin memeluk Teresia dengan erat dan menangis bersamanya sampai puas.Sebelumnya, aku melewati hidup yang menderita sendirian di rumah sakit. Aku sangat kesakitan sampai-sampai tidak bisa tidur setiap malam jika tidak mengonsumsi obat pereda sakit dan obat tidur.Aku melihat pasien lain yang hanya mengalami luka ringan, tetapi dikunjungi oleh semua keluarganya. Mereka semua sangat menyayangi pasien itu.Sementara itu, aku sama sekali tidak bisa bergerak. Namun, tidak ada keluarga yang menemaniku. Tidak ada yang memedulikan nasibku, bahkan mereka berharap aku mati. Tubuh dan hatiku terasa sangat sakit.Aku benar-benar kelelahan. Aku ingin menangis sampai puas. Akan tetapi, aku tidak ikut menangis saat memeluk Teresia. Kalau aku menangis, tangisan Teresia pasti makin menjadi-jadi dan dia makin merasa bersalah.Aku melambaikan tangan da
Read more

Bab 35

Saat aku dan Teresia sedang bersenang-senang, ponselku berdering. Pihak rumah sakit yang menelepon, "Ini Bu Luna, ya? Suamimu, Pak Steven lagi diselamatkan di rumah sakit karena pendarahan lambung. Tolong kamu datang ke rumah sakit secepatnya."Aku mengangkat alis, hanya mengalami pendarahan lambung? Kalau Steven hampir mati, mungkin aku akan pergi ke rumah sakit. Bagaimanapun, aku bisa mendapatkan semua harta kalau suamiku meninggal. Jadi, seharusnya aku bantu dia mengurus pemakamannya.Aku bersandar di sofa dan membuka mulut untuk memakan buah anggur yang diberikan model pria. Aku berkata, "Maaf, aku sibuk sekali. Aku bukan dokter, nggak ada gunanya aku pergi ke rumah sakit. Jadi, aku nggak datang lagi."Selesai bicara, aku langsung mengakhiri panggilan telepon sebelum suster sempat bicara. Melihat aku mengakhiri panggilan telepon, Teresia menarik tangannya dari perut model pria dan bertanya, "Siapa yang dirawat di rumah sakit?""Steven," jawabku.Teresia tertegun sejenak, lalu menga
Read more

Bab 36

Steven seperti seekor binatang buas, tiba-tiba melangkah maju dan mencengkeram pergelangan tanganku dengan keras. "Luna, apa yang kamu lakukan?"Melihatnya, senyuman di wajahku langsung menghilang. Aku mengerutkan alis dan berkata dengan tidak sabar, "Kamu teriak apa sih? Nggak tahu ini tempat umum? Kayak orang gila saja!"Steven tertegun, seolah-olah tidak percaya bahwa aku yang tertangkap basah olehnya, tidak pergi menjenguknya saat dia dirawat di rumah sakit karena pendarahan lambung, malah berada di sini mencari pria. Bukan hanya tidak merasa bersalah, aku bahkan berani bersikap seperti ini padanya!Segera, dia sadar bahwa kata-kata ini terdengar familier. Dia teringat dulu saat aku melindunginya dari tusukan pisau, saat aku hampir kehilangan akal karena rasa sakit dan penyiksaan mental dari Sierra, saat aku kehilangan kendali karena melihatnya bermesraan dengan Sierra di jalanan, dia pernah mengatakan hal yang sama padaku.Wajahnya tiba-tiba menjadi sangat pucat. Beberapa saat kem
Read more

Bab 37

Setelah keterkejutan itu berlalu, sepasang mata besarnya yang indah dipenuhi dengan luka yang mendalam."Nana ...." Baru saja Steven ingin mengatakan sesuatu, tubuh tingginya yang kehilangan kekuatan tiba-tiba oleng dan jatuh ke samping.Aku menatapnya dengan dingin, melihatnya jatuh begitu saja ke tanah. Di dalam hatiku, tidak ada gelombang emosi sedikit pun.Saat Steven terjatuh, kegelapan menyelimuti penglihatannya, membuatnya tidak bisa melihat apa pun di sekelilingnya. Namun, satu-satunya yang terlihat dengan sangat jelas olehnya adalah Luna, wanita yang pernah sangat mencintainya.Aku menatapnya jatuh dengan tatapan yang begitu dingin dan tak berperasaan. Kemudian, tanpa ragu sedikit pun, tanpa goyah sedikit pun, aku berbalik dan pergi begitu saja.Hati Steven seperti disayat oleh pisau yang sangat tumpul secara perlahan, menyakitkan sampai dia benar-benar kehilangan kesadaran.....Steven bermimpi, mimpi buruk yang sangat mengerikan. Dia bermimpi bahwa Luna yang begitu mencintai
Read more

Bab 38

Gio memang orang yang sangat baik. Mengetahui aku sangat ingin bertemu Guru, dia langsung mencari alasan untuk mengundang Guru keluar."Kamu yakin nggak mau makan bersama Guru?"Dia ingin aku makan bersama Guru, tetapi aku tidak berani. Aku merasa bersalah. Aku takut.Aku juga tidak ingin, setelah bertahun-tahun berlalu, Guru yang akhirnya berhasil melupakan murid yang mengecewakannya ini, malah kembali merasa kecewa karena melihatku lagi."Jangan berpikir terlalu jauh. Selama bertahun-tahun ini, Guru sering menyebut namamu di depanku. Meskipun ada sedikit penyesalan, aku bisa menilai kalau Guru sangat merindukanmu. Kalau Guru benar-benar menyukai muridnya, dia nggak akan tega marah terlalu lama.""Sekarang aku sendiri juga seorang pengajar, percayalah padaku."Tahun lalu, Gio kembali dari studi lanjut di sebuah institut luar negeri dan mulai membimbing siswa.Aku tahu dia tulus ingin membantuku, tetapi aku tetap menolak niat baiknya. Selain karena merasa takut, aku juga tidak tahu har
Read more

Bab 39

Dia begitu percaya padaku, begitu mendukungku. Demi proyek penelitianku itu, dia yang tidak suka berinteraksi bahkan rela merendahkan diri dan berusaha keras mencari koneksi untuk membantuku mendapatkan laboratorium.Namun, aku malah mengecewakannya demi Steven. Pada saat penelitian kami akhirnya mulai menunjukkan hasil, aku meninggalkannya begitu saja tanpa peduli.Aku mengecewakan prinsipku sendiri, bahkan mengkhianati kepercayaan dan dukungan Guru terhadapku. Aku bersalah, sangat bersalah padanya."Kalau kamu bisa menghubunginya, tolong sampaikan satu hal padanya. Laboratorium itu masih kusimpan untuknya. Kalau dia ingin kembali, sekarang masih belum terlambat."Kata-kata Guru itu membuat air mataku tidak lagi bisa dibendung. Bahkan setelah Guru pergi, aku masih tertunduk di meja, tidak bisa mengangkat kepala.Rasa bersalah dan penyesalan meliputi hatiku, meluap deras hingga hampir menenggelamkanku. Dulu aku begitu bodoh, begitu buta karena cinta. Sekarang, penyesalanku sangat besar
Read more

Bab 40

Aku menatap Sierra yang sedang dirangkul oleh Steven. Tatapanku penuh ejekan. Aku benar-benar muak dengan orang seperti mereka. Mereka selalu berkata tidak ada apa-apa, tetapi perbuatan mereka menunjukkan segalanya.Saat itu, Steven sepertinya sadar bahwa dia sedang merangkul seseorang. Dia buru-buru melepaskan Sierra dari dekapannya, tanpa peduli sedikit pun pada wajah Sierra yang langsung berubah suram."Tadi kaki Sierra terkilir. Aku cuma ingin mengantarnya ke rumah sakit."Dulu setiap kali aku mempertanyakan kedekatan Steven dengan Sierra, dia selalu tidak sabar dan mengatakan aku hanya mencari masalah. Katanya aku suka berpikiran negatif, selalu melihat segalanya dengan cara yang salah.Dia tidak pernah menjelaskan apa pun. Sekarang aku sudah tidak butuh penjelasannya, tetapi dia justru mulai mencoba menjelaskan."Aku nggak peduli pada alasanmu, juga nggak mau tahu. Aku cuma ingin mengingatkanmu satu hal, yaitu kamu nggak punya hak untuk menginterogasiku!"Karena orang seperti dia
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status