All Chapters of Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah : Chapter 31 - Chapter 40

59 Chapters

31. Apa yang Terjadi

Widya menoleh, terkejut. "Arman, jangan begini ...""Dia bilang siap dengan segala konsekuensinya, bukan?" Arman menyela tanpa menoleh ke istrinya. "Maka dia harus tahu bahwa setiap keputusan ada harganya."Rama tetap menatap sang papa, sama sekali tidak menunjukkan ketakutan. Bahkan sudut bibirnya terangkat sedikit. "Baik, Pa. Aku akan pergi."Widya menutup mulutnya dengan tangan, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi."Aku akan menunjukkan kepada Papa dan Mama …." Rama menambahkan sebelum bangkit dari kursinya. "Aku akan tetap berdiri. Dengan atau tanpa perusahaan ini."Rama mengambil jasnya dari sandaran kursi, merapikannya dengan tenang, lalu melangkah pergi, meninggalkan orang tuanya dalam keheningan yang penuh ledakan tak kasat mata.Malam itu, dia telah memilih jalannya sendiri.Meskipun jalan itu berarti melawan dunia yang selama ini membesarkannya.Rama keluar dari restoran dengan langkah panjang dan penuh tekad. Udara malam menyambutnya dengan dingin, tetapi tubuh
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

32. Rencana

Bunda Aminah tersenyum haru mendengar kabar dari Cinta. Mata tuanya menatap penuh kebanggaan pada janda beranak.satu itu. “Syukurlah, Nak. Akhirnya kau benar-benar memulai hidup baru. Setelah semua badai yang menerpa hidupmu, semoga ini adalah awal yang baik untuk kebangkitanmu.” "Amin." Cinta mengangguk, menggenggam tangan Bunda Aminah erat. “Iya, Bunda. Kafe itu sudah resmi jadi milik saya, tinggal urusan administrasi di notaris.” Bunda Aminah menepuk tangan Cinta lembut. “Bunda bahagia mendengarnya. Tapi Chiara bagaimana? Kau tak perlu buru-buru pindah kalau belum siap.” Cinta menghela napas, lalu tersenyum. “Maaf Bunda, saya titip Chiara lebih lama lagi." Ada keraguan dari sorot mata Cinta. Tetapi dia tidak punya pilihan lain. "Saya masih butuh sedikit waktu sebelum bisa membawa Chiara. Lantai dua kafe itu sebenarnya bisa dijadikan tempat tinggal, tapi Chiara belum bisa naik turun tangga dengan kakinya yang belum sembuh total. Saya harus merenovasi beberapa bagian dulu agar
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

33. Siapa... butuh siapa?

Widya menatap putranya dengan ekspresi lelah dan putus asa. Matanya memerah, seolah menahan beban yang terlalu berat. Ia meletakkan sendok di atas nampan dan menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara."Rama, Papa benar-benar sakit." Suara Widya lirih, tetapi tegas. "Dokter bilang tekanan darahnya naik drastis. Kalau dibiarkan, kondisinya bisa semakin buruk."Rama mendengus kasar, menatap sang papa dengan tatap mata skeptis. "Dan kalian berharap aku akan percaya begitu saja?""Rama!" Widya menegur dengan nada nyaring. "Apa kamu pikir mama akan bercanda soal kesehatan papamu?."Rama tidak langsung memberi reaksi. Ia hanya berdiri dengan tangan terlipat di depan dada, matanya menatap lekat ke arah kedua orang tuanya."Kalau Papa memang benar-benar sakit, apa hubungannya denganku?" tanya Rama akhirnya, seolah mengingatkan kedua orang tuanya yang semalam telah menyingkirkannya.Widya menarik napas panjang sebelum menjawab, "Perusahaan, Rama. Kau lihat sendiri keadaan papamu sekara
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more

34. Mendatangi Panti Asuhan

Rama berdiri di depan rumah sakit, menatap gedung megah itu dengan ekspresi sulit ditebak. Meski tadi ia terlihat acuh tak acuh di depan kedua orang tuanya, tetapi di palung hati terdalam, Rama tidaklah seabai itu terhadap sang papa. Sebelum meninggalkan rumah sakit, Rama berbalik dan melangkah kembali ke dalam. Dengan langkah tegap, ia menuju meja informasi dan bertanya, "Siapa dokter yang menangani pasien atas nama Arman Narendra?" tanya Rama pada perawat jaga. Perawat di meja resepsionis menelusuri data, lalu mengarahkan Rama ke ruangan dokter spesialis penyakit dalam. Dan kini, Rama telah duduk berhadapan dengan dokter yang menangani papanya. Pria paruh baya itu membetulkan kacamatanya sebelum membuka rekam medis. "Bagaimana kondisi papa saya, Dok?" tanya Rama, nadanya datar tapi matanya tajam. Dokter itu menarik napas sebelum menjawab. "Pak Arman mengalami hipertensi yang cukup tinggi. Tekanan darahnya melonjak drastis akibat stres, dan itu mempengaruhi kondisi jantungnya.
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

35. Kedatangan Istri Pemilik Kafe

Di ruang kerja Bunda Aminah, suasana terasa sunyi. Hanya suara jarum jam yang terdengar berdetak pelan, menciptakan ritme halus di antara percakapan yang baru dimulai. Rama duduk berhadapan dengan Bunda Aminah, matanya menatap tajam, penuh pertanyaan. Namun, pembawaan tenang wanita paruh baya di hadapannya membuat ketegangan sedikit mereda. "Jadi, Cinta pernah tinggal di sini?" Suara Rama terdengar pelan, tapi ada ketegasan di dalamnya. Bunda Aminah mengangguk. "Ya. Cinta datang ke sini beberapa waktu lalu, bersama anaknya. Saat itu, dia baru saja bercerai dengan suaminya. Lalu dia menitipkan anaknya di sini, tapi setelah menyelesaikan kontrak kerja di luar kota, dia ingin menata hidupnya kembali dengan mencari pekerjaan yang tidak harus meninggalkan anaknya lagi." Rama menyandarkan tubuhnya ke kursi, kedua tangannya bertaut di depan dada. "Dia bilang ingin mencari pekerjaan?" "Ya." Bunda Aminah menjawab dengan tenang. "Dan setelah itu, dia memutuskan untuk tinggal bersama anakny
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

36. Pelakor tak Punya Malu

Cinta melangkah mendekati meja kasir dengan tenang, tetapi dalam hatinya penuh gejolak dan kewaspadaan. Beberapa pelanggan mulai menoleh, menangkap ketegangan yang sedang terjadi. Di depan kasir, Farah berdiri dengan tangan terlipat di dada, wajahnya dipenuhi amarah. Rizka, gadis muda yang shift ini mendapat tugas menjaga meja kasir, tampak cemas tetapi tetap berusaha menjaga sikap profesional. "Maaf, Farah, aku tidak bisa memberikan akses ke kamu untuk mengutak-atik uang di sini. Semua transaksi harus melalui prosedur yang sudah ditetapkan." Farah mendengus kasar. "Omong kosong! Aku punya hak di sini. Kamu tahu sendiri kan, kalau Pak Davin sudah menikahiku? Aku ini istri pemilik kafe ini, jadi aku memiliki hak atas kafe ini." Cinta akhirnya tiba di depan mereka. Tatapannya jatuh pada perut Farah yang sudah mulai membuncit, membuatnya menyadari sesuatu. Cinta berusaha tetap tenang agar situasi tidak memanas dan membuat pengunjung semakin tidak nyaman. Dengan suara lembut tetap
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

37. Restu?

Baru saja Cinta menutup pintu setelah kepergian Farah, suara dering ponsel langsung mengalihkan perhatiannya. Cinta merasa jika Anisa memiliki firasat yang kuat, saat dia melihat nama itu terpampang di layar ponselnya."Bagaimana? Dia benar-benar datang, kan?" Suara Anisa terdengar lelah, seperti sudah menduga peristiwa ini akan terjadi."Ya, baru saja pergi. Dia meminta uang dua puluh lima juta. Untuk biaya lahiran katanya," ujar Cinta, suaranya tetap tenang, meski dalam hati dia mendidih.Tidak bisa dipungkiri bertemu dan melihat tingkah polah Farah, mengingatkan Cinta pada Maira, perempuan yang menjadi selingkuhan Kevin.Anisa mendengus. "Dia pikir bisa memerasmu. Jangan beri dia apa pun. Aku sudah terlalu banyak mengalah padanya. Kehidupan mereka bukan urusanku lagi, bukan urusanmu juga. Kalau dia datang lagi, usir saja. Kamu harus tegas, kalau perlu minta pada satpam untuk langsung menyeretnya. Dia harus tahu diri."Cinta menyandarkan tubuhnya di kursi, ponselnya masih menempel d
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

38. Cinta di Mata Dua Mama

“Jangan lupa jika Cinta adalah perempuan yang telah membuat Rama kehilangan arah!”“Tentu tidak,” sahut Arman dengan sorot mata yang tajam. “Tapi jangan kau kira aku tidak tahu alasan Cinta melakukan semua itu.”Widya memalingkan muka. tatap mata suaminya terasa seperti sebuah intimidasi. Tetapi ego dalam hatinya tetap membuat Widya tidak mau mengalah. “Semua yang aku lakukan demi kebaikan keluarga kita. Kehormatan dan harga diri kita.”“Tapi kau tahu sendiri, bagaimana akibatnya kepada anak kita.”Widya menggeleng pelan, menolak dengan hati yang masih ragu. “Tapi sekaran dia sudah janda, Pa… kita punya nama baik yang harus kita jaga.”“Justru karena itu,” sahut Arman tegas. “Cinta sudah melalui luka, sama seperti Rama. Kalau mereka bisa saling menyembuhkan, kenapa tidak kita beri mereka kesempatan? Kita orang tua, bukan penguasa hidup anak kita. Dan Rama… dia terlalu keras untuk dibenturkan terus-menerus.”Suasana hening. Widya memejamkan mata sesaat, lalu menatap suaminya yang kini
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

39. Meninggalkan Panti Asuhan

Renovasi di kafe Nectar & Aroma sudah selesai, itu berarti tiba waktunya bagi Cinta untuk menjemput Chiara. Tidak mungkin dia terus merepotkan Bunda Aminah dengan menitipkan Chiara yang sampai saat ini kakinya belum pulih sepenuhnya.Langit terlihat cerah, sinar matahari memancar hangat di atas bangunan panti asuhan yang sederhana namun penuh kasih. Di halaman depan, sebuah mobil yang dicarter Cinta sudah terparkir, siap membawa Cinta dan Chiara menuju kehidupan baru mereka.Sebelum Cinta dan Chiara meninggalkan panti asuhan, tampaknya ada hal penting yang ingin dibicarakan oleh Bunda Aminah. Sehingga Bunda Aminah mengajak Cinta berbicara sebentar di ruangannya. Sementara itu Chiara sedang berpamitan dengan teman-temannya.Di sofa yang berada di ruangan itu, Cinta duduk berdampingan dengan Bunda Aminah. Perempuan paruh baya itu menggenggam tangan Cinta, bukan hanya untuk menunjukkan dukungan tetapi juga kasih sayang yang tulus."Cinta... sebelum kamu pergi, ada satu hal yang harus ka
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

40. Pertemuan yang Gagal

Dengan berat hati Cinta menggelengkan kepala, lalu dia berucap dengan suara serak, "Maaf, Sayang... Papa masih sibuk bekerja."Chiara mengangguk kecil, meski wajahnya jelas menunjukkan rasa kecewa yang mendalam. Ia melempar pandang ke luar jendela, menatap pohon-pohon yang berderet di tepi jalan. Sorot matanya suram, dan jemarinya memainkan telinga bonekanya.Cinta hanya bisa menatap ke depan, menahan tangis. Ia tahu, penjelasan seperti itu tak kan selamanya bisa diterima. Tapi untuk saat ini, itu adalah kalimat paling halus yang bisa ia ucapkan. Cinta sadar, kelak Chiara akan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih sulit untuk dijawab.***Sementara itu, di tempat yang berbeda, tepatnya di halaman panti asuhan yang baru saja kembali sepi, sebuah mobil lain melaju perlahan, lalu berhenti tepat di depan gerbang. Bunda Aminah yang belum sempat masuk kembali ke ruangannya, menghentikan langkahnya dan menoleh.Tatap matanya menajam. Mobil itu sangat ia kenal.Hatinya bergetar, ada y
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status