All Chapters of Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah : Chapter 21 - Chapter 30

59 Chapters

21. Ketakutan Cinta

Mata Rama menyipit tajam. Ia merasakan dadanya menegang saat menyadari jika sang mama mengetahui perilaku buruknya selama ini.Widya tersenyum miring, menyadari reaksi putranya. "Kau kira mama tidak tahu apa yang kau lakukan selama ini."Rama hanya diam, tanganya mengepal kuat."Bermain-main dengan perempuan bayaran, menghambur-hamburkan uang," Widya melanjutkan, suaranya seperti pisau bedah yang memotong tanpa ampun. "Kau harus berubah, Rama. Kau adalah satu-satunya pewaris keluarga Narendra. Kau yang akan menjadi penerus pucuk pimpinan perusahaan kita."Rama menatap lantai, tapi dengan keras kepalanya dia tetap tidak bisa menerima. "Beri aku satu kesempatan lagi," bisik Rama dengan suaranya yang parau. "Beri aku satu kesempatan lagi untuk mencari Cinta."Widya menghela napas panjang, menahan amarah yang dipendam menghadapi Rama yang sulit diatur."Evita mencintaimu," ucap Widya dengan suara yang meninggi. "Apa lagi yang kau cari?"“Cinta, Ma. Cinta Prameswari.”Widya menghembuskan n
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

22. Menemukan Kebahagiaan

Bunda Aminah menatap Chiara yang kini sudah terlihat asik berkumpul dengan anak-anak yang lain. Perempuan paruh baya itu sengaja menyingkirkan Chiara, karena dia tidak ingin bocah itu mendengar pembicaraan dewasa antara dirinya dengan Cinta.Bunda Aminah menghela napas pelan, menatap Cinta dengan penuh kasih sayang. Di hadapannya, wanita muda itu tampak letih, namun tetap berusaha menyembunyikan kegelisahannya."lalu kau mau ke mana?" tanya Bunda Aminah lembut. Dia bisa memahami alasan Cinta yang ingin segera meninggalkan panti asuhanCinta menggeleng. "Saya belum tahu, Bunda. Saya harus mencari tempat tinggal dulu, tapi tanpa pekerjaan tetap, saya tidak tahu harus mulai dari mana."Bunda Aminah menatapnya prihatin. "Chiara bisa kau titipkan di sini selama kau belum mendapat tempat tinggal dan pekerjaan tetap. Untuk masalah dengan Bu Widya, nanti itu urusan Bunda."Cinta tersenyum tipis, namun sorot matanya sendu. "Terima kasih, Bunda. Saya akan berusaha secepatnya mendapat pekerjaan
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

23. Penolakan Rama

Rama berdiri tegap di depan meja kerja ayahnya, Arman. Di tangannya, setumpuk dokumen penting yang berisi laporan hasil perjalanannya. Dengan tenang, ia menyerahkan dokumen itu, sementara Arman membukanya dengan penuh minat.Ruangan itu sunyi sesaat, hanya terdengar suara lembaran kertas yang dibalik dengan teliti. Wajah Arman menunjukkan ekspresi puas seiring dia membaca satu per satu isi laporan. Setelah beberapa menit, dia akhirnya menutup map itu dan menepuk pundak Rama dengan bangga.“Bagus sekali, Rama,” ucap Arman dengan penuh kebanggaan. “Kau tidak pulang dengan tangan hampa. Kontrak ini adalah bukti bahwa kau memang sudah siap mengambil peran yang lebih besar.”Rama hanya tersenyum tipis. Dia sudah terbiasa dengan pujian seperti ini dari ayahnya—pujian yang selalu datang setelah sebuah pencapaian. Tetapi, bukan itu yang dia cari. Dia ingin diakui bukan hanya karena hasil kerjanya, tapi sebagai dirinya sendiri.Arman bersandar di kursinya, menyilangkan jari-jari tangannya di a
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

24. Saksi Pertengkaran

Cappucino adalah minuman favorit Evita, tapi pembicaraan dengan Rama membuat seleranya ambyar. Tangannya tak bergerak sama sekali untuk menyentuhnya.Tatap mata Evita tak lepas dari wajah Rama, mencoba menangkap sesuatu di balik tatapan dingin pria itu.“Aku mencintaimu, Rama.” Suaranya lirih, tapi cukup menegaskan perasaannya. “Aku tidak peduli dengan masa lalumu. Aku menerima semuanya.”Rama menatapnya tanpa ekspresi. “Semuanya?” tanya Rama suaranya rendah, nyaris seperti bisikan.Evita mengangguk. “Ya. Aku tahu kau bukan pria sempurna. Aku tahu apa yang kau lakukan selama ini. Tapi aku tidak akan mundur.”Rama menghela napas. Jemarinya meremas gelas air mineral yang ada di hadapannya. “Bagaimana jika aku tetap tidak berubah?” tanya Rama dengan tatap mata datar. “Bagaimana jika setelah menikah, aku tetap main perempuan? Tetap tidur dengan wanita lain? Apa kau masih akan bertahan?”Keheningan jatuh di antara mereka. Evita terdiam.Mata Rama menajam. Dia melihatnya. Ragu itu. Luka y
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

25. Menatap Masa Depan

Cinta duduk berhadapan dengan Anisa di sebuah ruangan yang tampak seperti kantor kecil di dalam kafe. Aroma kopi masih samar tercium, meski ketegangan di antara mereka jauh lebih dominan daripada wangi biji kopi yang baru digiling.Anisa meneguk air putihnya, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya berkata, “Kalau bisa, tolong dinaikkan lagi harganya.”Cinta menatapnya tanpa berkedip. “Saya tidak bisa menaikkan lagi, karena keterbatasan modal yang saya miliki.”Anisa mengangguk pelan, jemarinya mencengkeram gelas di depannya. “Saya memang ingin menjualnya, tapi saya juga harus melunasi utang bank yang kami gunakan untuk modal dulu. Kalau kafe ini saya jual dengan harga yang kita bicarakan tadi, itu artinya saya masih harus menutup kekurangannya dari uang saya sendiri, dan saya tidak mau itu.”Cinta mengamati wajah Anisa. Ada luka di sana, luka yang begitu dalam. Sebagai sesama perempuan, apalagi sama-sama pernah diselingkuhi, membuat Cinta seolah turut merasakan luka yang sama.“Seb
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

26. Menyingkirkan Masa Lalu

Maira menggulir layar ponselnya, matanya terpaku pada sebuah unggahan di akun media sosial Cinta yang sudah lama sepi. Deretan pakaian mewah dan tas branded ditawarkan dengan caption singkat ‘dijual cepat, barang istimewa’.Senyum sinis terbit di bibir Maira. Jadi begini akhirnya? Cinta, mantan istri Kevin Sanjaya, kini menjual barang-barang mewah miliknya seperti orang yang sudah bangkrut.Tampaknya teman-teman Cinta benar-benar tahu barang mewah dan berkelas, hingga dengan cepat barang terjual.Mata Maira tertumbuk pada satu gaun. Gaun biru tua dengan potongan sederhan tapi elegan, salah satu koleksi dari desainer ternama.Tanpa pikir panjang, Maira langsung menghubungi nomor yang tertera.Tidak butuh waktu lama, ponselnya bergetar. Sebuah pesan balasan masuk."Kemana saya bisa mengirim gaun ini?"Maira tersenyum puas. Tidak peduli berapa harga yang harus ia bayar, memiliki sesuatu yang pernah menjadi milik Cinta terasa seperti sebuah kemenangan baginya.Maira tidak memberikan alama
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

27. Terima atau Tolak

Cinta duduk di ranjang kecilnya di panti asuhan, menggenggam buku rekening yang baru saja diperbarui. Angka di dalamnya bukan hanya deretan nominal, tapi nilai yang harus dibayar untuk masa depan baruDia menarik napas dalam, lalu menutup buku rekening itu dengan senyum kecil. Ini saatnya.Langkahnya menuju ruang tengah terasa seperti perjalanan panjang. Ia melewati koridor yang penuh kenangan, gelak tawa anak-anak, suara Bunda Aminah yang lembut menenangkan, dan jejak air mata yang pernah ia tinggalkan di sudut-sudut ruangan.Ketika ia sampai di ruang tengah, seperti biasa Bunda Aminah duduk menikmati teh hangat sambil mengawasi anak-anak yang sedang bermain. Wajah lembut perempuan itu tampak teduh seperti biasa, meski garis-garis usia mulai lebih jelas tergambar di sana, Bunda Aminah menyambutnya dengan kehangatan yang memeluk, selalu seperti itu sejak dulu.“Bunda,” panggil Cinta pelan.Bunda Aminah menoleh, tersenyum, lalu menepuk sofa di sebelahnya. “Kemari, Nak.”Cinta duduk, me
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

28. Hancur Tanpa Cinta

Cinta menatap layar ponselnya dengan napas tertahan. Panggilan itu membangkitkan sesuatu yang ingin ia kubur selamanya. Cinta tidak ingin mengambil risiko. Tidak ingin ada celah yang bisa digunakan untuk menyeretnya kembali ke dalam masa lalu yang kelam.Dengan cepat, ia mengambil keputusan. Menolak panggilan dan memblokir nomor tersebut.Tampaknya Cinta sudah menyiapkan kartu SIM yang baru. Cinta membuka pengaturan ponselnya, memastikan semua data penting telah dipindahkan sebelum mengganti kartu SIM.Sebelum melepas kartu SIM lamanya, Cinta mengecek akun yang terhubung dengan nomor lama. Janda satu anak itu membuka aplikasi perbankan dan dompet digitalnya. Ia memastikan bahwa semua akun keuangan yang terhubung dengan nomor lama bisa segera dipindahkan.Nomor ponsel sering digunakan sebagai sarana One Time Password (OTP), yang berisi kode verifikasi yang dikirim via SMS untuk masuk ke akun atau melakukan transaksi finansial. Jika nomor ini jatuh ke tangan orang yang salah, seluruh s
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

29. Akhirnya

Cinta melangkah masuk ke dalam kafe dengan perasaan campur aduk. Aroma kopi yang khas bercampur dengan suara mesin espresso dan obrolan pengunjung. Di salah satu sudut, sekelompok mahasiswa tertawa sambil mengerjakan tugas. Tempat ini hidup, penuh energi, dan sebentar lagi akan menjadi miliknya. Tiara, yang sudah menunggunya, langsung menghampiri dengan senyum hangat. "Kak Cinta, ayo, Bu Anisa sudah menunggu di kantor." Cinta mengangguk dan mengikuti Tiara melewati lorong sempit menuju ruang kantor. Saat melewati area barista, beberapa karyawan menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. "Dia yang akan jadi bos baru kita?" bisik salah seorang karyawan. "Iya, katanya sih begitu. Semoga dia nggak banyak aturan, ya," sahut yang lain. "Yang penting kita nggak dipecat. Sekarang cari kerja susah," ujar seorang perempuan yang sedang membersihkan meja dengan ekspresi khawatir. Cinta mendengar semua itu. Setiap bisikan mereka terasa seperti beban baru di pundaknya. Dia mengerti
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

30. Sebuah Konsekuensi

Widya menghela napas pelan, menoleh ke arah Rama dengan tatap mata tajam, sementara Danu Lukito mengangkat alis, sedikit terkejut. Evita yang sedari tadi hanya diam, menggigit bibirnya, berusaha menyembunyikan perubahan ekspresi di wajahnya. "Rama." Suara Widya terdengar lembut, tetapi penuh peringatan. "Pertunangan ini bukan hanya tentang kamu. Ini tentang keluarga. Tentang masa depan kita." Rama menatap sang mama dengan mata yang penuh ketegasan. "Aku tahu, Ma. Tapi aku juga tidak bisa membohongi diri sendiri." Danu Lukito tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana. "Anak muda memang butuh waktu untuk berpikir. Tapi Rama, kamu dan Evita sudah saling mengenal cukup lama. Aku yakin kalian bisa belajar mencintai satu sama lain." Evita akhirnya berbicara, suaranya lirih, tapi penuh harapan. "Rama, apakah kita tidak bisa mencoba lebih dahulu?" Rama mengalihkan pandangannya ke Evita. Bisa saja Rama memaksakan diri, mengatakan iya, menjalani semua ini demi keluarganya, demi bisnis.
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status