Cinta duduk di ranjang kecilnya di panti asuhan, menggenggam buku rekening yang baru saja diperbarui. Angka di dalamnya bukan hanya deretan nominal, tapi nilai yang harus dibayar untuk masa depan baruDia menarik napas dalam, lalu menutup buku rekening itu dengan senyum kecil. Ini saatnya.Langkahnya menuju ruang tengah terasa seperti perjalanan panjang. Ia melewati koridor yang penuh kenangan, gelak tawa anak-anak, suara Bunda Aminah yang lembut menenangkan, dan jejak air mata yang pernah ia tinggalkan di sudut-sudut ruangan.Ketika ia sampai di ruang tengah, seperti biasa Bunda Aminah duduk menikmati teh hangat sambil mengawasi anak-anak yang sedang bermain. Wajah lembut perempuan itu tampak teduh seperti biasa, meski garis-garis usia mulai lebih jelas tergambar di sana, Bunda Aminah menyambutnya dengan kehangatan yang memeluk, selalu seperti itu sejak dulu.“Bunda,” panggil Cinta pelan.Bunda Aminah menoleh, tersenyum, lalu menepuk sofa di sebelahnya. “Kemari, Nak.”Cinta duduk, me
Last Updated : 2025-03-26 Read more