Home / Romansa / TERJERAT CINTA BOS DUDA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of TERJERAT CINTA BOS DUDA: Chapter 31 - Chapter 40

45 Chapters

Berjalan perlahan

Ini." Pak Yogi menyerahkan satu kardus lumayan besar, entah isinya apa. Beliau bilang ini titipan dari mama.Aku menerimanya dengan senang hati, rasanya cukup berat, aku jadi semakin penasaran dengan isinya."makasih. Bapak mau masuk dulu?" tawarku."Bisa nggak sih, kalau panggilannya diganti?""Hah, maksudnya diganti gimana?" Kenapa harus diganti? Bukannya di mana-mana anak buah memanggil bosnya dengan sebutan bapak."Saya ini calon suami kamu, masak panggilnya BAPAK. Berasa saya ini orang tua kamu," jelas pak Yogi."Mau dipanggil apa?""Ya terserah. Mau panggil Mas, Kakak, Abang, atau Sayang juga boleh," ujarnya.Aku harus memanggil dengan sebutan apa? Sementara selama ini aku sudah nyaman dengan sebutan bapak."Lebih enak dipanggil Mas Yogi atau Bang Yogi?" Sedikit aneh saat mengucapkannya, tapi aku akan berusaha."Sayang aja, kedengerannya lebih enak," jawabnya."Sayang? Terus pas banyak orang manggil Yang, gitu? Malu sama umur lah, Pak. Diketawain banyak orang nanti," ucapku. "U
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

sang mantan

"Mbak Linda, gabung ya," ucap Irma, aku mengangguk."Mbak, aku tadi ketemu ibunya mas Hasan," ungkap Irma setelah dia duduk di sampingku."Terus?""Beliau tadi nanyain, mbak Linda masih kos di sini apa enggak. Pas aku jawab masih, beliau titip salam buat mbak Linda," jelasnya."Waalaikumsalam," jawabku."Maaf ya mbak, aku cuma nyampein salam aja. Aku jadi nggak enak sama mbak Linda.""Nggak apa-apa, Ir, kamu nggak salah kok. Kamu kan cuma nyampein salam, dan aku juga udah jawab. Cuman, lain kali kalau ibunya mas Hasan tanya gitu lagi, kamu jawab aja kalau mbak Linda udah pindah atau keluar dari kos," jelasku."Siap, mbak. Kalau gitu aku masuk dulu ya, mau belajar besok ujian," ucap Irma, dia lalu masuk ke dalam rumah.Tidak berselang lama, Ruri keluar dari kamarnya. Ruri duduk di sebelahku dengan membawa satu paper bag, entah berisi apa."Buat mbak Linda," ucap Ruri seraya menyerahkan paper bag itu padaku.Aku menerimanya. Meski kecil, paper bag ini cukup berat. "Apa ini?""Hadiah bua
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

wajah masam

"Udah sana masuk. Saya mau pulang," ucap pak Yogi.Aku berjalan dengan gontai. Pak Yogi yang biasanya galak dan pemarah, kenapa bisa bersikap seromantis itu?"Dari mana, Mbak?" tanya Irma."Dari ambil ini," aku menunjukkan kantung kresek yang kubawa."Wih, beli martabak nggak bilang-bilang. Mau dong, Mbak," pinta Irma.Aku lalu mengajak Irma untuk duduk di teras depan kamarku, ada juga beberapa ank kos yang berada di luar kamar aku ajak sekalian. Kami menikmati martabak manis dengan senda gurau.Karena mata sudah sangat berat, aku akhirnya pamit lebih dulu untuk beristirahat. Perut kenyang, pasti ujung-ujungnya mengantuk.***"Pagi mbak Linda," sapa Budi."Pagi juga, Bud. Eh, kamu nikahnya tanggal berapa? Kok udah nyebar undangan?" tanyaku pada Budi."Tanggal lima belas, mbak Linda bisa dateng kan?"Tanggal lima belas, berarti satu minggu lagi. Aku masih punya waktu untuk menghadiri pernikahan Budi dan Nia sebelum aku kembali ke kampung halaman."Semoga bisa ya, Bud. Acaranya pagi kan
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

sederhana

"Mas Yogi mau design yang gimana?" tanya Sandi.Sandi menyalakan layar komputernya. Pak Yogi duduk di samping Sandi, dan aku duduk di samping pak Yogi.Sandi menunjukkan beberapa referensi design undangan. Ternyata pak Yogi ke sini untuk memesan undangan, kok jantungku jadi berdebar ya?"Kamu suka yang mana?" tanya pak Yogi padaku.Aku melihat beberapa contoh yang Sandi tunjukkan. Karena hanya gambar, aku jadi bingung memilih yang mana?"Ada contoh fisiknya?" tanya pak Yogi, pas sekali dengan apa yang aku pikirkan."Ada. Bentar aku ambilin," ujar Sandi, ia lalu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ruangan tempat ia keluar tadi.Sandi kembali dengan membawa beberapa contoh undangan, ia lalu menyerahkannya pada pak Yogi."Kamu yang pilih." Pak Yogi menyerahkannya padaku.Aku menerimanya dan memilah undangan mana yang menurutku bagus. Ada tiga contoh undangan yang aku pilih, satu berwarna krem, satu berwarna biru dan satu lagi berwarna abu-abu."Ini bagus semua, aku bingung milih y
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Beda kasta

"Pak!" panggilku agak keras karena pak Yogi tetap diam menatapku."Kenapa?" tanyanya dengan pandangan masih mengarah padaku."Nggak cocok ya aku pakek baju ini?" tanyaku.Pak Yogi meneliti penampilanku dari atas sampai bawah, beliau lalu mendekat padaku."Cantik." Pak Yogi membelai rambutku. Beliau mendaratkan kecupan singkat di puncak kepalaku."Pak, jangan sering-sering bersikap manis kayak gini, nanti saya diabetes," ujarku.Pak Yogi membelai pipiku dengan punggung jarinya, menatapku lekat hingga membuatku sadar akan sesuatu. "Pak.""Hmmm.""Pak. Munduran, banyak yang liatin tuh, malu," ucapku. Pak Yogi segera menjauh dariku setelah sadar dengan tatapan pegawai butik di sekitar kami. Hampir saja kami memberikan tontonan yang kurang pantas.Aku segera mengganti gaun ini dengan baju yang tadi aku pakai, membawanya menuju meja kasir untuk dibayar oleh pak bos. Enak juga ya kalau jadi orang kaya, belanja nggak perlu mikir berapa harganya. Sementara aku beli dalaman di pasar saja masih
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Terkejut

Pak Yogi menyerahkan sebuah kartu kepada kasir, kasir lalu menerimanya dan menggeseknya. Enak sekali jadi orang kaya, mau beli apa tinggal gesek saja."Ayo, kamu mau beli apa lagi?""Udah, Pak, Bapak saja mau beli apa? Saya antar," jawabku."Kita beli sepatu sama tas," putusnya."Sepatu yang dari bu Sandra kemarin masih ada yang belum saya pakek," jelasku."Itukan yang beliin Mama, sekarang saya yang beliin, jadi beda. Udah ayo, ikut aja," jelas pak Yogi, dia lalu menggenggam tanganku menuju counter tas dan sepatu."Kamu pilih sendiri, saya tunggu di sini," ujar pak Yogi lalu beliau duduk di kursi yang sudah disediakan.Aku berjalan perlahan, berkeliling melihat apa yang sangat aku inginkan. Kalau menuruti apa yang aku inginkan, semuanya aku ingin membawanya, tapi kan itu nggak mungkin.Berkeliling beberapa kalipun aku tetap tidak mendapat apapun, dari sekian banyak sepatu dan tas, tidak ada yang harganya di bawah lima ratus ribu. Sedari tadi yang aku lihat selalu harga di atas satu j
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Tinggal tampar pakai duit

"Tante." Oh, aku lupa kalau ini dekat dengan rumah mas Hasan, jadi kemungkinannya sangat besar aku bertemu dengan ibu mas Hasan."Ya ampun, nggak nyangka bisa ketemu sama kamu di sini. Udah lama banget Tante pengen ketemu sama kamu, tapi nggak bisa-bisa. Selalu sibuk kerja atau lagi pulang kampung. Kamu apa kabar?"Wow, ramah sekali ibu mas Hasan ini. Sangat jauh berbeda dengan sikapnya yang dulu, kemana ibu mas Hasan yang galak dan pemarah itu?" Baik, Tante.""Tambah cantik ya sekarang. Tante boleh duduk di sini ya?" Tanpa menunggu jawabanku, ibu mas Hasan langsung duduk di sebelahku. Aku melihat pak Yogi sudah menghentikan kegiatannya menyuap bakso."Maaf, Tante ....""Nggak perlu minta maaf, justru Tante yang mau minta maaf sama kamu atas sikap Tante selama ini. Mungkin Tante sudah keterlaluan sama kamu, tapi sebenarnya Tante itu sayang sama kamu," ucapnya. Mimpi apa sampai ibu mas Hasan yang dulu sangat membenciku, sekarang bisa begitu baik padaku."Maaf ya, Tante buru-buru, dit
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Dipulangkan

"Sayang banget, Pak, tinggal sebulan lagi.""Dua minggu lagi kamu saya pulangin," ungkapnya."Kok dua minggu? Kan akadnya satu bulan lagi. Saya masih harus kerja, Pak. Kasian Mama kalau semua biaya beliau yang nanggung," jelasku."Ada saya, Lin. Kamu juga nggak percaya kalau saya kaya? Tau gitu tadi saya bayarin sekalian warung baksonya!""Bukan gitu, Pak. Saya cuma nggak mau dibilang matre. Saya mau uang untuk acara nikahan nanti pakai uang saya sendiri," jawabku."Kamu itu nggak matre, kebetulan aja saya banyak uang. Kalau kamu matre, pasti udah dari dulu kamu mempan saya kodein." Pak Yogi menghentikan mobilnya karena kami sudah sampai di depan kos.Aku tertawa mendengar jawaban pak Yogi. Bukannya nggak peka, hanya berhati-hati. Logikanya memang sangat langka orang kaya raya mau sama gadis miskin, tapi kalau masalah cinta dan takdir memang tidak bisa disalahkan."Kenapa nggak seminggu sebelum akad baru dipulangin?""Kalau bisa aja saya maunya sekarang kamu balik ke rumah Mamamu, tap
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

Eh, kok bisa?

"Mbak Linda." Aku baru saja membuka pintu kamar saat kulihat malaikat kecil itu tersenyum manis di depanku."Kangen," ucapku. Aku memeluk tubuh kurusnya. Anak lelaki ini sudah membuatku jatuh hati sejak pertama bertemu.Dia anak yang manis, seringnya kami bertemu membuat kami cukup akrab."Mbak Linda cantik banget hari ini," pujinya dan aku tersipu. Pantas saja anak ini manis sekali, ternyata papinya juga sangat manis."Makasih. Kamu juga ganteng banget, ini baju baru?"Aku belum pernah melihat dia berpakaian serapi ini, biasanya aku hanya melihatnya memakai celana pendek dan kaos. Hari ini Arya memakai kemeja lengan pendek, celana bahan panjang dan sepatu. Tampan sekali calon anakku ini. Apakah nanti aku juga bisa punya anak setampan ini?"Iya, baru beli kemarin sama Papi. Mbak Linda suka?""Suka. Ganteng banget kamu pakai baju kayak gini." Aku mencubit pipi Arya gemas.Mata Arya berbinar. Anak manis ini memang selalu menggemaskan."Lama banget!" Pak Yogi sudah duduk di kursi kemudi
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

hanya simbol

Astaga, Ruri ini, kenapa membahas hal seperti ini saat aku bersama pak Yogi dan bu Sandra?Kulihat pak Yogi sudah melotot padaku. Ya Tuhan, tolong lindungi hambamu ini."Boleh, suruh ke sini aja." Sumpah, itu bukan jawabanku. Pak Yogi yang dengan entengnya menjawab begitu."Bentar aku panggil dulu ya, pasti seneng banget dia," jawab Ruri."Bapak kok jawab gitu sih," protesku."Kenapa? Ada orang mau kenalan masak nggak boleh?""Mbak Linda. Kenalin ini Dion, sepupu aku. Dion, kenalin ini mbak Linda," ujar Ruri.Aku lalu menyalami Dion. Dion juga berkenalan dengan pak Yogi dan bu Sandra."Kalau mau kenal lebih dekat boleh kan, Mbak?" tanya Ruri."Boleh. Mau kenal sebagai apa?" tanya pak Yogi, beliau seperti seorang ayah yang tengah menginterogasi pacar anaknya."Kalau boleh, saya mau mengenal mbak Linda lebih jauh," jawab Dion."Iya, kalau sudah kenal lebih dekat, mau dijadiin apa? Pacar? Istri? Atau kakak?""Kalau boleh, saya mau serius sama mbak Linda. Saya nggak mau pacaran, kalau mau
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status