Home / Rumah Tangga / SEBATAS TEMPAT SINGGAH / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of SEBATAS TEMPAT SINGGAH : Chapter 11 - Chapter 20

37 Chapters

Alasan

"Pilihanmu tepat buat jadi sekretaris Angga. Kamu bisa belajar banyak mengelola swalayan sama dia," ucap Akbar."Iya, Om.""Besok sekretaris Angga Om geser ke posisi lain.""Oke. Untuk PAUD tolong Carikan orang buat gantiin posisiku, ya, Om!""Gampang itu."Sebenarnya untuk mencari tahu kebenaran tentang dinas luar kota Angga, tanpa menjadi sekretaris pun Shania bisa. Namun, Shania tidak ingin masalah itu melebar kemana-mana. Ia takut juga kalau ternyata instingnya salah dan ternyata Angga jujur kepadanya. Jadi, Shania memutuskan untuk mencari kebenarannya sendiri."Oh, ya, kapan bisa mulai masuk?" tanya Akbar."Ehm, lusa kayaknya bisa, Om. Biar aku serah terima kerjaan dulu di PAUD.""Oke. Om akan siapkan semuanya buat kamu.""Tapi, Om. Tetap enggak usah ekspos latar belakangku, ya! Aku ... ingin tetap kayak gini aja, Om.""Tapi kayaknya bakalan sulit, Shan. Soalnya kamu masuknya jalur instan begini. Mereka pasti bakal cari tahu, siapa kamu sampai Om minta posisi buat kamu.""Iya jug
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Memanas

"Tumben kamu belum siap-siap? Hari ini libur?" tanya Angga saat sarapan bersama Shania.Shania tersenyum kecil. Menatap Angga yang sedang lahap menyantap nasi goreng. Rencananya pagi ini Shania akan menceritakan semua tentang dirinya kepada Angga. "Aku ... enggak ngajar di PAUD lagi, Mas." Sontak Angga langsung tersedak nasi goreng yang ada di mulutnya. Sampai ia terbatuk-batuk tanpa kendali.Shania pun mengulurkan segelas air minum. Angga menerima dan meminumnya dengan kasar."Apa!? Kamu berhenti ngajar!?" seru Angga. Lelaki itu menatap Shania dengan tajam. Bahkan gelas yang sudah kosong itu nyaris ia banting ke meja."Kenapa?" tanya Angga dengan wajah terkejut, kecewa, marah, dan tidak suka.Senyum Shania lenyap seketika. Ia tidak menyangka reaksi Angga akan semarah itu. Sampai-sampai ia membuka mulut tanpa suara saking kagetnya."A-aku ....""Kamu kan tahu, Shan, gajiku itu berapa," potong Angga. "Kalau kamu enggak ikut bantu-bantu uang dapur, terus bebanin semuanya ke aku ....
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Kesepakatan

"Oke!" ucap Shania dengan tegas. "Lebih baik emang gitu! Kita enggak usah saling peduli lagi! Kita hidup masing-masing! Aku dengan urusanku dan kamu dengan urusanmu!"Angga tercengang mendengar ucapan Shania. Lelaki itu sampai menatap wajah Shania tidak percaya. Karena ini kali pertama Shania yang biasanya lembut dan penurut bersikap seperti itu."Satu hal lagi!" lanjut Shania. "Kamu juga harus tahu. Uang bulanan yang kamu kasih ke aku itu, enggak cukup sekadar untuk mengisi perut orang-orang yang ada di rumah ini selama sebulan. Apalagi seperti katamu tadi. Apa tadi? Aku menghambur-hamburkan uangmu? Aku belanja ini pakai uang dua juta dari kamu? Kamu pikir dua juta itu banyak banget, Mas!?""Jadi kamu mau protes dengan uang bulanan yang selama ini aku kasih? Kamu enggak terima aku kasih segitu?" Angga tak mau kalah. "Enggak!" bantah Shania. "Aku enggak akan protes! Tapi, aku enggak mau lagi nerima uang sisa gaji kamu itu!""Hoh!? Songong sekali kamu, Shan! Kamu pikir kamu siapa, hah
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Wajah Polos

"Loh, Mas, tumben kamu ke sini?" Indri sangat terkejut melihat Angga yang mengetuk pintu malam-malam. Padahal lelaki itu sama sekali tidak mengabari kalau mau datang."Iya, aku pusing di rumah," jawab Angga masih dengan wajah suntuk.Indri masih tertegun di depan pintu. Bahkan tidak mempersilakan Angga masuk. Sampai laki-laki itu menyelonong sendiri."Gita udah tidur?""Udah." Indri sibuk dengan ponselnya sekejap, lalu mengikuti langkah Angga."Buatin kopi, sama sekalian siapin makan malam, ya!" pinta Angga sembari menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang keluarga."Oke." Indri ke kamar terlebih dahulu untuk menaruh ponsel. Baru kemudian ke dapur untuk membuatkan Angga kopi dan menyiapkan makan malam untuk Angga.Saat menunggu kopi, perut Angga tiba-tiba mulas. Lelaki berkaos hitam itu kemudian ke kamar mandi yang ada di kamar Indri. Setelahnya ia merebahkan badan di atas ranjang kamar Indri. Pikiran Angga begitu penat memikirkan pertengkarannya dengan Shania. Ia masih belum percaya kalau
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Senyum Kemenangan

"Bu, kenalin ini Mbak Wati. Dia yang nanti akan nemenin Ibu selama aku kerja," ucap Shania.Rani mengangguk dan tersenyum ramah kepada Wati. Sementara Wati langsung menyalami majikan barunya."Nitip Ibu ya, Mbak. Kalau apa yang tadi aku jelasin ada yang Mbak Wati tanyakan, nanti bisa hubungi nomor yang udah aku kasih itu," ucap Shania lagi."Baik, Bu," jawab wanita 40 tahun itu. Wati tadi datang setelah Angga berangkat, jadi lelaki itu tidak tahu perihal pengasuh ibunya dan juga Shania yang hari ini akan mulai menjadi sekretarisnya."Ya udah, aku tinggal siap-siap dulu, ya? Ibu ngobrol-ngobrol dulu aja sama Mbak Wati biar akrab."Rani tersenyum hangat pada menantunya itu sembari mengangguk.***Jalanan cukup macet pagi ini. Untungnya Angga berangkat ke kantor dari rumah, sehingga ia bisa tiba tepat waktu.Setelah selesai memarkir mobil, ponsel Angga berdering. Tampak nama Indri muncul di layar ponsel lelaki berkemeja biru itu."Iya, In. Gimana?""Kamu udah di kantor, Mas?""Udah, ini
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Kelimpungan

"Shania? Sekretaris bawaan bos?" Entah sudah berapa kali Angga mondar-mandir di ruang kerjanya. Ia masih belum bisa percaya kalau Shania adalah sekretaris barunya yang Mila bilang bawaan bos mereka."Bagaimana mungkin? Shania? Bawaan bos? Gimana bisa?" Pertanyaan itu terus berulang keluar dari mulut Angga. Lelaki itu sampai menarik dasinya dengan kasar agar lehernya tidak tercekik saking frustasinya. "Apa mungkin Pak Hendra kenalan Om Akbar?" Jari-jarinya memegangi dagu dengan sebelah tangan berkacak pinggang. "Tapi ... mana mungkin? Om Akbar cuma PNS biasa. Gimana ceritanya bisa punya kenalan petinggi perusahaan seperti Pak Hendra. Tapi kalau bukan dari Om Akbar, gimana Shania bisa kenal sama Pak Hendra?"Saking frustasinya, Angga sampai mengacak-acak rambutnya. "Ah, sial!"Sebenarnya tadi Angga ingin sekali bertanya langsung pada Shania. Hanya saja ia tidak enak karena ada Hendra. Angga tidak mau orang lain tahu kalau sebenarnya dirinya tidak mengetahui perihal Shania yang menjadi
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Tak Bisa Mengelak

"Kamu bohong, kan? Dinas luar kota itu cuma akal-akalanmu aja, kan? Biar kamu bisa leluasa ke rumah mantan istrimu itu?""Enggak, Shan! Enggak gitu." Angga tak terima, meski nyatanya yang dikatakan Shania benar adanya."Kalian itu udah cerai, Mas. Dan aku, istri kamu yang sekarang. Apa kamu benar-benar belum bisa move on dari Mbak Indri? Segitu cintanya kamu sama dia sampai tega bohongin aku demi bisa sama-sama dengan dia?""Enggak, Shan. Enggak! Aku bilang enggak, ya enggak!" bentak Angga."Terus kenapa kamu sampai bohong setiap bulan seperti ini?""Aku enggak ada niat bohong sama kamu, Shan." Angga masih berusaha membela diri dengan mengelak semua tuduhan Shania."Enggak ada niat bohong? Berarti selama ini kamu emang bohong?""Ayo, aku jelasin! Kita duduk dulu!" ajak Angga untuk mereda ketegangan di antara mereka.Shania pun menurut. Mereka duduk di sofa yang ada di ruang kerja Angga."Apa yang mau kamu jelasin?" kejar Shania tidak sabar."Gini, Shan." Angga menghela napas panjang u
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Tak Punya Pilihan Lain

"Apa yang harus aku lakukan biar Shania enggak maksa ke Tegal? Oh, Ghosh!" Angga terus mengumpat dalam hati sembari menyetir mobil.Otaknya buntu, pikirannya ruwet seperti benang kusut. Ternyata satu kebohongan membuatnya kelimpungan untuk mencari kebohongan yang lainnya."Gimana ini ke depannya?" gumam Angga dalam hati. "Agrh! Shittt!" "Mas! Awas!" seru Shania saat Angga nyaris menabrak mobil di depannya."Lampu merah, Mas! Kamu kenapa, sih, Mas, ngelamun aja dari tadi?" tanya Shania sembari menatap Angga tidak suka."Enggak. Aku cuma ...." Sejenak Angga memikirkan alasan yang tepat untuk mengelak. "Kayak enggak enak aja sama Pak Hendra, Pak Andreas, dan teman-teman lain. Masa hanya karena kamu teman dan anak kenalan bos, kita kerja sembarangan gini. Apalagi ini hari pertama kamu masuk kerja, loh."Dalam hati Shania membenarkan apa yang Angga katakan. Namun, ia tidak bisa menunda untuk memastikan perkataan Angga. Shania tidak m
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Pertanyaan Besar

"Pak, tolong istri saya! Tolong istri saya!" teriak Angga yang masih terjebak di dalam mobil. Pintu mobil Angga macet sehingga ia tidak bisa keluar. Sementara bagian sisi Shania ringsek. Angga sangat panik karena wajah Shania sudah bersimbah darah dan istrinya itu tidak sadarkan diri."Siapapun tolong!!!" teriak Angga. "Tolong panggil ambulans!!"Orang-orang yang berkerumun untuk membantu Angga dan Shania sebenarnya sudah menelepon ambulans. Hanya saja butuh waktu sampai ambulans datang. Mereka berusaha mengeluarkan Shania dan Angga. Sampai akhirnya saat polisi dan ambulans datang, pintu mobil Angga sudah berhasil dibuka."Selamatkan istri saya! Selamatkan istri saya! Saya mohon, selamatkan istri saya!" Angga sangat panik saat Shania ditandu menuju ambulans. Nyaris sekujur tubuh Shania bersimbah darah. Apalagi bagian kaki."Bapak yang tenang, berdoa agar istri Bapak baik-baik saja!" nasehat perawat.Setelah dilakukan pertolongan pertama, Shania dan Angga langsung dilarikan ke rumah s
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Calon CEO

"Gimana ceritanya Indri bisa hamil? Sementara aku selalu pakai pengaman?" Pertanyaan itu hanya menggaung di rongga dada Angga."Mas? Kok, malah bengong? Kamu enggak senang?" protes Indri melihat ekspresi Angga.Angga menoleh ke arah Anggita yang sedang duduk sembari memperhatikan ayah dan bundanya. "Ehm, Git, Gita sama Mbak Wati dulu, ya! Ayah mau bicara penting sama Bunda." Gita mengangguk. "Iya, Yah.""Mbak Wati! Tolong ajak Gita main di belakang!" seru Angga.Mbak Wati yang sedang berada di kamar belakang pun tergopoh keluar. Wanita bertubuh gempal itu mengajak Anggita bermain di kamar belakang.Indri menjadi salah tingkah melihat sikap Angga yang seperti itu. Namun, bukan Indri namanya kalau tidak bisa bersikap seolah-olah dia korbannya."Kamu hamil, In?" tanya Angga setelah beberapa saat. "Iya, Mas. Kok, kamu kayak enggak suka gitu, sih?" Indri memasang wajah cemberut."Bukan enggak suk
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status