Home / Thriller / Senõrita Sang Vampir Mafia / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Senõrita Sang Vampir Mafia : Chapter 11 - Chapter 20

35 Chapters

11. Mati

Tenang, tenang, tahan. Selenia yakin seratus persen bahwa vampir sialan itu berhasil ia kelabui. ya, Raven benar-benar mengira Selenia mati. Padahal ini adalah salah satu trik yang ia pelajari di kelas kedokteran, berpura-pura mati. ia hanya perlu menunggu apa yang akan Raven lakukan selanjutnya. Namun, ada yang aneh. getaran halus di tangan Raven... apakah iblis yang menghancurkan hidupnya itu panik saat mengiranya benar-benar mati? Selenia tak peduli. Paling tubuhnya akan dibuang di sungai atau ditinggalkan begitu saja kan? Raven menatap tubuh Selenia dengan rahang mengeras. Pikirannya berputar cepat. Ia tidak bisa menjelaskan apa yang ia rasakan saat ini, tetapi satu hal yang pasti, ini bukan sekadar iritasi karena kehilangan "miliknya." Bukan sekadar kemarahan karena mangsanya mati sebelum ia menginginkannya. Ini… lebih dari itu. Tangannya mengepal di sisi tubuh gadis itu. Jemarinya sedikit gemetar, hal yang jarang terjadi pada seorang Raven Drachov. Keheningan terlalu
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

12. Tidak Mengerti

Selenia mengerucutkan bibirnya. Matanya berkedip beberapa kali, netra birunya menunjukkan kesenduan. "Ah, kuharap aku betulan mati saja agar bisa lepas darimu" Selenia menatap dengan ekspresi sedih yang lucu. "Turunkan aku, aku bisa jalan sendiri. terserah kau mau bawa aku kemana, yang penting aku tak mau ada digendonganmu." Raven menatap Selenia dengan ekspresi tak terbaca. Sudut bibirnya sedikit terangkat, bukan dalam seringai mengejek seperti biasanya, melainkan sesuatu yang lebih samar seakan menilai, mengamati, bahkan mungkin… terhibur. “Hm?” gumamnya, alisnya terangkat sedikit saat melihat gadis itu mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi yang anehnya tidak tampak mengancam sama sekali. Di matanya, wajah cantik Selenia yang biasanya dipenuhi kemarahan kini justru menampilkan ekspresi menggemaskan yang tidak disengaja. Matanya yang biru berkedip beberapa kali, penuh kesenduan, tapi di mata Raven, gadis ini justru terlihat seperti anak kucing yang kebasahan. Menarik.
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

13. Ditanganku

Markas Mafia Drachov Cahaya temaram dari lampu gantung kristal menerangi aula besar yang dipenuhi oleh orang-orang berbadan kekar dengan sorot mata tajam. Aroma cerutu dan wiski bercampur dengan bau logam yang pekat, mengisyaratkan keberadaan senjata di setiap sudut ruangan. Para pria dengan tubuh berbalut jas hitam berdiri tegak dan siaga, masing-masing membawa aura haus darah yang menekan. Di tengah-tengah ruangan itu, seorang pria tinggi dengan rambut hitam sepekat malam melangkah masuk dengan penuh kewibawaan. Segaris perak di rambutnya menambah dominasinya di antara anggota lainnya, seolah berkata: Aku berbeda. Mantel panjangnya masih basah oleh air dari rerumputan yang lembab. Dan di sisinya, seorang gadis berambut putih tampak berusaha menahan diri agar tidak meronta. Matanya yang biru jernih menelusuri ruangan, mencoba memahami tempat seperti apa yang kini dimasukinya. Raven Drachov, pemimpin organisasi mafia yang ditakuti di dunia gelap, melemparkan pandangannya ke arah
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

14. Hitam pekat

"Luar biasa..."Selenia berdecak kagum melihat pemandangan di hadapannya. Setelah Raven meninggalkannya seorang diri, gadis itu mulai berkeliling dan menjelajahi markas besar yang luasnya setara sebuah kota itu. Di dalamnya terdapat banyak pabrik kecil, gudang senjata, dan tempat pelatihan untuk para bawahan dan assassin Drachov. Namun hal yang paling menarik perhatiannya adalah sebuah tempat bermain anak-anak di sebuah bangunan yang tampak kelam. Panti, tertulis seperti itu di pintu masuknya. Selenia melangkah masuk, melihat seorang anak perempuan yang manis, ia melambai pada sang bocah. Senyuman cerah ia dapati dari wajah mungil itu. Banyak anak-anak yang bermain di sana.Apa saja yang Raven bangun selama ini?Selenia tak tahu berapa banyak narkotika yang telah diselundupkan oleh sindikat perdagangan ilegal Drachov, berapa banyak anak-anak jalanan dan panti asuhan dipungut demi keuntungan mereka, berapa lusin senjata yang organisasi itu miliki, bahkan seberapa luas jaringan mereka.
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

15. Mangsa

"Kita sampai" Saat pintu besar kastil terbuka, hawa dingin langsung menyergap tubuh Selenia. Dinding batu yang menjulang tinggi memantulkan suara langkah mereka, menciptakan gema samar yang membuat suasana semakin mencekam. Lilin-lilin yang bertengger di chandelier menyala redup, menerangi lorong panjang dengan sinar keemasan yang goyah. Selenia berjalan di belakang Raven dengan langkah gontai. Seluruh tubuhnya terasa lelah, nyeri akibat perlakuan kasar Hector masih membekas di sendinya. Gaun lusuh yang melekat di tubuhnya kini berdebu, rambut peraknya berantakan, dan wajahnya menyiratkan kepasrahan. Setibanya di aula utama, Raven berhenti. Ia melirik sekilas ke belakang, menatap Selenia yang berdiri kaku di ambang pintu. Matanya yang merah menyala menyorot tajam, tapi gadis itu tidak gentar. Ia hanya mengalihkan pandangan, tidak mau melihatnya lebih lama dari yang diperlukan. "Naik," perintah Raven singkat, menunjuk ke arah tangga yang melingkar ke atas. Selenia tidak bergerak.
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

16. Sebut Namaku

"AKHH-!" Jeritan Selenia memenuhi ruangan saat taring tajam itu menembus dagingnya. Rasa sakitnya menusuk, lebih dari yang pernah ia rasakan sebelumnya. Raven tidak lagi menggigit dengan lembut seperti sebelumnya, tidak ada kelembutan atau kepura-puraan kali ini. Ia menghisap dengan rakus, brutal, seolah-olah ingin menghabiskan setiap tetes darah yang dimiliki gadis itu. Tubuh Selenia menegang, tangannya meronta, tetapi semakin ia berjuang, semakin erat cengkeraman Raven di pergelangannya. "Nngh… Sialan… Lepaskan…!" suara Selenia melemah, kepalanya mulai pusing, tubuhnya kehilangan tenaga seiring darahnya tersedot keluar. Raven menggeram rendah, seperti binatang buas yang menikmati buruannya. Tangannya bergerak turun, menekan pinggang Selenia agar gadis itu tidak bergerak. "Ini hukumanmu," bisiknya di sela-sela gigitan. "Rasakan… dan ingat bahwa kau adalah milikku." Selenia ingin melawan, ingin menolak, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Pandangannya mengabur, napasnya terse
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

17. Malam Berdarah

Ini akan menjadi malam berdarah di Kastil Drachov. Hujan turun perlahan, menyelimuti kastil megah itu dengan hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Namun, di balik tembok batu yang menjulang, bukan kesejukan yang menyelimuti, melainkan ketegangan yang semakin mengental. Puluhan... tidak, ratusan pria berbaju gelap mengepung bangunan tersebut. Di bawah bendera keluarga Vanderbilt, mereka datang dengan satu tujuan: merebut kembali putri mereka. Dari menara tertinggi kastil, Raven berdiri dengan ekspresi tak terbaca. Mata merah darahnya menatap ke bawah, mengamati barisan musuh yang membanjiri tanah miliknya seperti wabah. “Tsk… menyebalkan.” Hector berdiri di sampingnya, sigar cerutunya mengepulkan asap tebal. “Mereka membawa lebih banyak orang dari yang kuduga.” Di halaman kastil, prajurit Vanderbilt bersiap. Senjata terhunus, mata mereka penuh dendam dan amarah. Di sisi lain, para anggota sindikat Drachov mulai bergerak. Pembunuh bayaran, tentara bayangan, para petarung te
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

18. Malam Berdarah (2)

"Kalau begitu...."Lucas mengambil langkah maju, ujung pedangnya berkilat dalam hujan. Tatapan zamrudnya berubah dingin, menusuk Raven dengan kebencian yang membara. “…Aku akan menghabisimu, Raven.” Raven menyeringai, matanya bersinar merah, memancarkan aura haus darah yang tak tertandingi. Ia mendorong tubuh Selenia ke dalam kastil tanpa peduli gadis itu tersungkur. “Coba saja, bocah Hernandez.” Dan dalam sekejap, dunia kembali meledak dalam pertempuran. Langit di atas kastil Drachov bergemuruh, seolah ikut menyaksikan pertempuran dua pria yang dipertaruhkan oleh takdir. Hujan turun semakin deras, membasahi tanah yang kini penuh bercak darah dan mayat. Di tengah hiruk-pikuk pertempuran antara pasukan Vanderbilt dan anak buah Raven, dua sosok itu berdiri berhadapan. Lucas menggenggam pedangnya erat, kilatan perak di bilahnya memantulkan cahaya petir yang menyambar. Di seberangnya, Raven menjilat sisa darah di ujung jarinya. Darah milik para prajurit yang telah ia habisi sebelumn
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

19. Penghakiman

"Kau akan kalah, Raven"Selenia menatap Raven dengan senyum menghina. Kemudian gadis itu menatap tunangannya, memanggilnya dengan lembut dan penuh kasih."Lucas, tak peduli kau meletakkan pedangmu ataupun tetap berusaha menebasnya, dia akan mati. Lukanya sangat parah" Selenia tersenyum. Namun sepertinya senyum itu terlalu cepat sebagai deklarasi kemenangan."Oh, manis sekali."Raven terkekeh, namun darah hitam pekat masih mengalir dari luka di tubuhnya, bercampur dengan air hujan yang deras mengguyur mereka. Cengkeramannya di pinggang Selenia mengendur sedikit, tetapi senyumnya tetap menantang."Kau pikir aku akan mati begitu saja?" suaranya dalam dan serak, namun penuh bahaya."Gadis kecil, kau lupa siapa aku?"Seketika, hawa di sekitar mereka berubah. Angin berputar, membawa aroma anyir darah dan kematian yang lebih pekat. Mata merah Raven bersinar lebih terang, urat-urat hitam menjalar di sekitar luka yang ditimbulkan oleh pedang perak itu. Tetapi bukan tanda kematian, melainkan ta
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

20. Pulang

"K-Kau akan selalu menjadi milikku"Raven mencintai rasa sakit itu. Namun, ia tahu rencananya mulai berjalan lancar. Tepat sebelum pria vampir itu kehilangan kesadaran, ia tahu Librae akan mendapat konsekuensinya."Librae... Kau terlalu ikut campur dengan dunia manusia... kau bisa memporak-porandakan garis takdir hamba-hambaku... ini belum saatnya kau menghakiminya"Dan bersamaan dengan hilangnya suara itu, kekuatan Librae lenyap seketika dari tubuh Selenia. Langit yang tadinya bergetar kini mulai mereda, seolah mengakui bahwa satu fase dari takdir telah mencapai titik akhirnya.Tubuh Raven tergeletak di tanah yang hangus terbakar petir suci Librae, namun senyum samar masih bertahan di wajahnya.Ia kalah... tapi bukan berarti ia telah gagal.Sementara itu, di sisi lain, tubuh Selenia jatuh lunglai begitu cahaya keemasannya sirna. Napasnya tersengal, matanya kehilangan sinar ilahinya, dan kini ia hanyalah seorang gadis biasa yang lemah dan rapuh.Lucas menangkapnya tepat waktu.Mata p
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status