All Chapters of Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis: Chapter 21 - Chapter 30

46 Chapters

Bab 21 Kabut di Balik Kegelapan

Ruangan itu dipenuhi ketegangan. Jing Wu berdiri kaku, keringat dingin membasahi dahinya. Golok besar di tangan pria bertubuh kekar itu memancarkan kilau menyeramkan di bawah cahaya lilin yang remang-remang. Pria itu tersenyum dingin, tatapan matanya seperti ular yang siap menerkam. “Kali ini kau tidak akan bisa lolos dari golok pembunuh ini!” serunya dengan suara serak, memantapkan langkah ke arah Jing Wu. Golok itu diayunkan dengan kecepatan luar biasa, dan Jing Wu yang terkejut hanya bisa mematung. Namun, sebelum bilah itu mencapai tubuhnya, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Sebuah tangan kuat tiba-tiba memegang lengan pria bergolok itu, menghentikan gerakannya seketika. Semua mata terbelalak. Jing Wu melangkah mundur, hampir tersandung. Ia menoleh ke arah pemilik tangan tersebut, lalu berseru, “Guru, sejak kapan kau ada di sini?” Pria itu adalah Pertapa Shan, seorang pendekar legendaris dengan rambut putih panjang dan mata tajam yang memancarkan ketenangan. Ia berdiri de
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 22 Angin Penghancur Mayapada

Langit di Gunung Shen menghampar biru bersih, dengan awan tipis yang melayang tenang di angkasa. Jing Wu duduk bersila di tepi tebing, pemandangan lembah hijau yang luas membentang di hadapannya. Ia memejamkan mata, napasnya teratur, perlahan-lahan menarik dan menghembuskan udara seperti ombak yang berirama. Di sampingnya, Pertapa Shan mengamati dengan penuh perhatian. Jing Wu tampak sangat fokus dalam meditasi, tubuhnya tak bergerak sedikit pun, seperti batu karang yang kokoh diterpa angin. Melihat pemuda itu, Pertapa Shan tersenyum kecil. Tak banyak pemuda yang mampu mencapai ketenangan seperti ini dalam usia semuda Jing Wu. Setelah beberapa saat, Pertapa Shan berkata dengan lembut, "Jing Wu." Jing Wu membuka matanya perlahan, tatapannya tajam tapi tenang. "Ada apa, Guru?" tanyanya. Pertapa Shan melipat kedua tangannya di belakang punggungnya. "Aku terkesan dengan kegigihanmu. Biasanya, pemuda seusiamu lebih suka berlatih fisik daripada bermeditasi. Apa yang membuatmu begitu
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 23 Latihan Jurus Bersama Pertapa Shan

Malam telah larut, dan cahaya bulan menggantung di langit, menyinari desa kecil yang sunyi. Angin malam berhembus lembut, menggoyangkan daun-daun bambu di sekitar penginapan sederhana tempat Pertapa Shan dan muridnya, Jing Wu, menginap. Di teras penginapan, seorang pria tua berjubah abu-abu duduk dengan tenang. Di hadapannya, sebuah meja kayu sederhana telah dipenuhi hidangan makan malam—dua piring nasi hangat, semangkuk sup sayur, dan ikan bakar yang masih mengepulkan asap. Pertapa Shan melipat tangannya di dada sambil menatap makanan itu, namun pikirannya melayang ke muridnya. Jing Wu telah pergi sejak pagi untuk berlatih di kaki gunung, dan hingga kini, pemuda itu belum juga kembali. "Anak itu terlalu bersemangat," gumamnya pelan. Ia menatap bulan yang bersinar terang di langit. Sejak pertama kali bertemu Jing Wu, ia sudah melihat potensi luar biasa dalam diri pemuda itu. Namun, bakat saja tidak cukup. Ia butuh disiplin, pengendalian diri, dan pemahaman mendalam akan kekuat
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 24 Gerbang Kota Nanjing

Hutan lebat yang mereka lewati akhirnya menipis, dan di kejauhan, tembok megah Kota Nanjing mulai terlihat. Gerbang selatan berdiri kokoh, dijaga oleh beberapa prajurit bersenjata tombak dan mengenakan baju besi ringan. Pertapa Shan melangkahkan kakinya melewati batas hutan, lalu menyadari sesuatu. Ia menoleh ke samping. "Jing Wu?" Tidak ada sahutan. Ia berbalik, dan di sana, beberapa langkah di belakangnya, Jing Wu tengah sibuk memilih jajanan di salah satu pedagang kaki lima. Pemuda itu tampak senang memegang beberapa tusuk sate panggang, sementara tangan lainnya menggenggam bakpao hangat. Pertapa Shan menghela napas, lalu mendekati muridnya. "Apa yang kau lakukan?" "Belanja makanan." Jing Wu menggigit salah satu sate dengan puas. "Tadi malam kita hanya makan ikan bakar yang kau panggang, itu pun gosong." Shan mendengus. "Jangan banyak alasan. Ayo, kita harus segera ke pusat kota." Mereka pun berjalan beriringan menuju pusat kota sambil menikmati makanan yang Jing Wu
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Bab 25 Munculnya Sang Legenda

Istana Selatan milik Kaisar Naga dipenuhi cahaya lentera yang berpendar lembut, menerangi halaman luas tempat para pendekar berkumpul untuk menghadiri pertemuan dewan. Jing Wu berdiri di antara mereka, tangan bersedekap, memperhatikan suasana dengan tatapan tajam. Tiba-tiba, suara seorang gadis memanggil namanya. "Jing Wu!" Jing Wu menoleh, begitu pula pendekar lain di sekelilingnya. Dari kejauhan, seorang gadis berlari ke arahnya. Gaun hijau kebiruan yang dikenakannya berkibar tertiup angin malam, rambut panjangnya bergerak seirama dengan langkah cepatnya. Ming Yue. Jing Wu mengangkat alis, jelas terkejut. Ia tak menyangka putri bungsu keluarga Ming itu juga berada di Istana Selatan. "Ming Yue? Kau ke sini juga?" tanyanya heran. Ming Yue mendengus kecil sambil berhenti tepat di hadapan Jing Wu. "Tentu saja. Kau pikir cuma kau yang ingin ikut pertemuan dewan ini?" Jing Wu menyeringai. "Bilang saja kalau kau kangen." Ming Yue melotot padanya. "Siapa yang kangen padamu
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Bab 26 Pergi dalam Angin

Ming Yuan maju satu langkah, ekspresinya penuh kecurigaan. "Kenapa orang sepertimu ada di sini?" Pertapa Shan menepuk bahu Jing Wu yang masih tak sadarkan diri dengan santai, lalu menatap Ming Yuan dengan senyum miring. "Oh? Aku datang karena bocah ini, tentu saja." Ming Yue yang sejak tadi cemas akhirnya memberanikan diri berbicara. "Pertapa Shan… apakah kau… mengenal Jing Wu?" Pertapa Shan terkekeh pelan, suaranya serak namun dalam. "Tentu saja. Aku ini gurunya." Guruh bergema di langit. Seakan alam pun terkejut mendengar pengakuan itu. Para pendekar kembali gempar. Bagaimana mungkin? Jing Wu… murid dari Pertapa Shan? Ming Yuan langsung meradang. "Jangan bercanda! Tidak mungkin kau, pendekar terkuat di zamannya, mau mengajari bocah dari Lembah Iblis itu!" Mata Pertapa Shan menyipit, seolah menilai Ming Yuan dari ujung kepala hingga kaki. "Lembah Iblis? Hmph… Kau pikir aku peduli asal-usul seseorang? Aku hanya mengajari mereka yang menurutku berbakat." Ming Yuan men
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 27 Liontin di Bawah Cahaya Bulan

Malam mulai menyelimuti kota Nanjing, angin berembus lirih, menggoyangkan dahan-dahan pohon yang meranggas. Di sebuah tempat sunyi di pinggiran kota, dua sosok berdiri berhadapan dalam remang-remang cahaya lentera. "Pertapa Shan, lama tak berjumpa," kata Yang Zhao dengan suara tenang namun tegas. Matanya yang tajam menatap pria tua berjanggut putih di hadapannya. Pertapa Shan mengangguk kecil. "Yang Zhao, kau tampak baik-baik saja. Apa yang membawamu ke tempat ini?" Yang Zhao tak langsung menjawab. Ia menyilangkan tangannya, lalu bertanya, "Bagaimana kabar Jing Wu?" "Dia baik-baik saja," jawab Pertapa Shan sambil tersenyum tipis. Yang Zhao menghela napas lega, lalu setelah jeda sejenak, ia bertanya lagi, "Apakah benar selama ia hilang, ia berada di Lembah Sepuluh Iblis?" Pertapa Shan mengusap janggutnya. "Sepertinya begitu… Tapi Jing Wu tidak pernah bercerita secara rinci. Dan aku pun tak ingin terlalu banyak tahu." Mata Yang Zhao menajam. "Itu tempat yang berbahaya. Par
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 28 Perpisahan di Bawah Cahaya Bulan

Jing Wu duduk termenung di ranjangnya, menatap pakaian biru tua dengan corak naga kecil yang baru saja diletakkan oleh Pertapa Shan. Jemarinya menyentuh kain itu perlahan, merasakan tekstur lembutnya. Hatinya terasa berat. Ia telah kehilangan lima pendekar iblis yang sudah seperti saudara, dan kini ia harus berpisah dengan sosok yang telah menjadi seperti kakeknya sendiri. Suara angin berdesir pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela kayu. Lampu minyak di pojok ruangan bergoyang kecil, menari bersama bayangan Jing Wu yang terpahat di dinding. Tok tok tok. "Masih belum tidur?" Suara berat dan akrab itu terdengar dari balik pintu. Jing Wu menghela napas, lalu bangkit perlahan. Ia membuka pintu dan mendapati Pertapa Shan berdiri di sana, membawa satu kendi arak di tangannya. Lelaki tua itu melangkah masuk tanpa diundang, duduk di kursi kecil dekat meja kayu. Jing Wu tidak berkata apa-apa, hanya kembali duduk di ranjangnya. Matanya tertunduk, menatap lantai tanah ya
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 29 Undangan yang Tak Terduga

Di sebuah rumah sederhana di kaki gunung, Yang Zhao tengah menikmati sore dengan secangkir teh hangat. Udara sejuk berhembus lembut, membawa aroma dedaunan yang mulai gugur. Shu Zuu, istrinya, tengah merapikan taman belakang, sementara putra mereka, Yang Zi, berlatih sendirian dengan pedang kayunya. Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat dengan cepat. Tak lama kemudian, seorang pria berjubah putih dengan lambang teratai biru di dadanya muncul di depan gerbang rumah. Ia membungkuk hormat. "Yang Zhao, pendekar besar dari aliran Langit Hijau, aku membawa pesan dari Tuan Zheng Shen." Yang Zhao meletakkan cangkir tehnya perlahan, matanya meneliti pria itu dengan tatapan tenang. "Silakan masuk," katanya akhirnya. Pria itu melangkah masuk dan menyerahkan sebuah gulungan sutra. Yang Zhao membuka gulungan itu dan membacanya dengan saksama. "Turnamen untuk memperingati ulang tahun istri muda Zheng Shen?" gumamnya. Pria itu mengangguk. "Betul. Turnamen ini akan mempertemukan para p
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Bab 30 Firasat Buruk Wanita

Tuan Zheng Shen duduk dengan tenang di singgasananya yang megah. Aula utama Perguruan Teratai Putih dipenuhi keharuman dupa yang samar, sementara lentera-lentera merah berpendar lembut di sekeliling ruangan. Ia menatap lurus ke depan, menunggu kabar dari Liang Fu, orang kepercayaannya yang bertanggung jawab atas turnamen. Langkah kaki terdengar mendekat. Liang Fu, pria bertubuh tegap dengan janggut pendek rapi, berjalan dengan sikap hormat, kemudian membungkuk di hadapan Zheng Shen. "Bagaimana persiapan turnamen? Apakah sudah banyak pendekar hebat yang mendaftar?" tanya Zheng Shen, matanya menyipit penuh minat. Liang Fu mengangguk. "Benar, Tuan. Jumlah pendaftar jauh lebih banyak dari yang kita duga. Beberapa nama besar dari dunia persilatan juga telah muncul. Sepertinya kita harus melakukan tahap awal seleksi agar hanya yang terbaik yang bertanding dalam babak utama." Zheng Shen mengetuk pegangan kursinya dengan jemari. "Hm… masuk akal. Aku serahkan semuanya padamu. Pastikan
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status