All Chapters of Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis: Chapter 11 - Chapter 20

46 Chapters

Bab 11 Kesepakatan

Ming Yue langsung keluar dari ruangan itu setelah kakaknya, Ming Yuan, melarangnya ikut dalam rombongan. "Kau seharusnya tidak perlu terlalu keras dengan Ming Yue," kata sang pria muda. Ia bernama Ming Fen." "Kau tidak tahu informasi apa yang aku dapatkan!" kata Ming Yuan, "kau tahu, setan Rimba sedang dalam perjalanan menuju barat dan sepertinya dia akan menyerang saat pertemuan dewan persatuan para pendekar sedunia." "Be-benarkah?" "Ya, kau tahu sendiri. Setan Rimba dan para iblis tak diundang dalam pertemuan itu. Para iblis tak melakukan pergerakan apa pun, sepertinya mereka memang tak peduli. Tapi, Setan Rimba, ia akan melalukan keonaran!" Ming Fen tampak berpikir. "Benar juga ...." "Jadi, besok kita akan berangkat untuk berkumpul dengan para dewan. Kita harus bersiap-siap!" "Tapi, bagaimana dengan Ming Yue?" tanya Ming Fen khawatir. "Biarkan saja anak itu di sini!" kata Ming Yuan, "dia akan menyusahkan kita di sana!" Diam-diam Ming Yue mendengar percakapan kedua kakaknya
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 12 Pria Cantik

"Aku yakin dia itu sebenarnya wanita. Sebagai pria normal, aku ini bisa membedakan mana pria mana wanita," ucap Jing Wu pada Ming Yue sambil berjalan menelusuri hutan. "Huh, jelas-jelas dia itu pria!" Ming Yue bersikeras berpendapat. Kini mereka berada dalam persimpangan jalan. "Jing Wu, kita belok mana?" "A ...." Jing Wu tampak berpikir. "Kamu sebenarnya tahu tempatnya tidak sih?" Ming Yue jadi curiga pada Jing Wu. "Te-tentu saja aku tahu," kelit Jing Wu sok tahu. "Huh, yang mana?" "Belok sini ... ya, belok sini!" "Yakin? Awas kau ya!" Ming Yue hendak melangkahkan kakinya namun tiba-tiba ia menghentikan langkahnya hingga Jing Wu menabraknya. Ming Yue bisa merasakan ada kawanan penjahat bersembunyi di sekitar mereka. "Ada apa?" tanya Jing Wu pada Ming Yue. "Keluar kalian!" sergah Ming Yue dengan suara lantang. Kawanan penjahat, termasuk dua preman di kota sebelumnya tadi keluar dari persembunyian mereka. Kalau dihitung-hitung, jumlah mereka ada delapan! Min
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 13 Kedatangan Setan Rimba

Sementara di kediaman Li Shuwan, hampir seluruh para pendekar hebat di penjuru dunia kini hadir. Dan tentu saja, kedua bersaudara dari keluarga Ming juga baru tiba dari sana. Ming Yuan dan Ming Fen masuk di kediaman itu dan langsung disambut baik oleh para anggota keluarga Li. "Maafkan keterlambatan kami," kata Ming Fen. "Ada apa Ming Fen?" tanya Li Suwhan, "tidak biasanya anggota keluarga Ming datang agak telat." "Sebenarnya ... kami sangat berjaga-jaga saat menuju ke mari karena kami mendengar Setan Rimba juga menuju ke sini!" kata Ming Yuan. "Setan Rimba? Mau apa dia?" tanya Li Shuwan. Para pendekar lainnya terkejut mendengar nama Setan Rimba. "Entahlah, tapi dari mata-mata yang aku kirim, dia sedang bersiap-siap menuju ke sini," lanjut Ming Yuan. Li Shuwan tampak berpikir. "Apakah dia ingin ikut serta dalam pertemuan para dewan?" "Ah, tidak mungkin!" sergah seorang pendekar yang mengenakan pakaian serba putih dengan rambut putih yang panjang bagai elf. "Setan Rim
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 14 Tertangkap

Mata Jing Wu tiba-tiba terbuka, ia terkejut karena ia mendapati dirinya di sungai yang dangkal. Ia mencoba bangun namun tubuhnya terasa sangat sakit. Sepertinya ia belum lama siuman dan ia harus bergegas sebelum para pendekar itu menuju ke sungai dan mendapatinya. Tiba-tiba Jing Wu teringat oleh Ming Yue. Ia mengedarkan pandangannya, seharusnya gadis itu tak jauh darinya. Jing Wu berusaha berjalan, mencari sosok Ming Yue dan benar saja gadis itu tersungkur di tanah dalam keadaan tak sadar. "Ming Yue ...," panggil Jing Wu dengan suara rendah sambil memegang pipi Ming Yue. Namun, gadis itu tak juga sadarkan diri. Jing Wu pun mengangkat gadis itu dan segera membawanya pergi dari sana sebelum para pendekar di atas sana menemukan mereka. Entah sudah berapa lama Jing Wu membopong Ming Yue untuk menjauh dari sungai, Jing Wu pun menemukan pondok kecil dan masuk ke sana. Jing Wu lalu meletakkan Ming Yue di atas jerami lalu menyembuhkan dirinya dengan tenaga dalamnya. Setelah ia mulai p
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Bab 15 Penyusup Tahanan

“Kakak, lepaskan Jing Wu!” Ming Yue memohon pada Ming Fen. Ming Fen menggeleng, tetap teguh pada pendiriannya. “Biar saja dia disiksa di bawah sana!” katanya, “bisa-bisanya kau bergaul dengan kalangan iblis.” “Kakak!” Tiba-tiba pintu terbuka dan menampakkan Ming Yuan bersama beberapa pelayannya. Wajahnya tampak sengit setelah dari ruang bawah tanah. “Kak Yuan!” Ming Yue berlari pada kakaknya itu, “kakak dari bawah, kan? Bagaimana dengan Jing Wu?” “Huh, aku barusan menyiksanya. Dasar anak iblis!” Ming Yue makin khawatir dibuat oleh kakaknya itu. “Kakak apakan dia?” Ming Yuan mengernyit menatap Ming Yue yang tampak begitu peduli pada Jing Wu. “Kenapa kau peduli begitu?” “Kakak, dia sudah menolongku ….” “Aku tidak melihat seperti itu! Yang kulihat, dia sudah membahayakanmu dan mempengaruhimu!” “Ta-tapi ….” “Sudah, kembali ke kamarmu!” hardik Ming Yuan. Ming Yue berbalik dengan cemberut dan berlari meninggalkan ruangan itu. “Huh, bahaya sekali pengaruh bocah ibli
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Bab 16 Perjalanan Tanpa Tujuan

Ming Yue duduk di sudut kamar istana peri, menatap barang-barang yang telah ia kemas dengan cepat. Tidak banyak, hanya beberapa pakaian dan beberapa obat-obatan penting. Namun, kali ini, Ming Yue tahu bahwa tidak ada lagi alasan untuk bertahan lama di tempat yang sama. Istana peri benar-benar tempat yang membosankan. Kedua kakaknya sudah lebih dulu pergi menuju selatan, meninggalkan dia yang hanya bisa diam di tempat, seperti boneka yang tak bisa bergerak sementara Li Shuwan, yang belum lepas dari pengaruh hipnotis Jing Wu. Persetan dengan dia, Ming Yue tidak peduli lagi pada nasib pria itu, atau apa pun yang terjadi di istana peri. Dengan gerakan hati-hati, ia memasukkan kalung kompas yang ia siapkan untuk berjaga-jaga agar ia tak kehilangan arah. Tanpa menunggu lebih lama, Ming Yue membuka jendela kamar, mengintip keluar untuk memastikan tidak ada pengawal yang mencurigainya. Sebentar, ia mengedarkan pandangan, lalu menuruni tangga belakang, menuju ke gudang bahan makanan. Di san
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 17 Pembalasan Li Shuwang

Angin malam bertiup lembut, mengiringi kereta yang terus melaju di bawah langit berbintang. Jing Wu duduk bersila di sudut kereta, matanya terpejam, tubuhnya bersimbah keringat. Ia tengah memulihkan luka di tubuhnya dengan memusatkan tenaga dalamnya. Suara napasnya yang teratur beradu dengan derak roda kereta di jalan berbatu. Di sisi lain kereta, Bao Yu duduk bersama kedua dayangnya, Mei Ling dan Yun Xi. Mata Bao Yu tak lepas dari Jing Wu yang tampak serius dalam meditasinya. "Apakah dia akan baik-baik saja?" tanya Bao Yu dengan nada cemas kepada kedua dayangnya. "Tuan Jing Wu terlihat kuat, Nona. Aku yakin dia akan segera pulih," jawab Mei Ling mencoba menenangkan. "Tapi luka itu sangat parah. Apa benar hanya tenaga dalam bisa menyembuhkannya?" Bao Yu menggigit bibir, raut wajahnya penuh kekhawatiran. "Tenaga dalam Tuan Jing Wu sepertinya berbeda, Nona. Dia bukan orang biasa," Yun Xi menambahkan sambil menatap Jing Wu dengan kagum. Tiba-tiba, kereta berhenti mendadak, membuat
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 18 Mantra Pelindung

Langit sore mulai meredup ketika Jing Wu dan Pertapa Shan berjalan di sepanjang jalan berdebu yang mengarah ke selatan. Pepohonan rindang di kiri-kanan jalan sesekali mengayun lembut diterpa angin. Jing Wu berjalan sedikit di depan, wajahnya penuh kewaspadaan, sedangkan Pertapa Shan berjalan santai di belakangnya. "Jing Wu." Pertapa Shan memulai, memecah keheningan yang sudah berlangsung sejak siang. "Kau tidak banyak bicara sejak kita memulai perjalanan ini. Dari mana asalmu?" Jing Wu menoleh perlahan. Ia tampak ragu-ragu untuk menjawab, tetapi tatapan lembut Pertapa Shan memberinya keberanian. "Aku ... berasal dari desa Huang, di kaki bukit timur." "Huang?" Pertapa Shan mengangguk kecil. "Aku pernah melewati desa itu. Desa kecil, tapi indah. Bagaimana kabar keluargamu di sana?" Jing Wu menghentikan langkahnya. Kedua tangannya mengepal erat, dan tatapannya tertunduk ke tanah. "Aku tidak punya keluarga lagi," katanya dengan suara bergetar. "Kedua orang tuaku ... mereka meninggal
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 19 Kebijaksanaan Kaisar Naga

Ruangan singgasana megah itu dipenuhi keheningan yang mendalam, hanya suara gemericik air dari kolam kecil di sudut ruangan yang terdengar lembut. Kaisar Naga, sosok agung dengan wajah penuh kebijaksanaan dan mata tajam seperti kilatan petir, duduk di atas singgasana emasnya. Sebuah mahkota naga berkilau menghiasi kepalanya, memancarkan aura kemuliaan. Ia menatap datar pengawal yang baru saja masuk, membungkuk hormat. "Paduka, rombongan Setan Rimba telah tiba. Mereka membawa serta Si Racun Gaib dan para pendekar lainnya." Kaisar Naga mengangguk kecil, seolah sudah menduga. "Biarkan mereka masuk," katanya dengan suara rendah tapi penuh wibawa. Pintu besar aula terbuka, memperlihatkan Setan Rimba, sosok pendekar legendaris dengan tubuh kekar dan sorot mata tajam. Di belakangnya, Si Racun Gaib, seorang pria dengan tatapan licik dan senyuman penuh tipu daya, serta beberapa pendekar lainnya mengikuti. "Salam kepada Kaisar Naga," kata Setan Rimba sambil memberi sedikit hormat. Namun
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 20 Tamu Tak Diundang

Malam itu angin berhembus lembut, membawa aroma bunga musim semi yang mekar di kejauhan. Xian Jun duduk di tepi balkon kamarnya, ditemani cahaya rembulan yang temaram. Keheningan itu terpecah ketika sosok berjubah hitam muncul di depannya, bagai bayangan yang menyatu dengan gelap. “Tuan Xian Jun,” suara berat lelaki itu terdengar lirih, namun penuh wibawa. “Pertemuan dewan pendekar telah dipindahkan. Lokasinya di istana selatan Kaisar Naga.” Xian Jun menatapnya lekat. “Mengapa di sana? Istana selatan adalah tempat Kaisar Naga, bukan lokasi yang biasa digunakan untuk pertemuan semacam ini.” Lelaki berjubah hitam itu tak menjawab, hanya tersenyum samar. “Ada hal-hal yang lebih baik tidak kau ketahui sekarang. Kau akan memahaminya saat tiba di sana.” Setelah mengucapkan kalimat itu, ia melangkah mundur, tubuhnya perlahan menghilang ke dalam bayangan malam. Xian Jun memutar otak, mencoba memahami keputusan aneh tersebut. Tiba-tiba suara langkah ringan terdengar di belakangnya.
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status