Share

Bab 15 Penyusup Tahanan

Author: J Shara
last update Last Updated: 2025-02-28 09:39:24

“Kakak, lepaskan Jing Wu!” Ming Yue memohon pada Ming Fen.

Ming Fen menggeleng, tetap teguh pada pendiriannya. “Biar saja dia disiksa di bawah sana!” katanya, “bisa-bisanya kau bergaul dengan kalangan iblis.”

“Kakak!”

Tiba-tiba pintu terbuka dan menampakkan Ming Yuan bersama beberapa pelayannya. Wajahnya tampak sengit setelah dari ruang bawah tanah.

“Kak Yuan!” Ming Yue berlari pada kakaknya itu, “kakak dari bawah, kan? Bagaimana dengan Jing Wu?”

“Huh, aku barusan menyiksanya. Dasar anak iblis!”

Ming Yue makin khawatir dibuat oleh kakaknya itu. “Kakak apakan dia?”

Ming Yuan mengernyit menatap Ming Yue yang tampak begitu peduli pada Jing Wu. “Kenapa kau peduli begitu?”

“Kakak, dia sudah menolongku ….”

“Aku tidak melihat seperti itu! Yang kulihat, dia sudah membahayakanmu dan mempengaruhimu!”

“Ta-tapi ….”

“Sudah, kembali ke kamarmu!” hardik Ming Yuan.

Ming Yue berbalik dengan cemberut dan berlari meninggalkan ruangan itu.

“Huh, bahaya sekali pengaruh bocah ibli
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 16 Perjalanan Tanpa Tujuan

    Ming Yue duduk di sudut kamar istana peri, menatap barang-barang yang telah ia kemas dengan cepat. Tidak banyak, hanya beberapa pakaian dan beberapa obat-obatan penting. Namun, kali ini, Ming Yue tahu bahwa tidak ada lagi alasan untuk bertahan lama di tempat yang sama. Istana peri benar-benar tempat yang membosankan. Kedua kakaknya sudah lebih dulu pergi menuju selatan, meninggalkan dia yang hanya bisa diam di tempat, seperti boneka yang tak bisa bergerak sementara Li Shuwan, yang belum lepas dari pengaruh hipnotis Jing Wu. Persetan dengan dia, Ming Yue tidak peduli lagi pada nasib pria itu, atau apa pun yang terjadi di istana peri. Dengan gerakan hati-hati, ia memasukkan kalung kompas yang ia siapkan untuk berjaga-jaga agar ia tak kehilangan arah. Tanpa menunggu lebih lama, Ming Yue membuka jendela kamar, mengintip keluar untuk memastikan tidak ada pengawal yang mencurigainya. Sebentar, ia mengedarkan pandangan, lalu menuruni tangga belakang, menuju ke gudang bahan makanan. Di san

    Last Updated : 2025-03-01
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 17 Pembalasan Li Shuwang

    Angin malam bertiup lembut, mengiringi kereta yang terus melaju di bawah langit berbintang. Jing Wu duduk bersila di sudut kereta, matanya terpejam, tubuhnya bersimbah keringat. Ia tengah memulihkan luka di tubuhnya dengan memusatkan tenaga dalamnya. Suara napasnya yang teratur beradu dengan derak roda kereta di jalan berbatu. Di sisi lain kereta, Bao Yu duduk bersama kedua dayangnya, Mei Ling dan Yun Xi. Mata Bao Yu tak lepas dari Jing Wu yang tampak serius dalam meditasinya. "Apakah dia akan baik-baik saja?" tanya Bao Yu dengan nada cemas kepada kedua dayangnya. "Tuan Jing Wu terlihat kuat, Nona. Aku yakin dia akan segera pulih," jawab Mei Ling mencoba menenangkan. "Tapi luka itu sangat parah. Apa benar hanya tenaga dalam bisa menyembuhkannya?" Bao Yu menggigit bibir, raut wajahnya penuh kekhawatiran. "Tenaga dalam Tuan Jing Wu sepertinya berbeda, Nona. Dia bukan orang biasa," Yun Xi menambahkan sambil menatap Jing Wu dengan kagum. Tiba-tiba, kereta berhenti mendadak, membuat

    Last Updated : 2025-03-01
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 18 Mantra Pelindung

    Langit sore mulai meredup ketika Jing Wu dan Pertapa Shan berjalan di sepanjang jalan berdebu yang mengarah ke selatan. Pepohonan rindang di kiri-kanan jalan sesekali mengayun lembut diterpa angin. Jing Wu berjalan sedikit di depan, wajahnya penuh kewaspadaan, sedangkan Pertapa Shan berjalan santai di belakangnya. "Jing Wu." Pertapa Shan memulai, memecah keheningan yang sudah berlangsung sejak siang. "Kau tidak banyak bicara sejak kita memulai perjalanan ini. Dari mana asalmu?" Jing Wu menoleh perlahan. Ia tampak ragu-ragu untuk menjawab, tetapi tatapan lembut Pertapa Shan memberinya keberanian. "Aku ... berasal dari desa Huang, di kaki bukit timur." "Huang?" Pertapa Shan mengangguk kecil. "Aku pernah melewati desa itu. Desa kecil, tapi indah. Bagaimana kabar keluargamu di sana?" Jing Wu menghentikan langkahnya. Kedua tangannya mengepal erat, dan tatapannya tertunduk ke tanah. "Aku tidak punya keluarga lagi," katanya dengan suara bergetar. "Kedua orang tuaku ... mereka meninggal

    Last Updated : 2025-03-02
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 19 Kebijaksanaan Kaisar Naga

    Ruangan singgasana megah itu dipenuhi keheningan yang mendalam, hanya suara gemericik air dari kolam kecil di sudut ruangan yang terdengar lembut. Kaisar Naga, sosok agung dengan wajah penuh kebijaksanaan dan mata tajam seperti kilatan petir, duduk di atas singgasana emasnya. Sebuah mahkota naga berkilau menghiasi kepalanya, memancarkan aura kemuliaan. Ia menatap datar pengawal yang baru saja masuk, membungkuk hormat. "Paduka, rombongan Setan Rimba telah tiba. Mereka membawa serta Si Racun Gaib dan para pendekar lainnya." Kaisar Naga mengangguk kecil, seolah sudah menduga. "Biarkan mereka masuk," katanya dengan suara rendah tapi penuh wibawa. Pintu besar aula terbuka, memperlihatkan Setan Rimba, sosok pendekar legendaris dengan tubuh kekar dan sorot mata tajam. Di belakangnya, Si Racun Gaib, seorang pria dengan tatapan licik dan senyuman penuh tipu daya, serta beberapa pendekar lainnya mengikuti. "Salam kepada Kaisar Naga," kata Setan Rimba sambil memberi sedikit hormat. Namun

    Last Updated : 2025-03-03
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 20 Tamu Tak Diundang

    Malam itu angin berhembus lembut, membawa aroma bunga musim semi yang mekar di kejauhan. Xian Jun duduk di tepi balkon kamarnya, ditemani cahaya rembulan yang temaram. Keheningan itu terpecah ketika sosok berjubah hitam muncul di depannya, bagai bayangan yang menyatu dengan gelap. “Tuan Xian Jun,” suara berat lelaki itu terdengar lirih, namun penuh wibawa. “Pertemuan dewan pendekar telah dipindahkan. Lokasinya di istana selatan Kaisar Naga.” Xian Jun menatapnya lekat. “Mengapa di sana? Istana selatan adalah tempat Kaisar Naga, bukan lokasi yang biasa digunakan untuk pertemuan semacam ini.” Lelaki berjubah hitam itu tak menjawab, hanya tersenyum samar. “Ada hal-hal yang lebih baik tidak kau ketahui sekarang. Kau akan memahaminya saat tiba di sana.” Setelah mengucapkan kalimat itu, ia melangkah mundur, tubuhnya perlahan menghilang ke dalam bayangan malam. Xian Jun memutar otak, mencoba memahami keputusan aneh tersebut. Tiba-tiba suara langkah ringan terdengar di belakangnya.

    Last Updated : 2025-03-04
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 21 Kabut di Balik Kegelapan

    Ruangan itu dipenuhi ketegangan. Jing Wu berdiri kaku, keringat dingin membasahi dahinya. Golok besar di tangan pria bertubuh kekar itu memancarkan kilau menyeramkan di bawah cahaya lilin yang remang-remang. Pria itu tersenyum dingin, tatapan matanya seperti ular yang siap menerkam. “Kali ini kau tidak akan bisa lolos dari golok pembunuh ini!” serunya dengan suara serak, memantapkan langkah ke arah Jing Wu. Golok itu diayunkan dengan kecepatan luar biasa, dan Jing Wu yang terkejut hanya bisa mematung. Namun, sebelum bilah itu mencapai tubuhnya, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Sebuah tangan kuat tiba-tiba memegang lengan pria bergolok itu, menghentikan gerakannya seketika. Semua mata terbelalak. Jing Wu melangkah mundur, hampir tersandung. Ia menoleh ke arah pemilik tangan tersebut, lalu berseru, “Guru, sejak kapan kau ada di sini?” Pria itu adalah Pertapa Shan, seorang pendekar legendaris dengan rambut putih panjang dan mata tajam yang memancarkan ketenangan. Ia berdiri de

    Last Updated : 2025-03-05
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 22 Angin Penghancur Mayapada

    Langit di Gunung Shen menghampar biru bersih, dengan awan tipis yang melayang tenang di angkasa. Jing Wu duduk bersila di tepi tebing, pemandangan lembah hijau yang luas membentang di hadapannya. Ia memejamkan mata, napasnya teratur, perlahan-lahan menarik dan menghembuskan udara seperti ombak yang berirama. Di sampingnya, Pertapa Shan mengamati dengan penuh perhatian. Jing Wu tampak sangat fokus dalam meditasi, tubuhnya tak bergerak sedikit pun, seperti batu karang yang kokoh diterpa angin. Melihat pemuda itu, Pertapa Shan tersenyum kecil. Tak banyak pemuda yang mampu mencapai ketenangan seperti ini dalam usia semuda Jing Wu. Setelah beberapa saat, Pertapa Shan berkata dengan lembut, "Jing Wu." Jing Wu membuka matanya perlahan, tatapannya tajam tapi tenang. "Ada apa, Guru?" tanyanya. Pertapa Shan melipat kedua tangannya di belakang punggungnya. "Aku terkesan dengan kegigihanmu. Biasanya, pemuda seusiamu lebih suka berlatih fisik daripada bermeditasi. Apa yang membuatmu begitu

    Last Updated : 2025-03-06
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 23 Latihan Jurus Bersama Pertapa Shan

    Malam telah larut, dan cahaya bulan menggantung di langit, menyinari desa kecil yang sunyi. Angin malam berhembus lembut, menggoyangkan daun-daun bambu di sekitar penginapan sederhana tempat Pertapa Shan dan muridnya, Jing Wu, menginap. Di teras penginapan, seorang pria tua berjubah abu-abu duduk dengan tenang. Di hadapannya, sebuah meja kayu sederhana telah dipenuhi hidangan makan malam—dua piring nasi hangat, semangkuk sup sayur, dan ikan bakar yang masih mengepulkan asap. Pertapa Shan melipat tangannya di dada sambil menatap makanan itu, namun pikirannya melayang ke muridnya. Jing Wu telah pergi sejak pagi untuk berlatih di kaki gunung, dan hingga kini, pemuda itu belum juga kembali. "Anak itu terlalu bersemangat," gumamnya pelan. Ia menatap bulan yang bersinar terang di langit. Sejak pertama kali bertemu Jing Wu, ia sudah melihat potensi luar biasa dalam diri pemuda itu. Namun, bakat saja tidak cukup. Ia butuh disiplin, pengendalian diri, dan pemahaman mendalam akan kekuat

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 46 Misteri Jasad Jing Huei

    Keluar kalian! Kedua orang berjubah hitam muncul di depan Jing Wu dan Ming Yue. Ming Yue terkejut karena ia tak pernah melihat kedua pendekar itu sebelumnya. Salah satunya memiliki kulit pucat dan tampak tak bersemangat, sementara yang satunya lagi memegang kipas kertas di tangannya. Jing Wu tampak serius, terutama karena Ming Yue berada di sampingnya dan harus ia lindungi. "Siapa kalian?" tanya Jing Wu lantang. Pria yang memegang kipas itu terkekeh. "Julukanku adalah Kipas Kematian, dan temanku ini disebut Si Mayat Hidup." Jing Wu mengernyit. Jubah yang mereka kenakan tampak familiar. Sama dengan yang dikenakan oleh Zhang Zui dan Bataar saat pertama kali ia bertemu mereka. Apakah mereka berasal dari organisasi yang sama? Tiba-tiba, Kipas Kematian mengayunkan kipasnya ke arah Jing Wu, dan seketika hembusan angin yang sangat kuat menyerang Jing Wu dan Ming Yue. Beruntung, Jing Wu gesit. Ia segera melindungi Ming Yue dan menciptakan perisai angin yang lebih kuat. "Huh, ternyata go

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 45 Pertemuan Tak Terduga

    Ming Yue!” teriak Jing Wu begitu melihat gadis itu duduk di ranjangnya, mengayun-ayunkan kakinya dengan santai. “Kenapa kau ada di sini?!” Ming Yue menatapnya dengan senyum penuh arti. “Ya... kenapa ya...?” sahutnya dengan nada menggoda. Jing Wu mengerutkan kening, masih belum percaya dengan pemandangan di depannya. “Kemarin bukannya seharusnya kau menikah? Lalu kenapa kau malah ada di sini?!” Wajah Ming Yue seketika cemberut. “Siapa juga yang mau menikah?” jawabnya kesal. “Tapi... bagaimana dengan calon suamimu itu? Kau meninggalkannya saat upacara pernikahan kalian. Dia pasti kecewa,” lanjut Jing Wu dengan nada lebih pelan. Ming Yue mengebaskan tangannya seolah mengusir masalah itu jauh-jauh. “Ah! Siapa yang peduli?” Jing Wu menghela napas panjang. “Apa?!” “Sudah ah, aku mau tidur dulu,” kata Ming Yue sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang, tampak tak peduli dengan kegelisahan yang ditimbulkannya. “Tunggu, itu ranjangku!” protes Jing Wu. “Sekarang sudah jadi ranjang

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 44 Pernikahan Ming Yue

    Jing Wu duduk di sebuah kursi kayu di dalam kamar Ming Yue, sementara Ming Yue duduk di tepi ranjangnya. Lampu minyak di atas meja kecil menerangi ruangan dengan cahaya temaram. Wajah Ming Yue tampak cerah saat mendengarkan kisah perjalanan Jing Wu yang telah berkelana bersama para Pertapa Shan."Jadi, kau benar-benar hidup bersama mereka di pegunungan?" tanya Ming Yue dengan mata berbinar. "Aku selalu penasaran seperti apa kehidupan mereka."Jing Wu tersenyum. "Ya, kehidupan di sana tenang, tapi tidak mudah. Setiap hari ada latihan, dan banyak peraturan yang harus ditaati. Namun, aku belajar banyak hal, termasuk teknik bertarung dan cara memahami dunia dengan lebih luas.""Lalu bagaimana dengan turnamen di Perguruan Teratai Putih? Aku mendengar berita tentang itu, tapi kedua kakakku tidak ada yang tertarik mengikutinya," ujar Ming Yue sambil menghela napas.Jing Wu mengangguk. "Turnamen itu cukup sengit. Banyak pendekar hebat yang datang dari berbagai perguruan. Aku bahkan hampir tid

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 43 Kota Qiangyan

    Jing Wu dan Yang Zhao berdiri di sudut perguruan Teratai Putih. Malam sudah larut, hanya cahaya lentera yang menggantung di beberapa sudut yang menerangi halaman luas perguruan. Jing Wu menatap tajam ke arah Yang Zhao. Ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, dan ia tak ingin menunda lebih lama."Paman," ucapnya dengan suara dalam. "Aku ingin bertanya sesuatu. Sebenarnya, apa yang terjadi pada mendiang ayahku dahulu?"Yang Zhao terdiam. Ia menatap wajah pemuda itu, mengingat sosok sahabat lamanya dalam dirinya. Napasnya terasa berat saat ia harus membuka luka lama yang selama ini berusaha ia kubur."Kenapa kau ingin tahu?" tanyanya pelan."Aku selalu mendengar bisik-bisik tentang ayahku, tetapi tak seorang pun mau bercerita dengan jelas. Aku ingin tahu yang sebenarnya."Yang Zhao menarik napas panjang. "Baiklah, jika kau ingin mendengar kenyataan, aku akan mengatakannya." Matanya menerawang ke masa lalu. "Jing Huei, ayahmu, dan aku dahulu adalah sahabat. Kami bertemu ketika aku bela

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 42 Jing Wu VS Yang Zi

    "Astaga! Tuan Zheng Shen!" seru seorang tabib. Salah satu murid perempuan bahkan menutup mulutnya, ngeri melihat banyaknya darah yang dimuntahkan. Namun Jing Wu tetap tidak melepaskan tangannya. Ia menggertakkan giginya, menahan sakit yang mulai terasa di tubuhnya sendiri. "Aku belum selesai!" serunya. Liang Fu hendak menghentikannya, tapi tatapan Jing Wu yang penuh tekad membuatnya mengurungkan niat. Perlahan, Jing Wu menyalurkan lebih banyak tenaga dalamnya. Cahaya biru di tangannya semakin terang, berdenyut seperti api yang menyala-nyala. Zheng Shen kembali mengerang, tapi kali ini, urat-urat hitam di lehernya mulai memudar. Racun yang tadinya menyebar di sekujur tubuhnya perlahan surut. Namun, di sisi lain, tubuh Jing Wu mulai bergetar. Keringat bercucuran di dahinya, dan napasnya mulai berat. "Jing Wu!" panggil Liang Fu, khawatir. "Kau harus berhenti! Jika tidak, kau sendiri bisa mati!" Jing Wu terdiam beberapa saat. Ia tahu batasannya, tapi jika ia berhenti sek

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 41 Seribu Wajah dan Racun Pembunuh

    Di sisi lain, masih di arena turnamen. "Mei Ying... sebaiknya kamu menyerah saja?" suara Zheng Shen parau. Mei Ying menyeringai, matanya berkilat penuh kebencian. "Menyerah? Aku sudah menunggu momen ini bertahun-tahun, Zheng Shen. Hari ini, kau akan mati di tanganku!" Tiba-tiba, kepala Mei Ying bergerak seperti ular, mulutnya terbuka lebar, memperlihatkan taring yang beracun. Dalam sekejap, ia menerkam leher Zheng Shen dan menggigitnya dengan kecepatan mengerikan. "Aaaargh!" Zheng Shen menjerit kesakitan. Liang Fu, yang berdiri tak jauh, segera membaca mantra. Dari lantai arena, dahan pohon yang kuat mencuat ke atas, menembus lantai beton dengan kekuatan besar. Dahan itu menyambar kepala Mei Ying dan mendorongnya menjauh. Kepala Mei Ying yang semula menjulur seperti ular kembali ke posisi semula dengan cepat, seakan-akan ditarik oleh kekuatan tak kasatmata. Zheng Shen terengah-engah, tangannya masih menekan luka di lehernya. Wajahnya pucat pasi karena racun mulai menyebar d

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 40 Api Hitam yang Membakar Langit

    Bab X: Rahasia yang Terungkap Mei Ying mempererat lilitan kain di lengan Zheng Shen dengan tenaga dalamnya, membuat pria itu merasakan tekanan luar biasa di lengannya. Wajah Zheng Shen sedikit menegang, tetapi alih-alih panik, ia justru tersenyum tipis. Dengan tangan kirinya yang bebas, ia membentuk api berbentuk pisau dan menebaskannya ke arah kain yang melilitnya. Api itu membakar dan memutus kain dalam sekejap, membebaskan lengannya dari cengkeraman Mei Ying. Mei Ying terkekeh. Namun, suara tawa itu terdengar aneh—berlapis, seperti suara seorang pria yang berbicara melalui tubuh seorang wanita. "Benar-benar hebat," ujar Mei Ying, suaranya berubah lebih berat dan garang. "Tidak heran kau menjadi ketua Perguruan Teratai Putih." Zheng Shen mendecih, matanya menyipit penuh kecurigaan. "Jadi kau ternyata pria, dasar keparat!" Seketika, dari kegelapan muncul Zhang Zui, seorang pendekar kejam yang dikenal karena kebrutalannya. Ia memandang Zheng Shen dan berkata dengan nada san

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 39 Kegelapan di Tengah Turnamen

    Turnamen pendekar yang berlangsung di perguruan Teratai Putih mencapai puncaknya. Para pendekar terbaik dari berbagai aliran telah menunjukkan kemampuan mereka, dan suasana semakin memanas. Namun, sesuatu yang aneh mulai terjadi. Shu Zuu yang duduk di bangku penonton menoleh ke arah seorang wanita bercadar rumbai yang sejak tadi duduk dengan tenang di antara penonton. Tapi kini, sosok itu telah lenyap. “Di mana Mei Ying?” tanya Shu Zuu, suaranya penuh kewaspadaan. Yang Zhao yang berada di sampingnya ikut menoleh. Benar saja, kursi yang sebelumnya diduduki Mei Ying kini kosong. Namun sebelum mereka bisa mencerna apa yang sedang terjadi, tiba-tiba pandangan Yang Zhao mulai berputar-putar. Kepalanya terasa berat, dan seolah-olah seluruh dunia berputar dalam pusaran yang tak terlihat. “Argh…!” Yang Zhao tersungkur ke tanah. Shu Zuu segera menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Ia merasakan hawa aneh yang menyebar di sekelilingnya, seperti kabut tipis yang tak terlihat. Lalu, ta

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 38 Bayang-Bayang Masa Lalu

    Jing Wu berlari secepat mungkin menuju ruang perawatan di perguruan Teratai Putih. Napasnya tersengal, dadanya naik turun, dan keringat mulai mengalir di pelipisnya. Ia baru saja mendengar kabar bahwa Dong Hai terluka parah dalam pertandingan sebelumnya. Saat tiba di ruangan itu, matanya langsung tertuju pada sosok Dong Hai yang terbaring lemah di atas dipan kayu. Wajahnya pucat, napasnya tersengal, dan tubuhnya tampak kehabisan tenaga. Di sisinya, Shu Zuu duduk bersimpuh dengan satu tangan menempel di dada Dong Hai, menyalurkan tenaga dalamnya dengan penuh konsentrasi. Cahaya lembut mengalir dari telapak tangannya, menyelimuti tubuh pemuda itu. Setelah beberapa saat, Shu Zuu menarik tangannya dan menghela napas panjang. Ia menyeka keringat di dahinya dengan lengan bajunya. “Bibi Zuu, apakah Dong Hai baik-baik saja?” tanya Jing Wu dengan nada penuh kekhawatiran. Shu Zuu menatapnya sejenak sebelum menjawab dengan raut wajah serius, “Kondisi Dong Hai benar-benar serius. Ia mengalami

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status