Home / Pendekar / Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis / Bab 23 Latihan Jurus Bersama Pertapa Shan

Share

Bab 23 Latihan Jurus Bersama Pertapa Shan

Author: J Shara
last update Last Updated: 2025-03-07 19:46:11

Malam telah larut, dan cahaya bulan menggantung di langit, menyinari desa kecil yang sunyi. Angin malam berhembus lembut, menggoyangkan daun-daun bambu di sekitar penginapan sederhana tempat Pertapa Shan dan muridnya, Jing Wu, menginap.

Di teras penginapan, seorang pria tua berjubah abu-abu duduk dengan tenang. Di hadapannya, sebuah meja kayu sederhana telah dipenuhi hidangan makan malam—dua piring nasi hangat, semangkuk sup sayur, dan ikan bakar yang masih mengepulkan asap.

Pertapa Shan melipat tangannya di dada sambil menatap makanan itu, namun pikirannya melayang ke muridnya. Jing Wu telah pergi sejak pagi untuk berlatih di kaki gunung, dan hingga kini, pemuda itu belum juga kembali.

"Anak itu terlalu bersemangat," gumamnya pelan.

Ia menatap bulan yang bersinar terang di langit. Sejak pertama kali bertemu Jing Wu, ia sudah melihat potensi luar biasa dalam diri pemuda itu. Namun, bakat saja tidak cukup. Ia butuh disiplin, pengendalian diri, dan pemahaman mendalam akan kekuat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 24 Gerbang Kota Nanjing

    Hutan lebat yang mereka lewati akhirnya menipis, dan di kejauhan, tembok megah Kota Nanjing mulai terlihat. Gerbang selatan berdiri kokoh, dijaga oleh beberapa prajurit bersenjata tombak dan mengenakan baju besi ringan. Pertapa Shan melangkahkan kakinya melewati batas hutan, lalu menyadari sesuatu. Ia menoleh ke samping. "Jing Wu?" Tidak ada sahutan. Ia berbalik, dan di sana, beberapa langkah di belakangnya, Jing Wu tengah sibuk memilih jajanan di salah satu pedagang kaki lima. Pemuda itu tampak senang memegang beberapa tusuk sate panggang, sementara tangan lainnya menggenggam bakpao hangat. Pertapa Shan menghela napas, lalu mendekati muridnya. "Apa yang kau lakukan?" "Belanja makanan." Jing Wu menggigit salah satu sate dengan puas. "Tadi malam kita hanya makan ikan bakar yang kau panggang, itu pun gosong." Shan mendengus. "Jangan banyak alasan. Ayo, kita harus segera ke pusat kota." Mereka pun berjalan beriringan menuju pusat kota sambil menikmati makanan yang Jing Wu

    Last Updated : 2025-03-08
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 25 Munculnya Sang Legenda

    Istana Selatan milik Kaisar Naga dipenuhi cahaya lentera yang berpendar lembut, menerangi halaman luas tempat para pendekar berkumpul untuk menghadiri pertemuan dewan. Jing Wu berdiri di antara mereka, tangan bersedekap, memperhatikan suasana dengan tatapan tajam. Tiba-tiba, suara seorang gadis memanggil namanya. "Jing Wu!" Jing Wu menoleh, begitu pula pendekar lain di sekelilingnya. Dari kejauhan, seorang gadis berlari ke arahnya. Gaun hijau kebiruan yang dikenakannya berkibar tertiup angin malam, rambut panjangnya bergerak seirama dengan langkah cepatnya. Ming Yue. Jing Wu mengangkat alis, jelas terkejut. Ia tak menyangka putri bungsu keluarga Ming itu juga berada di Istana Selatan. "Ming Yue? Kau ke sini juga?" tanyanya heran. Ming Yue mendengus kecil sambil berhenti tepat di hadapan Jing Wu. "Tentu saja. Kau pikir cuma kau yang ingin ikut pertemuan dewan ini?" Jing Wu menyeringai. "Bilang saja kalau kau kangen." Ming Yue melotot padanya. "Siapa yang kangen padamu

    Last Updated : 2025-03-09
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 26 Pergi dalam Angin

    Ming Yuan maju satu langkah, ekspresinya penuh kecurigaan. "Kenapa orang sepertimu ada di sini?" Pertapa Shan menepuk bahu Jing Wu yang masih tak sadarkan diri dengan santai, lalu menatap Ming Yuan dengan senyum miring. "Oh? Aku datang karena bocah ini, tentu saja." Ming Yue yang sejak tadi cemas akhirnya memberanikan diri berbicara. "Pertapa Shan… apakah kau… mengenal Jing Wu?" Pertapa Shan terkekeh pelan, suaranya serak namun dalam. "Tentu saja. Aku ini gurunya." Guruh bergema di langit. Seakan alam pun terkejut mendengar pengakuan itu. Para pendekar kembali gempar. Bagaimana mungkin? Jing Wu… murid dari Pertapa Shan? Ming Yuan langsung meradang. "Jangan bercanda! Tidak mungkin kau, pendekar terkuat di zamannya, mau mengajari bocah dari Lembah Iblis itu!" Mata Pertapa Shan menyipit, seolah menilai Ming Yuan dari ujung kepala hingga kaki. "Lembah Iblis? Hmph… Kau pikir aku peduli asal-usul seseorang? Aku hanya mengajari mereka yang menurutku berbakat." Ming Yuan men

    Last Updated : 2025-03-10
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 27 Liontin di Bawah Cahaya Bulan

    Malam mulai menyelimuti kota Nanjing, angin berembus lirih, menggoyangkan dahan-dahan pohon yang meranggas. Di sebuah tempat sunyi di pinggiran kota, dua sosok berdiri berhadapan dalam remang-remang cahaya lentera. "Pertapa Shan, lama tak berjumpa," kata Yang Zhao dengan suara tenang namun tegas. Matanya yang tajam menatap pria tua berjanggut putih di hadapannya. Pertapa Shan mengangguk kecil. "Yang Zhao, kau tampak baik-baik saja. Apa yang membawamu ke tempat ini?" Yang Zhao tak langsung menjawab. Ia menyilangkan tangannya, lalu bertanya, "Bagaimana kabar Jing Wu?" "Dia baik-baik saja," jawab Pertapa Shan sambil tersenyum tipis. Yang Zhao menghela napas lega, lalu setelah jeda sejenak, ia bertanya lagi, "Apakah benar selama ia hilang, ia berada di Lembah Sepuluh Iblis?" Pertapa Shan mengusap janggutnya. "Sepertinya begitu… Tapi Jing Wu tidak pernah bercerita secara rinci. Dan aku pun tak ingin terlalu banyak tahu." Mata Yang Zhao menajam. "Itu tempat yang berbahaya. Par

    Last Updated : 2025-03-10
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 28 Perpisahan di Bawah Cahaya Bulan

    Jing Wu duduk termenung di ranjangnya, menatap pakaian biru tua dengan corak naga kecil yang baru saja diletakkan oleh Pertapa Shan. Jemarinya menyentuh kain itu perlahan, merasakan tekstur lembutnya. Hatinya terasa berat. Ia telah kehilangan lima pendekar iblis yang sudah seperti saudara, dan kini ia harus berpisah dengan sosok yang telah menjadi seperti kakeknya sendiri. Suara angin berdesir pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela kayu. Lampu minyak di pojok ruangan bergoyang kecil, menari bersama bayangan Jing Wu yang terpahat di dinding. Tok tok tok. "Masih belum tidur?" Suara berat dan akrab itu terdengar dari balik pintu. Jing Wu menghela napas, lalu bangkit perlahan. Ia membuka pintu dan mendapati Pertapa Shan berdiri di sana, membawa satu kendi arak di tangannya. Lelaki tua itu melangkah masuk tanpa diundang, duduk di kursi kecil dekat meja kayu. Jing Wu tidak berkata apa-apa, hanya kembali duduk di ranjangnya. Matanya tertunduk, menatap lantai tanah ya

    Last Updated : 2025-03-11
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 29 Undangan yang Tak Terduga

    Di sebuah rumah sederhana di kaki gunung, Yang Zhao tengah menikmati sore dengan secangkir teh hangat. Udara sejuk berhembus lembut, membawa aroma dedaunan yang mulai gugur. Shu Zuu, istrinya, tengah merapikan taman belakang, sementara putra mereka, Yang Zi, berlatih sendirian dengan pedang kayunya. Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat dengan cepat. Tak lama kemudian, seorang pria berjubah putih dengan lambang teratai biru di dadanya muncul di depan gerbang rumah. Ia membungkuk hormat. "Yang Zhao, pendekar besar dari aliran Langit Hijau, aku membawa pesan dari Tuan Zheng Shen." Yang Zhao meletakkan cangkir tehnya perlahan, matanya meneliti pria itu dengan tatapan tenang. "Silakan masuk," katanya akhirnya. Pria itu melangkah masuk dan menyerahkan sebuah gulungan sutra. Yang Zhao membuka gulungan itu dan membacanya dengan saksama. "Turnamen untuk memperingati ulang tahun istri muda Zheng Shen?" gumamnya. Pria itu mengangguk. "Betul. Turnamen ini akan mempertemukan para p

    Last Updated : 2025-03-12
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 30 Firasat Buruk Wanita

    Tuan Zheng Shen duduk dengan tenang di singgasananya yang megah. Aula utama Perguruan Teratai Putih dipenuhi keharuman dupa yang samar, sementara lentera-lentera merah berpendar lembut di sekeliling ruangan. Ia menatap lurus ke depan, menunggu kabar dari Liang Fu, orang kepercayaannya yang bertanggung jawab atas turnamen. Langkah kaki terdengar mendekat. Liang Fu, pria bertubuh tegap dengan janggut pendek rapi, berjalan dengan sikap hormat, kemudian membungkuk di hadapan Zheng Shen. "Bagaimana persiapan turnamen? Apakah sudah banyak pendekar hebat yang mendaftar?" tanya Zheng Shen, matanya menyipit penuh minat. Liang Fu mengangguk. "Benar, Tuan. Jumlah pendaftar jauh lebih banyak dari yang kita duga. Beberapa nama besar dari dunia persilatan juga telah muncul. Sepertinya kita harus melakukan tahap awal seleksi agar hanya yang terbaik yang bertanding dalam babak utama." Zheng Shen mengetuk pegangan kursinya dengan jemari. "Hm… masuk akal. Aku serahkan semuanya padamu. Pastikan

    Last Updated : 2025-03-13
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 31 Bayang di Balik Kabut

    Malam menggantung kelam di atas kediaman Teratai Putih. Lentera-lentera di sepanjang jalan setapak berkelip redup, seolah ingin padam diterpa angin malam. Seorang wanita berselubung jubah hitam melangkah pelan melewati halaman, memastikan setiap gerakannya tak menarik perhatian. Cadar rumbai yang menutupi sebagian wajahnya berkibar tipis saat ia menyelinap keluar dari kediaman suaminya. Matanya yang tajam memeriksa sekeliling. Tidak ada tanda-tanda seseorang mengawasinya. Ia menarik napas dalam, lalu melangkah lebih cepat, meninggalkan gerbang besar perguruan Teratai Putih dan memasuki kota yang sudah sepi. Di sebuah lapangan kecil yang tersembunyi di antara bangunan-bangunan tua, dua sosok sudah menunggunya. Yang pertama adalah pria bertubuh besar dengan wajah garang dan sebuah golok besar tersarung di punggungnya. Yang kedua lebih ramping dan berpenampilan rapi. Pakaiannya berwarna biru tua, dihiasi sulaman perak di tepiannya. Di jidat kanannya, sebuah tato ular kecil tampak s

    Last Updated : 2025-03-14

Latest chapter

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 46 Misteri Jasad Jing Huei

    Keluar kalian! Kedua orang berjubah hitam muncul di depan Jing Wu dan Ming Yue. Ming Yue terkejut karena ia tak pernah melihat kedua pendekar itu sebelumnya. Salah satunya memiliki kulit pucat dan tampak tak bersemangat, sementara yang satunya lagi memegang kipas kertas di tangannya. Jing Wu tampak serius, terutama karena Ming Yue berada di sampingnya dan harus ia lindungi. "Siapa kalian?" tanya Jing Wu lantang. Pria yang memegang kipas itu terkekeh. "Julukanku adalah Kipas Kematian, dan temanku ini disebut Si Mayat Hidup." Jing Wu mengernyit. Jubah yang mereka kenakan tampak familiar. Sama dengan yang dikenakan oleh Zhang Zui dan Bataar saat pertama kali ia bertemu mereka. Apakah mereka berasal dari organisasi yang sama? Tiba-tiba, Kipas Kematian mengayunkan kipasnya ke arah Jing Wu, dan seketika hembusan angin yang sangat kuat menyerang Jing Wu dan Ming Yue. Beruntung, Jing Wu gesit. Ia segera melindungi Ming Yue dan menciptakan perisai angin yang lebih kuat. "Huh, ternyata go

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 45 Pertemuan Tak Terduga

    Ming Yue!” teriak Jing Wu begitu melihat gadis itu duduk di ranjangnya, mengayun-ayunkan kakinya dengan santai. “Kenapa kau ada di sini?!” Ming Yue menatapnya dengan senyum penuh arti. “Ya... kenapa ya...?” sahutnya dengan nada menggoda. Jing Wu mengerutkan kening, masih belum percaya dengan pemandangan di depannya. “Kemarin bukannya seharusnya kau menikah? Lalu kenapa kau malah ada di sini?!” Wajah Ming Yue seketika cemberut. “Siapa juga yang mau menikah?” jawabnya kesal. “Tapi... bagaimana dengan calon suamimu itu? Kau meninggalkannya saat upacara pernikahan kalian. Dia pasti kecewa,” lanjut Jing Wu dengan nada lebih pelan. Ming Yue mengebaskan tangannya seolah mengusir masalah itu jauh-jauh. “Ah! Siapa yang peduli?” Jing Wu menghela napas panjang. “Apa?!” “Sudah ah, aku mau tidur dulu,” kata Ming Yue sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang, tampak tak peduli dengan kegelisahan yang ditimbulkannya. “Tunggu, itu ranjangku!” protes Jing Wu. “Sekarang sudah jadi ranjang

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 44 Pernikahan Ming Yue

    Jing Wu duduk di sebuah kursi kayu di dalam kamar Ming Yue, sementara Ming Yue duduk di tepi ranjangnya. Lampu minyak di atas meja kecil menerangi ruangan dengan cahaya temaram. Wajah Ming Yue tampak cerah saat mendengarkan kisah perjalanan Jing Wu yang telah berkelana bersama para Pertapa Shan."Jadi, kau benar-benar hidup bersama mereka di pegunungan?" tanya Ming Yue dengan mata berbinar. "Aku selalu penasaran seperti apa kehidupan mereka."Jing Wu tersenyum. "Ya, kehidupan di sana tenang, tapi tidak mudah. Setiap hari ada latihan, dan banyak peraturan yang harus ditaati. Namun, aku belajar banyak hal, termasuk teknik bertarung dan cara memahami dunia dengan lebih luas.""Lalu bagaimana dengan turnamen di Perguruan Teratai Putih? Aku mendengar berita tentang itu, tapi kedua kakakku tidak ada yang tertarik mengikutinya," ujar Ming Yue sambil menghela napas.Jing Wu mengangguk. "Turnamen itu cukup sengit. Banyak pendekar hebat yang datang dari berbagai perguruan. Aku bahkan hampir tid

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 43 Kota Qiangyan

    Jing Wu dan Yang Zhao berdiri di sudut perguruan Teratai Putih. Malam sudah larut, hanya cahaya lentera yang menggantung di beberapa sudut yang menerangi halaman luas perguruan. Jing Wu menatap tajam ke arah Yang Zhao. Ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, dan ia tak ingin menunda lebih lama."Paman," ucapnya dengan suara dalam. "Aku ingin bertanya sesuatu. Sebenarnya, apa yang terjadi pada mendiang ayahku dahulu?"Yang Zhao terdiam. Ia menatap wajah pemuda itu, mengingat sosok sahabat lamanya dalam dirinya. Napasnya terasa berat saat ia harus membuka luka lama yang selama ini berusaha ia kubur."Kenapa kau ingin tahu?" tanyanya pelan."Aku selalu mendengar bisik-bisik tentang ayahku, tetapi tak seorang pun mau bercerita dengan jelas. Aku ingin tahu yang sebenarnya."Yang Zhao menarik napas panjang. "Baiklah, jika kau ingin mendengar kenyataan, aku akan mengatakannya." Matanya menerawang ke masa lalu. "Jing Huei, ayahmu, dan aku dahulu adalah sahabat. Kami bertemu ketika aku bela

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 42 Jing Wu VS Yang Zi

    "Astaga! Tuan Zheng Shen!" seru seorang tabib. Salah satu murid perempuan bahkan menutup mulutnya, ngeri melihat banyaknya darah yang dimuntahkan. Namun Jing Wu tetap tidak melepaskan tangannya. Ia menggertakkan giginya, menahan sakit yang mulai terasa di tubuhnya sendiri. "Aku belum selesai!" serunya. Liang Fu hendak menghentikannya, tapi tatapan Jing Wu yang penuh tekad membuatnya mengurungkan niat. Perlahan, Jing Wu menyalurkan lebih banyak tenaga dalamnya. Cahaya biru di tangannya semakin terang, berdenyut seperti api yang menyala-nyala. Zheng Shen kembali mengerang, tapi kali ini, urat-urat hitam di lehernya mulai memudar. Racun yang tadinya menyebar di sekujur tubuhnya perlahan surut. Namun, di sisi lain, tubuh Jing Wu mulai bergetar. Keringat bercucuran di dahinya, dan napasnya mulai berat. "Jing Wu!" panggil Liang Fu, khawatir. "Kau harus berhenti! Jika tidak, kau sendiri bisa mati!" Jing Wu terdiam beberapa saat. Ia tahu batasannya, tapi jika ia berhenti sek

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 41 Seribu Wajah dan Racun Pembunuh

    Di sisi lain, masih di arena turnamen. "Mei Ying... sebaiknya kamu menyerah saja?" suara Zheng Shen parau. Mei Ying menyeringai, matanya berkilat penuh kebencian. "Menyerah? Aku sudah menunggu momen ini bertahun-tahun, Zheng Shen. Hari ini, kau akan mati di tanganku!" Tiba-tiba, kepala Mei Ying bergerak seperti ular, mulutnya terbuka lebar, memperlihatkan taring yang beracun. Dalam sekejap, ia menerkam leher Zheng Shen dan menggigitnya dengan kecepatan mengerikan. "Aaaargh!" Zheng Shen menjerit kesakitan. Liang Fu, yang berdiri tak jauh, segera membaca mantra. Dari lantai arena, dahan pohon yang kuat mencuat ke atas, menembus lantai beton dengan kekuatan besar. Dahan itu menyambar kepala Mei Ying dan mendorongnya menjauh. Kepala Mei Ying yang semula menjulur seperti ular kembali ke posisi semula dengan cepat, seakan-akan ditarik oleh kekuatan tak kasatmata. Zheng Shen terengah-engah, tangannya masih menekan luka di lehernya. Wajahnya pucat pasi karena racun mulai menyebar d

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 40 Api Hitam yang Membakar Langit

    Bab X: Rahasia yang Terungkap Mei Ying mempererat lilitan kain di lengan Zheng Shen dengan tenaga dalamnya, membuat pria itu merasakan tekanan luar biasa di lengannya. Wajah Zheng Shen sedikit menegang, tetapi alih-alih panik, ia justru tersenyum tipis. Dengan tangan kirinya yang bebas, ia membentuk api berbentuk pisau dan menebaskannya ke arah kain yang melilitnya. Api itu membakar dan memutus kain dalam sekejap, membebaskan lengannya dari cengkeraman Mei Ying. Mei Ying terkekeh. Namun, suara tawa itu terdengar aneh—berlapis, seperti suara seorang pria yang berbicara melalui tubuh seorang wanita. "Benar-benar hebat," ujar Mei Ying, suaranya berubah lebih berat dan garang. "Tidak heran kau menjadi ketua Perguruan Teratai Putih." Zheng Shen mendecih, matanya menyipit penuh kecurigaan. "Jadi kau ternyata pria, dasar keparat!" Seketika, dari kegelapan muncul Zhang Zui, seorang pendekar kejam yang dikenal karena kebrutalannya. Ia memandang Zheng Shen dan berkata dengan nada san

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 39 Kegelapan di Tengah Turnamen

    Turnamen pendekar yang berlangsung di perguruan Teratai Putih mencapai puncaknya. Para pendekar terbaik dari berbagai aliran telah menunjukkan kemampuan mereka, dan suasana semakin memanas. Namun, sesuatu yang aneh mulai terjadi. Shu Zuu yang duduk di bangku penonton menoleh ke arah seorang wanita bercadar rumbai yang sejak tadi duduk dengan tenang di antara penonton. Tapi kini, sosok itu telah lenyap. “Di mana Mei Ying?” tanya Shu Zuu, suaranya penuh kewaspadaan. Yang Zhao yang berada di sampingnya ikut menoleh. Benar saja, kursi yang sebelumnya diduduki Mei Ying kini kosong. Namun sebelum mereka bisa mencerna apa yang sedang terjadi, tiba-tiba pandangan Yang Zhao mulai berputar-putar. Kepalanya terasa berat, dan seolah-olah seluruh dunia berputar dalam pusaran yang tak terlihat. “Argh…!” Yang Zhao tersungkur ke tanah. Shu Zuu segera menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Ia merasakan hawa aneh yang menyebar di sekelilingnya, seperti kabut tipis yang tak terlihat. Lalu, ta

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 38 Bayang-Bayang Masa Lalu

    Jing Wu berlari secepat mungkin menuju ruang perawatan di perguruan Teratai Putih. Napasnya tersengal, dadanya naik turun, dan keringat mulai mengalir di pelipisnya. Ia baru saja mendengar kabar bahwa Dong Hai terluka parah dalam pertandingan sebelumnya. Saat tiba di ruangan itu, matanya langsung tertuju pada sosok Dong Hai yang terbaring lemah di atas dipan kayu. Wajahnya pucat, napasnya tersengal, dan tubuhnya tampak kehabisan tenaga. Di sisinya, Shu Zuu duduk bersimpuh dengan satu tangan menempel di dada Dong Hai, menyalurkan tenaga dalamnya dengan penuh konsentrasi. Cahaya lembut mengalir dari telapak tangannya, menyelimuti tubuh pemuda itu. Setelah beberapa saat, Shu Zuu menarik tangannya dan menghela napas panjang. Ia menyeka keringat di dahinya dengan lengan bajunya. “Bibi Zuu, apakah Dong Hai baik-baik saja?” tanya Jing Wu dengan nada penuh kekhawatiran. Shu Zuu menatapnya sejenak sebelum menjawab dengan raut wajah serius, “Kondisi Dong Hai benar-benar serius. Ia mengalami

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status