All Chapters of Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis: Chapter 31 - Chapter 40

46 Chapters

Bab 31 Bayang di Balik Kabut

Malam menggantung kelam di atas kediaman Teratai Putih. Lentera-lentera di sepanjang jalan setapak berkelip redup, seolah ingin padam diterpa angin malam. Seorang wanita berselubung jubah hitam melangkah pelan melewati halaman, memastikan setiap gerakannya tak menarik perhatian. Cadar rumbai yang menutupi sebagian wajahnya berkibar tipis saat ia menyelinap keluar dari kediaman suaminya. Matanya yang tajam memeriksa sekeliling. Tidak ada tanda-tanda seseorang mengawasinya. Ia menarik napas dalam, lalu melangkah lebih cepat, meninggalkan gerbang besar perguruan Teratai Putih dan memasuki kota yang sudah sepi. Di sebuah lapangan kecil yang tersembunyi di antara bangunan-bangunan tua, dua sosok sudah menunggunya. Yang pertama adalah pria bertubuh besar dengan wajah garang dan sebuah golok besar tersarung di punggungnya. Yang kedua lebih ramping dan berpenampilan rapi. Pakaiannya berwarna biru tua, dihiasi sulaman perak di tepiannya. Di jidat kanannya, sebuah tato ular kecil tampak s
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 32 Kekhawatiran Shu Zuu

Malam telah larut ketika Yang Zi dan Dong Hai tiba di penginapan yang disediakan oleh Perguruan Teratai Putih. Tempat itu sederhana namun cukup nyaman, dengan beberapa ruangan untuk para peserta yang lolos ke babak selanjutnya. Langit di luar gelap, hanya diterangi cahaya rembulan yang mengintip di sela-sela awan tipis. Begitu memasuki kamar, mata Yang Zi langsung berbinar saat melihat sosok ibunya, Shu Zuu, tengah duduk di dekat meja dengan sebuah cangkir teh di tangannya. Ia tampak tenang, namun sorot matanya langsung beralih penuh perhatian begitu melihat putranya datang. "Ibu! Aku berhasil!" Yang Zi langsung berseru, dan duduk di samping ibunya. Shu Zuu menoleh, ekspresi wajahnya berubah lembut. "Oh? Kau lolos ke babak selanjutnya?" "Ya! Bukan hanya aku, Dong Hai juga!" Yang Zi menepuk bahu Dong Hai dengan bangga. "Kami akan bertarung lagi minggu depan!" Shu Zuu tersenyum, matanya berbinar bangga. "Kalian berdua memang hebat! Ibu tahu kalian pasti bisa melakukannya." Dong Ha
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Bab 33 Bayangan Malam di Perguruan Teratai Putih

Malam semakin larut di penginapan perguruan Teratai Putih. Sepuluh pendekar yang lolos seleksi awal kini tengah beristirahat di kamar masing-masing, menanti pertandingan esok hari. Jing Wu berbagi kamar dengan seorang pendekar dari Teratai Putih bernama Hoo. Hoo adalah seorang pemuda berperawakan sedang, dengan mata jernih dan senyum tulus. Dari perawakannya, Jing Wu bisa menebak bahwa pemuda ini lebih mengandalkan kelincahan daripada kekuatan dalam bertarung. Saat mereka berdua berbaring di atas tikar masing-masing, Hoo menoleh ke Jing Wu dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. "Jing Wu, aku penasaran... kau berasal dari perguruan mana?" tanyanya polos. Jing Wu terdiam sejenak. Ia tahu ia tidak bisa menyebutkan asalnya dengan mudah. Maka ia memilih untuk menjawab dengan setengah kebenaran. "Aku belajar dari seorang pertapa yang menemaniku mengembara," jawabnya santai. Hoo mengangkat alisnya. "Pertapa? Wah, hidupmu pasti penuh petualangan! Selama ini aku hanya berada di dalam perg
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 34 Kejutan di Arena

Sorak-sorai menggema di arena saat tubuh Tangan Baja menghantam dinding. Debu dan pecahan batu berjatuhan, menambah kesan dramatis pada pertarungan yang baru saja terjadi. Jing Wu berdiri tegak di tengah arena, napasnya sedikit memburu, tetapi matanya tetap tajam, penuh kewaspadaan. Di bangku para juri, Mei Ying menyeringai, matanya berbinar penuh ketertarikan. "Anak itu tidak hanya cepat, tapi juga cerdik," gumamnya. Sebaliknya, Shu Zuu tampak cemas. Tangannya mencengkeram erat lengan kursinya. "Si Tangan Baja lebih berbahaya," katanya lirih. "Jing Wu harus berhati-hati. Lawannya masih bisa bangkit." Tuan rumah turnamen, Zheng Shen, mengalihkan pandangannya ke Liang Fu. "Siapa anak muda itu?" tanyanya dengan suara pelan, tetapi sarat akan rasa ingin tahu. Liang Fu tersenyum tipis. "Namanya Jing Wu. Dia tidak memiliki perguruan, tetapi berasal dari desa Huang." Zheng Shen mengernyit. Desa Huang? Ia pun menoleh ke arah Yang Zhao yang duduk tak jauh darinya. Ia tahu betul bahwa Yan
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 35 Kesadisan Yang Zi

Turnamen masih berlanjut. Sorak-sorai penonton menggema di sekitar arena, namun Jing Wu memilih keluar daripada ikut menonton. Ia bukan hendak menghindari keramaian, tetapi ada urusan yang lebih penting. Ia ingin melihat kondisi si Tangan Baja—lawan yang tadi berhasil ia tumbangkan dengan mudah. Saat berjalan menuju ruang perawatan, langkahnya tiba-tiba terhenti. Di depannya, seorang pendekar berdiri dengan postur tenang namun penuh keanehan. Rambutnya panjang, dengan ikat kepala hitam yang menutupi dahinya. Yang lebih mencolok adalah matanya—tajam, sipit, dan memiliki sorot seperti ular yang mengintai mangsanya. Pendekar itu tersenyum samar ke arah Jing Wu, seolah ingin mengajaknya berbicara. Namun, Jing Wu memilih tak merespons dan terus berjalan melewatinya. Namun, saat tubuh mereka berdekatan, Jing Wu merasakan sesuatu yang membuatnya merinding—tenaga dalam pendekar itu begitu dahsyat. Bulu kuduknya berdiri, nalurinya langsung waspada. Ia menoleh, ingin memastikan siapa orang
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Bab 36 Amarah yang Tertahan

Turnamen di perguruan Teratai Putih semakin memanas. Para pendekar dari berbagai penjuru berkumpul di arena, mata mereka menatap pertarungan yang berlangsung sengit. Namun, di tengah suasana penuh ketegangan itu, satu insiden yang tak terduga hampir terjadi. Yang Zi menatap Jing Wu dengan penuh kemarahan. Matanya yang tajam berkilat, napasnya memburu. Sejak awal, kehadiran Jing Wu di turnamen ini mengusiknya. Ada sesuatu dalam diri pemuda itu yang membuat darahnya mendidih, seolah menantangnya secara tidak langsung. “Kau seperti menantangku, Jing Wu,” suara Yang Zi menggema di antara para pendekar yang mulai memperhatikan. Jing Wu tetap diam, tetapi ekspresinya berubah. Ia memicingkan mata, memperhatikan gerak-gerik Yang Zi dengan kewaspadaan tinggi. “Kalau kau ingin menghentikanku, ayo kita bertarung!” Yang Zi mengangkat tangannya, bersiap mengeluarkan tenaga dalamnya. Orang-orang di sekitar mereka menahan napas. Semua tahu bahwa Yang Zi bukanlah pendekar sembarangan. Ia adalah
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

Bab 37 Sosok Misterius Zhang Zui

Turnamen pendekar masih berlangsung di halaman utama Perguruan Teratai Putih. Kali ini, perhatian para penonton tertuju pada pertarungan antara Dong Hai dan Zhang Zui, seorang pendekar bertubuh tinggi besar dengan golok besar tersampir di punggungnya. Di antara kerumunan, Jing Wu duduk dengan mata tajam, memperhatikan sosok Zhang Zui. Ada sesuatu yang mengusik ingatannya. Aku pernah melihat orang ini… pikirnya. Namun, kapan dan di mana, ia tak bisa mengingatnya dengan jelas. Di tengah arena, kedua pendekar saling memberi hormat. Dong Hai langsung mengambil kuda-kuda rendah, siap untuk menyerang kapan saja. Namun, Zhang Zui tetap diam. Ia berdiri tegak, tanpa ekspresi, tanpa sedikit pun tanda akan bergerak. Bukan hanya itu yang membuat Dong Hai ragu. Ada aura membunuh yang sangat jelas terpancar dari Zhang Zui. Sepasang matanya terlihat tenang, tetapi ada sesuatu yang gelap dan berbahaya di dalamnya. "Kenapa dia tidak bergerak?" pikir Dong Hai. Waktu seolah melambat. Penonton mula
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Bab 38 Bayang-Bayang Masa Lalu

Jing Wu berlari secepat mungkin menuju ruang perawatan di perguruan Teratai Putih. Napasnya tersengal, dadanya naik turun, dan keringat mulai mengalir di pelipisnya. Ia baru saja mendengar kabar bahwa Dong Hai terluka parah dalam pertandingan sebelumnya. Saat tiba di ruangan itu, matanya langsung tertuju pada sosok Dong Hai yang terbaring lemah di atas dipan kayu. Wajahnya pucat, napasnya tersengal, dan tubuhnya tampak kehabisan tenaga. Di sisinya, Shu Zuu duduk bersimpuh dengan satu tangan menempel di dada Dong Hai, menyalurkan tenaga dalamnya dengan penuh konsentrasi. Cahaya lembut mengalir dari telapak tangannya, menyelimuti tubuh pemuda itu. Setelah beberapa saat, Shu Zuu menarik tangannya dan menghela napas panjang. Ia menyeka keringat di dahinya dengan lengan bajunya. “Bibi Zuu, apakah Dong Hai baik-baik saja?” tanya Jing Wu dengan nada penuh kekhawatiran. Shu Zuu menatapnya sejenak sebelum menjawab dengan raut wajah serius, “Kondisi Dong Hai benar-benar serius. Ia mengalami
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

Bab 39 Kegelapan di Tengah Turnamen

Turnamen pendekar yang berlangsung di perguruan Teratai Putih mencapai puncaknya. Para pendekar terbaik dari berbagai aliran telah menunjukkan kemampuan mereka, dan suasana semakin memanas. Namun, sesuatu yang aneh mulai terjadi. Shu Zuu yang duduk di bangku penonton menoleh ke arah seorang wanita bercadar rumbai yang sejak tadi duduk dengan tenang di antara penonton. Tapi kini, sosok itu telah lenyap. “Di mana Mei Ying?” tanya Shu Zuu, suaranya penuh kewaspadaan. Yang Zhao yang berada di sampingnya ikut menoleh. Benar saja, kursi yang sebelumnya diduduki Mei Ying kini kosong. Namun sebelum mereka bisa mencerna apa yang sedang terjadi, tiba-tiba pandangan Yang Zhao mulai berputar-putar. Kepalanya terasa berat, dan seolah-olah seluruh dunia berputar dalam pusaran yang tak terlihat. “Argh…!” Yang Zhao tersungkur ke tanah. Shu Zuu segera menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Ia merasakan hawa aneh yang menyebar di sekelilingnya, seperti kabut tipis yang tak terlihat. Lalu, ta
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Bab 40 Api Hitam yang Membakar Langit

Bab X: Rahasia yang Terungkap Mei Ying mempererat lilitan kain di lengan Zheng Shen dengan tenaga dalamnya, membuat pria itu merasakan tekanan luar biasa di lengannya. Wajah Zheng Shen sedikit menegang, tetapi alih-alih panik, ia justru tersenyum tipis. Dengan tangan kirinya yang bebas, ia membentuk api berbentuk pisau dan menebaskannya ke arah kain yang melilitnya. Api itu membakar dan memutus kain dalam sekejap, membebaskan lengannya dari cengkeraman Mei Ying. Mei Ying terkekeh. Namun, suara tawa itu terdengar aneh—berlapis, seperti suara seorang pria yang berbicara melalui tubuh seorang wanita. "Benar-benar hebat," ujar Mei Ying, suaranya berubah lebih berat dan garang. "Tidak heran kau menjadi ketua Perguruan Teratai Putih." Zheng Shen mendecih, matanya menyipit penuh kecurigaan. "Jadi kau ternyata pria, dasar keparat!" Seketika, dari kegelapan muncul Zhang Zui, seorang pendekar kejam yang dikenal karena kebrutalannya. Ia memandang Zheng Shen dan berkata dengan nada san
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status