Seperti hari-hari biasanya, aku membantu ibu membuat sarapan di dapur. Meskipun Mas Juna masih marah, aku tetap melakukan kewajibanku melayani makannya. Namun, saat mencium bau bawang putih, perutku rasanya seperti diaduk-aduk. Aku berlari ke wastafel dan mengeluarkan cairan dari perut yang belum terisi apa-apa."Ya Allah, Nak. Kalau kamu gak kuat, jangan dipaksakan. Biar Ibu saja yang masak, kamu istirahat saja, ya. Itu pasti bawaan bayi." Ibu dengan lembut mengurut tengkukku agar sedikit lega."Iya, Bu. Maaf ya, perut Wulan mual banget," ucapku sambil menahan rasa tak enak."Iya, gak pa-pa kok. Kamu istirahat saja di kamar."Aku bergeming. Rasanya malas bertemu dengan Mas Juna yang jutek padaku."Istirahat saja di kamar Ibu yang lebih dekat dengan dapur, biar gak perlu naik tangga," ujar ibu seperti tahu kegelisahanku."Iya, Bu. Makasih banyak, ya. Maaf gak bisa bantu Ibu.""Iya, Sayang. Sama-sama."Setelah itu aku benar-benar masuk ke kamar Ibu dan berbaring di ranjang sampai tak t
Last Updated : 2025-02-21 Read more