Semua Bab Pelakor Itu Ternyata Bawahanku : Bab 31 - Bab 40

46 Bab

Bab 31

Di dalam ballroom, suasana tampak meriah. Para tamu menikmati hidangan dan dekorasi mewah yang menghiasi ruangan. Namun, semua mata tertuju padaku dan Adnan saat kami melangkah. Dadaku berdegup kencang seiring kaki ini melangkah. Keringat dingin mulai membasahi kening. Dapat kurasakan dinginnya telapak tanganku yang basah oleh keringat gerogi. Kalau begini terus, bagaimana aku bisa berbicara lancar nanti."Halo, Nak. Akhirnya kamu bersedia datang ke sini." Paman Bamantara menghampiriku."Eh, Paman. Apa kabar?" sapaku."Baik, dong. Seperti yang kamu lihat." Paman merentangkan tangannya, menunjukkan bahwa badannya tetap tegap, itu artinya dia sehat meskipun sudah tidak muda lagi.Kemudian aku dan paman ngobrol. Beberapa kolega ayah yang mengenalku juga turut menghampiri dan menyambutku dengan baik.Saat aku tertawa, tak sengaja mataku melihat Mas Juna dan Hanum yang memperhatikan aku dari jarak yang agak jauh. Mungkin mereka heran kenapa aku bisa mengenal para petinggi perusahaan ini.I
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 32

Aku menuruni panggung dengan tenang setelah memberikan pidato singkat tadi. Adnan mengiringiku hingga kembali ke tempat dudukku, lalu berbisik pelan, “Kamu pasti akan menghadapi banyak pertanyaan setelah ini. Tapi aku yakin kamu sudah siap, kan?” Aku mengangguk sambil tersenyum tipis. “Sudah waktunya, bukan?” Adnan mengangguk tipis, lalu duduk di tempatnya. Ponselku kembali bergetar. Dugaanku itu adalah Mas Juna yang mengirimkan pesan, dan ternyata tebakanku tak meleset. [Wulan.] [Ya, Mas ] kali ini aku langsung membalasnya [Kita perlu bicara sekarang] [Baiklah] Setelah itu aku sedikit menoleh ke belakang. Ekor mataku menangkap Mas Juna melangkah keluar ballroom. Ia meninggalkan Hanum yang masih terpaku di tempatnya. Aku pun mulai beranjak."Mau ke mana?" tanya Adnan."oh, aku mau ke toilet sebentar," jawabku terpaksa berbohong."ya, baiklah."Setelah itu aku benar-benar melangkah menuju balkon.Mas Juna sudah menungguku. Dengan stelan jas hitam senada dengan celana d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 33

Mataku terpejam, menahan geram dan keinginan untuk merobek mulutnya yang tak bertulang itu. Sekuat tenaga aku menetralkan emosi, karena jika aku terpancing, Hanum pasti akan merasa menang. Menarik napas panjang, aku kemudian menatapnya. "Siapa yang piala bergilir ya? Ah, aku jadi teringat cerita tentang seorang wanita yang rela melakukan segala cara, asalkan bisa naik jabatan dan dapat uang jajan setiap bulan. Termasuk menyerahkan kesuciannya." Satu tanganku terangkat memegang janggut seakan tengah berpikir. Sementara wajah Hanum terlihat berubah merah. "Apa maksudmu?!" sentaknya. "Gak ada. Udah, ah. Aku malas meladeni orang yang suka fitnah gak jelas." Setelah itu aku melangkah meninggalkannya begitu saja, kembali ke ballroom. Ketika aku masuk, tepuk tangan semakin meriah. Rupanya MC menyebutkan acara yang selanjutnya yaitu penghargaan khusus untuk karyawan. Sepertinya ini yang mereka tunggu-tunggu. MC mulai menyebutkan kategori apa saja yang akan mendapatkan penghargaan. Ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 34

Seketika mata Hanum terbelalak. Tentu saja dia tidak percaya dengan apa yang ia dengar, sebab aku hanya orang luar yang tiba-tiba masuk ke dalam perusahaan, dan dengan lancangnya mengatakan hal buruk tentangnya."Apa hakmu mengatakan itu semua? Hah!" pekik Hanum tak terima. Bola matanya masih nyalang menatapku yang berada tepat di depannya."Apa hakku? Kamu bertanya apa hakku?" ucapku seraya balik menatapnya dengan tatapan remeh."Jangan karena kamu menganggap bahwa kamu adalah pewaris perusahaan ini lantas bisa seenaknya bicara seperti itu padaku. Kamu tidak pernah datang ke kantor, lalu bagaimana bisa kamu seenaknya mengatakan aku tidak pantas menerima penghargaan ini. Memangnya, tahu apa kamu tentang perusahaan?!" sahutnya berapi-api."Saya memang tidak begitu paham dengan perusahaan dan seisinya, tetapi orang yang memberikan informasi ini bukan orang sembarangan.""Halah! Omong kosong. Bilang saja kamu iri sama saya karena saya lebih cerdas, cantik dan lebih segalanya dibanding ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 35

Kasak kusuk mulai terdengar dari mereka yang menyimak. Jika tidak tahu kebenarannya, memang cerita Hanum itu terdengar masuk akal. Aku bisa saja langsung menyangkal, tetapi aku masih ingin mendengar lebih dari itu."Jika tidak ada hubungan spesial di antara mereka, mana mungkin Bapak itu mau mengeluarkan uang yang jumlahnya mencapai puluhan juta untuk sekedar perawatan. Bahkan suaminya saja mungkin akan berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang sebanyak itu, apalagi kita tahu berapa gaji staf di sini. Dan, ya ... Setahu saya, Bu Wulan ini tidak bekerja apa-apa loh." Lagi, Hanum mengeluarkan amunisi untuk menyerangku."Jadi, sebenarnya apa maksudmu, Bu Hanum?" Seorang pria paruh baya yang kukenal sebagai petinggi perusahaan itu meminta inti dari apa yang dibicarakan Hanum sejak tadi."Jujur saja, saya ragu apakah Bu Wulan ini benar-benar pewaris perusahaan atau hanya sekedar pengakuan saja. Siapa tahu itu hanya akal-akalan Pak Adnan supaya bisa selalu dekat dengan wanita itu," sahut Ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 36

Hanum tampak terkejut. Ia terdiam sesaat, lalu menyipitkan matanya. "Pasti puluhan juta. Mungkin lebih."Aku mengangguk pelan. "Puluhan juta, ya? Dan menurutmu aku meminjam uang itu dari Paman Bamantara, atau mungkin dari Pak Adnan?"Dia mengangkat dagunya dengan sombong lalu tertawa sinis sambil mengedikkan bahunya. "Bisa saja itu diberikan secara cuma-cuma sebagai imbalan sesuatu yang memuaskan, seperti .... Di atas ranjang mungkin." Setelah mengatakan itu Hanum terkekeh kecil.Aku pun ikut terkekeh. "Begitukah menurutmu?" Kemudian aku beralih memandang wajah suamiku. "Kamu percaya dengan ucapannya, Mas?" Seulas senyum mengiringi pertanyaanku pada Mas Juna.Lelaki itu bergeming dengan sorot mata yang masih menatapku tanpa kedip."Baiklah. Kalau begitu, izinkan aku memperlihatkan sesuatu." Karena tak ada jawaban darinya, aku lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tasku.Membuka aplikasi pesan dan menampilkan satu bukti transfer yang langsung menarik perhatian semua orang. Dengan satu se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 37

"Soal itu biar saya yang akan menjelaskan." Adnan menyela, mengambil alih mikrofon yang ada di tanganku.Selanjutnya Adnan menjelaskan panjang lebar tentang siapa aku dan kenapa Adnan yang memimpin perusahaan ini. Juga tentang hubungan keluargaku dan keluarga Paman Bamantara. Dapat kulihat wajah Mas Juna terkejut saat mengetahui fakta yang sebenarnya. Tentang siapa aku, juga tentang kedekatanku dengan bosnya selama ini.Ah, aku jadi merasa bersalah padanya. Seharusnya aku jujur saja sedari awal agar semuanya tak seperti ini.Ya Allah, maafkan aku yang telah tidak jujur pada suamiku.***Akhirnya penghargaan khusus yang tadinya untuk Hanum beralih pada karyawan lain yang memang berkualitas. Dan acara pun kembali berjalan lancar.Sepanjang acara, pikiranku tak bisa fokus. Banyak hal yang memenuhi otakku. Tentang rumah tanggaku, ibu, terutama Mas Juna yang pasti semakin kecewa terhadapku.Hingga acara usai, aku masih sering melamun."Ayok kita pulang." Untuk kesekian kalinya Mas Juna me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 38

"Kamu kenapa, Jun? Kenapa kamu tidur masih menggunakan dasi?" tanya ibu. Nadanya terdengar bingung.Alih-alih menjawab pertanyaan ibu, Mas Juna justru berjalan gontai menaiki tangga tanpa mempedulikan aku dan ibu yang memperhatikannya.Ku pandangi punggung lelaki yang menjadi imamku dua bulan ini menyusuri tangga. Seperti ada yang menghimpit, seketika dadaku terasa sesak melihat sikapnya. Namun, sebisa mungkin aku terlihat biasa saja di depan ibu. Bukan karena aku merasa tidak bersalah, tetapi aku ingin pelan-pelan saja menjelaskan semuanya pada ibu. Semoga saja ibu mau mengerti dan tetap menyayangiku."Nduk," panggilan ibu yang lembut seketika membuatku teralihkan. "Mau sarapan dulu atau menunggu Juna?" lanjutnya.Bimbang. Aku tak tahu harus bagaimana. Ingin menyusul ke atas sebenarnya, tetapi ada keraguan dalam hati. Khawatir kembali mendapat penolakan."Lebih baik kita sarapan dulu. Kamu harus ingat janin yang ada di perut kamu, ya. Ayok Ibu temenin," ucap ibu seolah mengerti kerag
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 39

"Eummm ... Mungkin. Meskipun hati kecil Mas sebenarnya sangat percaya padamu. Hanya saja, Mas memang merasa aneh ketika ada seorang pria yang rela mengeluarkan uang banyak untukmu. Mas cemburu, dan Mas merasa gagal menjadi suami. Untuk sekedar perawatan saja, kamu harus meminta bantuan orang lain." Kali ini Mas Juna menunduk. Kini bergantian aku yang menangkupkan tangan mengangkat wajahnya."Mas gak gagal, tapi aku yang gak tahu diri. Niatnya mau nyenengin kamu dengan melakukan perawatan diam-diam, tapi malah jadi begini." Aku menghela napas panjang."Berarti akar masalahnya adalah kurangnya komunikasi di antara kalian." Tiba-tiba suara ibu menyela dari samping. Wanita paruh baya yang masih segar bugar itu mendekat, kemudian berdiri di sisi kiri Mas Juna."Menyatukan dua hati yang dibesarkan di lingkungan yang berbeda memang tidak mudah. Apalagi kalian menikah melalui jalan ta'aruf yang tentunya belum begitu memahami satu sama lainnya. Kalau sudah begitu, komunikasi adalah jembatan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 40

"Sepertinya itu ide yang bagus, Mbak. Mungkin aku akan mempertimbangkannya," ucapku kemudian, seraya melirik Mas Juna yang menghela napas."Gitu dong. Jadi perempuan gak usah sok."Aku tak lagi mempedulikan Hanum yang terus ngoceh di seberang sana. Fokusku teralihkan oleh pergerakan suamiku yang tiba-tiba menjadi salah tingkah karena terus aku pandangi.Hingga panggilan diakhiri sepihak oleh Hanum, aku masih memperhatikan wajahnya."Kenapa sih, Dek?" Mas Juna membuka suaranya beberapa saat setelah aku selesai telepon. "Nih apelnya dah selesai Mas potong. Dimakan ya." Ia meletakkan potongan buah yang sudah tersaji di atas piring kecil, tepat di depanku."Mas ...." panggilku penuh arti.Lelaki dengan alis tebal itu kembali menghela napasnya, seakan mengerti bahwa panggilanku menuntut penjelasan."Makanlah dulu, setelah itu kita bicara di kamar." Mas Juna mengelus lembut pucuk kepalaku, kemudian mulai mengambil sarapan dan menyantapnya.Sementara aku yang memang tak berselera hanya bisa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status