Aku merasakan jantungku berdetak lebih cepat saat Hanum masih berdiri di depanku dengan tatapan curiga.Tiba-tiba, ponselku bergetar. Aku merogoh tas dan melihat nama Adnan di layar.Adnan telepon, angkat gak ya? bisikku dalam hati. "Wulan, handphone-mu," ucap Lina berbisik.Aku terkesiap. "Ah, iya. Sebentar aku angkat telepon dulu, ya," ucapku."Siapa yang menelepmu? Juna?" tanya Hanum dan aku tak ingin menjawab.Saat aku ingin mengangkat telepon, deringnya berhenti. Dan aku hanya bisa menghela napas."Biar aku yang bayarin. Berapa sih? Kasian banget kamu, Wulan ... Wulan," ejek Hanum.Namun, Hanum terperangah ketika kasir menyebutkan nominal yang harus aku bayarkan. Dia menoleh padaku sambil melotot."Heh! Belagu banget kamu, ya, ambil paket VIP. Mau meras duit Juna, kamu!" omelnya."Bukan aku yang mau bayar, kok, Mbak. Aku ditraktir sama dia," kilahku menunjuk Lina yang seketika gelagapan."Tapi mana? Nyatanya kalian gak bisa bayar kan?! Dasar udik, kampungan! Kalau gak ada duit g
Last Updated : 2025-02-16 Read more