Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Sang PENEMBUS Batas: Chapter 91 - Chapter 100

246 Chapters

Bab 091. HADIAH NADYA BUAT NENEK

"Wah, sudah pulang kuliahnya Nadya.?" tanya Elang tersenyum. “Nadya sudah tak ada kuliah kok Mas Elang. Hanya konsultasi seputar penyelesaian skripsi saja.” “Semoga cepat selesai skripsinya ya Nadya.” “Aamiin, makasih doanya Mas Elang. Masuk yuk Mas. Bi Yuli dan Nadya sedang masak rendang dan sop iga sapi Mas Elang,” ajak Nadya. “Kedengarannya sedap nih, hehe,” Elang terkekeh senang, sambil mengikuti Nadya ke dalam rumah. “Elang, kamu sudah kembali tho,” sapa Sundari tersenyum, dia tengah duduk menonton TV di ruang tengah. “Iya Bu, di suruh pulang makan dulu sama Nadya. Hehe,” Elang terkekeh bercanda, sambil mendekati Sundari dan mencium tangannya. “Huhh, kalian ini ada-ada saja. Hihi,” Sundari tersenyum geli. “Biarin, habisnya Mas Elang suka jajan makanan di jalan sembarangan sih,” balas Nadya, sambil menjebikan bibir merahnya yang menggemaskan itu. Usai makan siang bersama, Elang dan Nadya pergi mengunjungi rumah baru sang nenek di Sedayu. Nampak Nadya kini sudah bisa melu
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 092. SUNSET DI PARANGTRITIS

"Wah! Nenek jadi tambah cantik!” seru Wiwik senang, dia melihat keanggunan dan kharisma sang nenek lebih memancar terang. Ya, wajar saja begitu, karena dulunya Setyowati memang wanita berkelas pada jamannya.“Ibu dari dulu memang cantik kok. Terimakasih Nadya atas hadiahnya buat Ibu,” Sumiati memuji mertuanya, dan berterimakasih pada Nadya. “Ahh Bibi. Kebetulan saja Nadya menemukannya di kotak perhiasan, dan sudah lama tak terpakai. Jadi lebih baik Nadya berikan pada nenek. O iya, Nadya masih membawa sebuah gelang buat Wiwik. Coba di pakai ya Wiwik,” Nadya berkata sambil membuka sling bagnya. Dikeluarkannya sebentuk gelang emas putih yang cukup unik dan lucu, berbentuk ‘tiga kuntum bunga sedang’ yang bertaut pada kepala gelang itu. Itu adalah gelang kesayangan Nadya, pada saat dia masih bersekolah dulu. “Wahh..! Asikk..! Terimakasih tante Nadya. Gelangnya bagus banget!” seru Wiwik senang sekali, sambil mencium tangan Nadya. Agak lama mereka berbincang di rumah sang Nenek. Hing
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 093. BARA DENDAM JALANAN

"Jujur saja Mas Elang. Kalau Keina bukanlah tipe Mas Elang. Keina mengerti dengan kondisi Mas Elang, bahkan Keina lebih suka hidup seperti Mas Elang. Berkelana bertemu banyak orang dan tempat, yang pastinya lebih menarik daripada berdiam di satu tempat. Bosan rasanya, menjalani kehidupan yang itu-itu saja dari hari ke hari, bahkan hingga bertahun-tahun. Andai saja Mas Elang mengatakan bersedia hidup bersama Keina, Keina pasti tak pikir panjang, untuk melepas semua yang Keina miliki saat ini. Untuk mengikuti ke mana saja Mas Elang pergi,” Keina mengungkapkan perasaan terdalam di hatinya saat itu pada Elang. Elang pun terdiam kehabisan kata, menghadapi wanita cantik dan ‘smart’ yang satu ini. “Entahlah Keina. Saat ini saya sendiri masih bingung, dengan jalan hidup yang saya tempuh. Biarlah kita nikmati saja hal yang masih bisa kita nikmati, dan mensyukurinya,” kata Elang pada akhirnya. “Ayahku memiliki banyak pengawal Mas Elang. Bahkan beberapa yakuza dan ninja bayaran pun selalu
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 094. BUBAR DAN SISI LAIN KOTA

"Kejarr..! Bangsat kowe..! Asu..!!” seru Projo, pemimpin gank Streets Bat, pada rombongan motor ganknya yang turun malam itu. Bagai serombongan ‘nyamuk gila’, maka ke-14 motor gank Streets Bat mengejar motor Elang, yang telah agak jauh di depan mereka. Mobil dan motor yang melalui jalan Parang Tritis saat itu, serentak mereka menepikan kendaraannya. Mereka merasa lebih baik mengalah, daripada jadi bulan-bulanan gank Streets Bat yang terkenal ganas itu. Di sebuah pertigaan agak besar, Elang melihat ada jalur kekiri (Tegalsari-Donotirto). Jalur yang merupakan area persawahan dan perkebunan, yang masih asri dan agak gelap. Elang menghentikan motornya, di tengah jalan yang belum sepenuhnya di aspal itu, “Keina, tetaplah di dalam lingkaran yang saya buat ya. Tenanglah kamu akan aman di dalamnya,” ucap Elang sambil, menerapkan aji ‘Perisai Sukma’ miliknya. Perlahan sosok Elang di selimuti cahaya kehijauan. Lalu Elang berkelebat memutari Keina dan motornya, sebanyak 7 kali putaran. Na
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 095.

Padahal dahulunya, Bimo adalah putra dari orang berkecukupan di kota Jogja. Hingga akhirnya kedua orangtuanya sering cekcok dan bercerai, lantaran ayah si Bimo yang mulai senang berjudi. Ayah Bimo yang tadinya adalah seorang pegawai swasta, di sebuah perusahaan bonafide. Tiba-tiba saja dia dipecat dari perusahaannya. Karena ayah Bimo terlibat dalam menggelapkan uang perusahaan, demi memuaskan kegemarannya berjudi. Bimo baru berusia 9 tahun dan masih duduk di kelas 3 SD saat itu. Sedangkan kakaknya Nina, berusia 11 tahun dan duduk di kelas 5 SD. Akibat perceraian kedua orangtua mereka, maka Bimo dan Nina pun terpisah. Bimo ikut sang ayah, sedangkan Nina ikut ibunya kembali ke rumah neneknya di Madiun. Kegemaran berjudi sang ayah tidak berhenti sampai di situ. Sejak perceraiannya dengan sang Ibu. Maka kegemaran berjudi sang Ayah malah semakin menggila.! Ayahnya menjual semua harta berharga yang ada di rumah, untuk melanjutkan hobinya berjudi. Bimolah yang akhirnya harus mengal
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 096.

"Ok honey," sahut Keina, sambil menutup pintu kamar mandi. Tepat jam 7:55 Keina checkout dari hotel dan langsung menuju stasiun Tugu Yogyakarta, yang berada di jalan Pasar Kembang yang tak jauh dari Hotel Asri. Tak sampai 10 menit mereka sudah sampai di stasiun Tugu Yogyakarta. Elang tak ikut masuk ke dalam peron, dia hanya memberikan tas dorong Keina pada seorang porter yang agak sepuh. Porter itu pun dengan senang hati menerima order jasanya pagi itu. Keina menatap Elang lama sekali, sebelum masuk ke dalam stasiun. Tiba-tiba saja Keina memeluk Elang erat sekali. Keina membenamkan wajahnya di dada Elang, mata indahnya terlihat beriak basah. “Berjanjilah kau akan datang ke negaraku Mas Elang,” Keina berkata serak. “Iya Keina, saya akan menyempatkan waktu membuat pasport nantinya,” sahut Elang meyakinkan Keina. Di kecupnya kening Keina, yang nampak resah di saat perpisahan mereka ini. “Aku menunggumu Mas Elang, selalu menunggumu..” Keina pun membalikkan badannya, memasuki sta
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 097.

“Ayah dan Ibu bercerai Om,” sahut Bimo. Sementara suara rintihan kesakitan ketiga pemuda begajulan itu, seakan menjadi ‘sound back’ pembicaraan antara Elang dan Bimo. Sungguh aransemen yang sempurnah! “Baiklah Bimo, kamu ikut Om saja. Sementara kamu bisa tinggal di rumah nenek Om dulu. Sampai nanti kamu bertemu Ibu dan Kk Nina ya,” akhirnya Elang mengambil keputusan yang dirasanya tepat. Dia bisa melihat sifat kejujuran dan ketabahan hati, dari bocah yang satu ini. “Terimakasih Om, nama Om siapa ya?” ucap Bimo terharu, baru kali ini dia menemukan orang sebaik om ini dalam hidupnya. Matanya pun beriak basah. Padahal saat dia di pukuli dan di aniaya oleh ke tiga pemuda tadi, sama sekali tak ada air mata di pipinya. Bocah yang tegar! “Elang, itu nama Om, Bimo.” “Terimakasih Om Elang,” titik air mata bergulir jatuh, saat Bimo mengucapkan rasa terimakasihnya pada Elang. Elang langsung membawa Bimo ke toko pakaian. Disuruhnya Bimo berganti pakaian langsung di toko itu. Lalu Elang m
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 098.

"Hahahaa..! Keina, saya sudah terbiasa hidup dalam kekurangan sejak kecil.” “Jangan berkata begitu Mas Elang, bukankah Mas yang mengajarkan Keina untuk berbagi kehidupan. Jadi anggap saja Keina titip uang itu untuk di bagikan pada yang membutuhkan, kalau perlu Keina akan mengisi rekening Mas Elang setiap minggu ya.” “Waduh, jangan Keina. Cukup. Terimakasih ya. Baiklah Mas terima pemberian Keina, tapi jangan kirim lagi ya. Jumlah ini sudah terlalu banyak buat saya,” suara Elang terdengar panik, dia paling anti berhutang budi terlalu banyak pada orang. “Hihihi..! Mas Elang lucu. Mau dikirimkan uang malah ketakutan, Mas Elang orang baik. Keina makin sayang sama Mas Elang. O iya Mas Elang, Keina baru saja tiba di hotel. Keina istirahat dulu ya Mas Elang.” “Iya Keina, beristirahatlah. Kamu pasti lelah sekali, selamat tidur Keina.”Klik.! Tak lama Elang pun tertidur pulas, karena tubuhnya memang membutuhkan itu. *** “Nadya, sampai kapan kau akan menyendiri begini Nak?” tanya Sunda
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 099.

“Wahh! cincin ini bagus sekali Mas Elang. Nadya suka sekali Mas,” seru Nadya dengan mata berbinar gembira. Ya, Nadya merasa bahagia sekali, menerima pemberian teromantis dari seorang pria, sebuah cincin! Elang memandang tercengang ke wajah Nadya, yang auranya kini nampak hijau ke emasan bagai seorang ratu. ‘Jelita sekali kau Nadya, rupanya kharisma cincin Mustika Nagandini itu memang berjodoh denganmu’, bathin Elang. Nagandini adalah nama Ratu dari sekalian ratu para naga di tanah Jawa berabad lampau. “Kamu cantik sekali Nadya. Jaga dirimu baik-baik ya," Elang berkata sambil meremas lembut tangan Nadya. “Terimakasih Mas Elang. Mmfh,” tak disangka oleh Elang, Nadya mengucap terimakasih sambil berjinjit mencium pipinya. Lalu langsung beranjak menuju kamar ibunya. Elang meneruskan langkahnya ke teras rumah. Dilihatnya Bambang sudah duduk di sana seolah menunggunya. “Sudah mau berangkat Elang?” tanya Bambang tersenyum. “Iya Pak, saya hendak menuju ke arah Surabaya Pak Bambang,” s
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 100.

Tatapan mata Kamal pun sontak “berubah ‘hijau’. Saat dia melihat wajah cantik, serta tubuh ramping padat milik Ayu. Ayu yang saat itu kebetulan menggunakan kaos lengan panjang krem muda ketat, serta celana legging sebatas betis, cukup membuat mata Kamal nanar. Ayu, gadis berusia 19 tahun lebih, dan memasuki semester 4 kuliahnya di UNS. Gadis itu memang terhitung sebagai salah satu ‘primadona’ di kampusnya. Maka tak heran jika mata Kamal menjadi berminyak dan liar, menyusuri lekuk tubuh putri Brian ini. “Siapa namamu cah ayu?” tanya Kamal menyeringai. Nampak mata liarnya bergantian melirik ke arah bokong padat, dan buah kembar mencuat di tubuh Ayu. “Saya Ayu, Pak,” Ayu menyahut singkat. Ya, hati Ayu merasa muak bukan main, melihat pandangan ‘liar’ dari tamu ayahnya itu. Bahkan tamu itu terlihat lebih tua dari ayahnya sendiri. “Hmm. Cah ayu yang Ayu,” gumam Kamal, dengan mata menyeringai penuh hasrat. Ayu bergegas kembali ke belakang. Dia enggan menanggapi gumaman tamu ayahnya
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more
PREV
1
...
89101112
...
25
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status