Semua Bab Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku : Bab 31 - Bab 40

51 Bab

DENGAN SENANG HATI

Aku mengurai pelukanku saat tidak ada jawaban dari Farhan. Aku pikir mungkinkah ia meralat semua yang ia ucapkan tempo hari? Apakah aku terlambat? Apakah sekarang aku sudah kehilangan orang sebaik Farhan? Aku jadi merasa malu, padahal aku sudah seantusias ini. Namun yang terjadi dia sudah tidak menginginkan aku lagi. "Maaf, aku... Aku...." Tubuhku mematung dengan bola mata yang membola. Saat secara mendadak Farhan menarikku ke dalam pelukannya. Apa arti semua ini? Apakah dia... "Kenapa kamu melepas pelukannya? Apakah kamu kembali berubah pikiran?" Tanya Farhan dan otakku sedang mencerna baik-baik ucapannya. "Aku... Kamu tidak merespon apa pun. Jadi aku pikir...." "Bagaimana mungkin aku tidak merespon? Bagaimana mungkin aku menolak? Aku terkejut dan aku berharap ini bukanlah mimpi." Tutur Farhan. Apakah ini artinya ia setuju untuk menikah denganku? Aku bertanya-tanya sendiri. Farhan mengurai pelukan, ia lalu memegangi kedua pundakku. "Coba ulangi apa yang tadi kamu ucapk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

TIDAK ADA KESEMPATAN

"Tunggu, jangan pergi!" Adam menahan langkah kami, ia berdiri menghalangi jalan. "Mau apa lagi?" Tanya Farhan sedangkan aku memilih diam."Aku ingin bicara dengan Khansa," ucap Adam."Tidak boleh! Apa lagi yang ingin kamu bicarakan dengan Khansa. Kamu sudah tidak punya hak apa-apa lagi bukan?" "Aku tidak punya urusan denganmu jadi berhentilah bicara!" Sentak Adam . Aku geram tidak terima kenapa Adam harus membentak Farhan. Tidak tidak pantas digituin. "Dam, kamu apa-apaan? Enggak malu di lihat orang?""Aku tidak malu. Untuk apa malu? Lagian aku gak akan seperti ini jika kamu mau bicara denganku, ada yang ingin aku sampaikan sama kamu," tutur mas Adam. Aku menghela nafas panjang, sepetinya mas Adam tidak akan berhenti mengganggu sebelum keinginannya terwujud. "Baiklah, kali ini aku beri kamu kesempatan. Setelah ini tolong jangan ganggu kehidupan aku lagi.""Khansa..." panggil Farhan, aku yakin dia tidak setuju' dengan ucapanku ini.Aku menoleh pada Farhan, aku tersenyum meyak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

HARI PERNIKAHAN

Akhirnya, hari bahagia antara aku dan Farhan tiba. Aku seperti bermimpi bisa kembali membangun hidup piduk rumah tangga. Aku harap pernikahan kedua ini adalah yang terakhir tidak ada lagi pernikahan ketiga apalagi keempat. Aku yakin pilihan kali ini tidak akan salah. Dia adalah orang yang tepat. Dia baik dan tulus, bukan hanya aku yang ia cintai. Tapi... Salma pun sangat ia cintai sa sayangi. Pendamping yang seperti itu yang aku cari, ia mau menerima kehadiran Salma dan mau menyayanginya meskipun bukan darah dagingnya. Tidak ada pernikahan mewah, ini hanya sebuah pernikahan sederhana yang dihadiri sanak saudara dari kedua keluarga. Tak lupa aku pun mengundang Sinta dan ibunya yang tak lain ibu mertuaku dulu. Jujur, meski anak lelakinya menyakitiku tidak membuat aku melupakan mereka. Terlebih Sinta adalah sahabatku dan ibunya adalah contoh ibu mertua yang paling baik. Makanya aku menyayanginya sama seperti pada ibu kandungku sendiri. Ceklek.... Pintu kamar terbuka. Aku menoleh da
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

BISMILLAH, SAKINAH MAWADAH WARAHMAH

"Farhan," aku memanggil namanya saat tiba-tiba ia memelukku. Bahkan kepalanya ia senderkan pada ceruk leherku. "Biarkan aku seperti ini. Aku janji tidak akan melakukan hal lebih, aku tidak akan memaksakan. Aku ingin secara sadar dan keinginan dari dirimu sendiri menyerahkan seutuhnya dirimu. Perkara menunggu aku jagonya," ucap Farhan ia terkekeh sendiri dengan ucapannya. Bagaimana ini? Apakah aku akan tega padanya? Apakah malam ini akan berlalu tanpa memberi hak Farhan? Apakah aku akan melakukan hal tega seperti itu? Tidak! Kegagalan berumahtangga membuat aku lebih hati-hati. Aku tahu menikah itu memang bukan perkara di atas ranjang saja. Tapi... Perkara kepercayaan, saling melengkapi dan saling menyayangi itu lebih dari cukup. Tapi.... "Tolong jangan berpikir yang aneh-aneh. Pemikiran ku tidak dangkal, kamu mau menerimaku saja lebih dari cukup," ucapan Farhan menangkis pemikiran di benakku. Kenapa dia jadi bisa membaca pikiran? Farhan menjauhkan kepalanya dari ceruk leherku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

SEORANG ISTRI

Selesai sarapan bersama, aku dan Mas Farhan duduk di ruang keluarga. Aku duduk seraya menyenderkan tubuhku pada tubuh mas Farhan. Sedangkan kedua mata kami tertuju pada acara televisi. Kadang kami tertawa saat melihat acara televisi yang lucu. Aku dan Mas Farhan sudah seperti pasangan yang memang sudah kenal lama. Mungkin untuk mas Farhan sudah lama mengenalku, tapi tidak denganku. Baru beberapa bulan ke belakang. Tapi percayalah aku merasa sudah lama kenal padanya. Apa mungkin Karena Mas Farhan gampang membuat aku nyaman? Padahal sebelumnya aku sama sekali tidak punya niat untuk menikah denganya. Qodarullah, Tuhan memang Maha membolak balikan hati manusia. Tidak ada yang tahu kedepannya kita seperti apa.. Boleh kemarin kita menolak tapi siapa tahu lusa justru hati kita berubah pikiran. "Mas," panggilku pada Mas Farhan. "Iya, apa." jawab Mas Farhan begitu terdengar lembut di telingaku. Aku mendongak, dengan posisi masih bersandar di tubuh mas Farhan. "Terima kasih." ucapk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

PERCAYA

Sudah tiga hari aku meninggalkan Salma. Rasanya aku tidak bisa jika terlalu lama berjauhan dengan anak gadisku. Beruntung mas Farhan pengertian dan peka, tanpa aku meminta untuk bertemu Salma, dia lebih dulu mengajakku untuk bertemu Salma dan membawanya pindah ke rumah ini. "Kamu pasti merindukan Salma kan? Hari ini kita jemput dia," tutur mas Farhan ketika kami baru saja selesai makan. Aku tersenyum senang, kugengam erat telapak tangan mas Farhan. "Terima kasih, kamu mau menerima anakku, Mas," ujarku. Risiko menjadi ibu tunggal dan menikah lagi pasti memiliki permasalahan sama. Bagaimana suami barunya bisa menerima anaknya. Dan aku termasuk orang beruntung mas Farhan sangat menerima Salma anakku. "Kalau aku berani mencintai ibunya, itu berarti aku pun harus bisa menerima anaknya. Aku harus menyayanginya seperti pada anak kandungku sendiri. Lagi pula sejak awal kamu melahirkan, aku sudah menganggap Salma anakku. Aku sangat bahagia menyambut kelahiran Salma. Aku merasa aku la
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

BIBIT UNGGUL

Mendengar ayahku sembuh berkat kekuatan dari Salma membuat aku merasa tak tega jika harus membawa Salma ikut pergi dan tinggal bersamaku. Aku tidak ingin membuat semangat dan kesenangan ayah sirna lagi gara-gara aku. Niat hari ini langsung membawa pergi pun urung, aku malah meminta pada mas Farhan untuk menginap. "Kenapa melamun?" ucapan disertai Sentuhan lembut mas Farhan di pundakku menyadarkan dari anganku. Aku menoleh seraya tersenyum padanya. Aku menepuk sisi kasur sebelah kanan, meminta mas Farhan untuk duduk di sana. "Ada apa?" tanya mas Farhan setelah ia duduk di sampingku. "Menurut kamu aku harus gimana?" tanyaku, aku ingin mendengar pendapat suamiku. "Gimana apanya?" tanya balik mas Farhan. Sebelum menjawab, aku sengaja menyenderkan kepalaku ke pundaknya. lalu aku melingkarkan tanganku di lengannya. "Tadi siang kamu dengarkan ayahku bilang apa?" tanyaku memulai untuk bercerita. "Yang mana? Tadi kan ayah bicara banyak hehhe," mas Farhan malah nyengir. "Ay
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

TEROR

Setelah melakukan kesepakatan, akhirnya Salma tetap aku bawa ke rumah mas Farhan. Jika aku di butik, ibu dan ayahku yang akan menjaganya. Jadinya kami bisa saling menjaga Salma. Biar adil. Tepat hari ini, hari pertama aku kembali pergi ke butik setelah satu Minggu ambil cuti menikah. Aku senang meskipun butikku terbilang baru ternyata sudah cukup lumayan memiliki pelanggan. Tuhan memang tahu porsi rezeki umat-Nya. "Mas, nanti enggak usah jemput, ya. kita ketemu di rumah ibuku saja," ujarku kepada mas Farhan ketika ia mengantarku ke butik. "Pokoknya mas akan tetap jemput kamu, mas mau menghabiskan banyak waktu sama kamu. Hari ini pun sebenarnya masih mau lama-lama sama Kamu, tapi pekerjaanku menumpuk. Jika dipikir pun kalau aku enggak kerja nanti siapa yang akan kasih kamu dan Salma makan? Siapa pula yang akan memenuhi kebutuhan kalian?" tutur mas Farhan, dia bahkan rela pindah kerja, ia memindahkan pusat kantornya ke Surabaya. Demi siapa? Demi aku. "Iya, iya, deh. Nanti aku ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

LUPAKAN DIA

Gawai milikku tiba-tiba berdering, lagi lagi dari nomor yang tidak aku kenali. Untuk kali ini aku berniat untuk mengangkatnya, setelah aku pikir-pikir mungkin pemilik nomor ini ada hubungannya dengan kiriman bunga-bunga belasungkawa ini. "Halo, siapa ini?" Tanpa mengucapkan salam aku langsung bertanya siapa sebenarnya si penelpon ini. ("Apa kamu sudah menerima kiriman dariku?") Dugaanku benar. Orang ini ada kaitannya dengan si pengirim bunga. DAri suaranya terdengar asing, dan cenderung tidak bisa aku tebak. Dari suaranya sudah jelas dia seorang wanita. "Jadi, ini ulahmu? Kenapa? Apa kita saling kenal? Aku merasa tidak memiliki musuh." cerocosku dari balik telepon. ("Tentu saja kita saling kenal. Enggak mungkin aku kaya gini ke orang yang tidak aku kenal bukan? Aku masih punya tahu malu.") "Ternyata kamu masih punya rasa malu. Apa sebenarnya alasan kamu kirim bunga-bunga ini? Apa masalahmu padaku?" ("Ha ha ha. Kamu jangan pura-pura bego, atau lupa Khansa. Kamu bertanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

DIA HARUS TANGGUNG JAWAB

("Apa kamu ngomong kaya gini untuk mengejekku? Menertawakan aku karena bernasib malang, ditinggal setelah ada yang lebih dariku? Apa iya, Khansa?") "Tidak! Aku sama sekali tidak punya pikiran sampai sana. Ini murni dari hatiku, karena Aku pun pernah ada di posisimu, aku tahu bagaimana sakitnya pria yang kita cintai memilih wanita lain. Terlebih sekarang kamu sedang hamil. Ingat! Anak dalam kandunganmu tidak berdosa, dia tidak tahu apa-apa. Jangan sampai anakmu bernasib sama seperti anakku. Jikapun Adam tidak mau tanggung jawab, tapi aku yakin keluarganya akan menerima kamu. Terlebih kamu sedang mengandung keturunan mereka," tuturku menjelaskan sekaligus menyanggah tuduhan jika aku tengah mengejeknya. Lagi-lagi tidak ada jawaban, yang terdengar sekarang hanya suara isakan yang sangat menyayat hati. "Kamu mau yah dengarkan saranku? Dia harus tanggung jawab, aku akan bicara pada keluarganya. Aku titip pesan sama kamu, tolong jangan stres, jangan banyak pikiran. Percayalah setiap ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status